NovelToon NovelToon
CERMIN UNTUK BERKACA

CERMIN UNTUK BERKACA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Rusmiati

Semua cintanya sudah habis untuk Leo. Pria tampan yang menjadi pujaan banyak wanita. Bagi Reca tidak ada lagi yang pantas dibanggakan dalam hidupnya kecuali Leo. Namun bagi Leo, Reca terlalu biasa dibanding dengan teman-teman yang ditemui di luar rumah.
"Kamu hoby kan ngumpulin cermin? Ngaca! Tata rambutmu, pakaianmu, sendalmu. Aku malu," ucap Leo yang berhasil membuat Reca menganga beberapa saat.
Leo yang dicintai dan dibanggakan ternyata malu memilikinya. Sejak saat itu, Reca berjanji akan bersikap seperti cermin.
"Akan aku balas semua ucapanmu, Mas." bisik Reca sambil mengepalkan tangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Rusmiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Paham

"Eh kamu harusnya bersyukur. Reca cuma pengen makan tapi ditinggal tidur. Kamu juga beli kan gak bikin makanannya. Bapak dulu lebih repot. Ibu pas lagi ngidam, musim sinetron. Gambarnya jelek. Bapak malem-malem suruh benerin antena. Bapak teriak-teriak dari atas genteng, eh ibu malah enak-enakan tidur di kursi. Itu loh santai sambil pegang remote tv. Kalau gak sayang, udah bapak lempar. Remotnya, bukan ibunya." Pak Mardi tertawa sendiri mengingat kisahnya dulu.

Kehidupan mereka dulu di kampung memang sangat sederhana. Namun saat pindah ke kota, kehangatan keluarga seperti di kampung tidak sama sekali ditinggalkan. Ia bawa sampai kapanpun. Bahkan sampai dirinya sudah hampir menjadi kakek.

Setelah panggilan telepon berakhir, Leo menatap meja. Dua kantong makanan tergeletak begitu saja. Akhirnya ia mencicipi makanan pesanannya. Entah memang enak atau mungkin ia sedang lapar, Leo akhirnya memakan pesanannya dengan lahap.

Ah, Leo lupa bahwa terakhir makan hari ini adalah saat makan siang bersama Pak Alam. Makan siang di restaurant mahal yang membuat Leo tidak kenyang. Pantas saja dua kantong makanan itu ia habiskan sendiri.

Naasnya Leo lupa membuang bungkus makanannya. Hal ini membuat masalah baru di pagi hari. Saat bangun tidur, Leo sudah tidak menemukan Reca di ranjangnya. Dengan pikiran positifnya, Leo mengira istrinya sedang menyiapkan sarapan. Sayangnya setelah ia keluar kamar, Leo melihat Reca sedang cemberut dengan berlinang air mata.

"Kamu kenapa?" tanya Leo.

"Mas jahat. Mas rakus. Mas habisin makanannya sendirian," jawab Reca sambil menunjuk jejak Leo tadi malam.

Susah payah Leo membujuk Reca. Menjelaskan bahwa seharusnya dialah yang marah. Namun sekarang sifat Reca sudah berubah. Tidak mau disalahkan. Tidak ingin berdebat terlalu panjang, Leo mengalah. Ia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Perdebatan berlangusng cukup lama. Sampai akhirnya Leo melihat jam yang melingkar di tangannya. Sudah siang, ia harus segera berangkat.

"Hati-hati," ucap Reca ketus.

"Iya sayang," ucap Leo.

Meskipun hatinya dongkol dengan sikap Reca yang menurutnya semakin kekanak-kanakkan, tapi Leo tidak mau ucapannya malah menjadi masalah baru. Ia tidak menunjukkan rasa kecewanya dengan sikap ketus istrinya.

Dalam perjalanan ke kantor, Leo mendapat telepon untuk menggantikan Pak Alam meeting siang ini. Tanpa bertanya apa alasan Pak Alam memintanya untuk menggantikan meeting, Leo mengakhiri panggilannya. Sesampainya di kantor, Leo segera menyiapkan berkas yang akan digunakan nanti siang. Namun saat jam sepuluh, Leo merasa perutnya keroncongan. Ia ingat jika tadi pagi belum sempat sarapan.

Leo meminta dikirimkan makanan pada salah satu karyawannya. Baru saja Leo menghabiskan setengahnya, Reca tiba-tiba datang. Hal yang sangat langka terjadi. Biasanya saat di ajak pun, Reca sering menolak. Alasannya karena malas keluar rumah.

"Jadi Mas gak sarapan karena lebih milih makan di kantor?" tanya Reca.

Leo menghentikan suapan yang nyaris ke mulutnya. Memilih makan di kantor? Apa Leo tidak salah mendengar? Bagaimana ia bisa sarapan di rumah sedangkan di rumah tidak ada sarapan apapun yang disediakan Reca. Yang ada pagi tadi hanya perdebatan gara-gara bungkus makanan yang lupa dibuang oleh Leo.

Tapi rasanya tidak mungkin Leo mengutarakan apa yang berseliweran di kepalanya. Ia kembali meminta maaf atas kesalahan yang tidak ia lakukan. Tidak apa, ini semua demi bayi yang ada dalam kandungan Reca.

"Sayang, ini menu terbaru di restaurant temanku. Dia promosi. Rasanya enak. Rencananya aku mau pesan buat nanti dibawa pulang Tapi gak jadi kejutan deh. Ayo cobain dulu," ucap Leo bohong.

Reca mendekat dan mencicipinya.

"Ah, bau. Aku gak suka, Mas. Aku maunya salad buah," ucap Reca.

"Untung aja Mas belum pesan. Kalau gitu Mas pesenin salad buah ya," ucap Leo.

"Gak usah sekarang. Nanti aja pas Mas pulang," ucap Reca.

"Oke," jawab Leo.

Akhirnya Leo bisa melanjutkan makan. Meskipun rasanya tidak senikmat tadi, namun paling tidak lambungnya mendapat asupan. Leo menggeleng saat tahu alasan Reca menemuinya ke kantor. Hanya karena nonton film dan suaminya selingkuh.

Sebaper itukah ibu hamil? Tuhan, beri aku kesabaran lebih banyak lagi.

Setelah yakin jika Leo tidak selingkuh, Reca izin untuk kembali pulang ke rumah. Karena tidak bisa mengantarkan istrinya pulang, Leo memesankan grab. Ia harus memastikan jika istrinya sampai rumah dengan selamat.

Tidak terasa waktu sudah mengharuskannya meeting. Leo segera pergi agar tidak terlambat. Setahunya, Pak Alam adalah orang yang paling disiplin soal waktu. Ia juga tidak mau mengecewakan Pak Alam. Meeting ini harus berjalan dan berkesan baik.

Leo sudah sampai di tempat yang dijanjikan. Lima menit Leo menunggu di lobi. Leo mengangkat kepalanya saat seorang perempuan berkulit putih, langsing dan sangat cantik berdiri di hadapannya. Ia terkesiap dengan kecantikan perempuan itu. Jauh sekali dengan Reca dengan tubuh yang membesar dan wajah kusam.

"Pak Alam?" tanya perempuan itu.

"Ah, saya Leo. Saya mewakili Pak Alam," jawab Leo sambil mengulurkan tangannya.

"Saya Rianti, sekretaris Bu Widia." Perempuan itu membalas uluran tangan Leo sembari mengenalkan diri.

Leo membahas tentang berkas yang dibawanya. Cukup lama, karena ternyata ada point baru yang ditambahkan oleh Bu Widia dalam kerja samanya. Sampai akhirnya Leo dikejutkan dengan gebrakan meja. Mata Leo membulat sempurna. Mulutnya menganga melihat Reca berdiri di hadapannya.

"Sayang, kamu kenapa? Aku lagi kerja," ucap Leo dengan nada tegas.

"Emh, sebentar ya." Leo izin untuk meninggalkan wanita yang bernama Rianti itu.

Leo menarik tangan Reca untuk menjauh dari Rianti. Reca mulai menangis. Bukan hanya karena melihat suaminya sedang berduaan dengan perempuan lain, tapi dengan nada suara Leo. Tidak pernah sebelumnya Leo bicara dengan nada seperti itu.

Sebenarnya Leo tidak ingin memarahi Reca. Batinnya tidak tega dengan fisik Reca. Perutnya yang semakin membesar itu membuat Reca kesulitan bahkan sekedar untuk berjalan. Namun Leo juga harus memberi pelajaran pada Reca. Ia tidak mau masalah pribadinya membuat kekecauan pada urusan pekerjaan.

"Kamu tidak lihat berkas-berkas itu? Mas lagi kerja. Bukan selingkuh seperti apa yang kamu pikirkan. Kamu salah paham. Jangan baperan bisa, kan? Kalau gak bisa ya jangan nonton tv. Kamu jangan lebay," ucap Leo tegas.

Lebay? Reca merasa dadanya teriris, perih, sakit, marah, kecewa. Semua membuat lidah Reca kelu. Ia tidak bisa mengatakan apapun. Dengan berusaha mengatur napasnya yang tersenggal, Reca berusaha meminta maaf dan pamit.

Leo pikir semua masalah sudah selesai. Ia kembali melanjutkan meeting dengan Rianti setelah memastikan Reca pulang ke rumah. Meskipun Leo tidak mengerti alasan Reca bisa marah saat menemuinya di sana. Ah sudahlah, ada hal yang harus Leo selesaikan secepatnya. Setelah itu, baru ia selesaikan masalahnya dengan Reca.

"Dia istri Bapak?" tanya Rianti.

"Iya Bu. Sebelumnya saya minta maaf ya atas kejadian yang kurang mengenakkan ini. Saya harap Ibu tidak membahas masalah ini dengan Bu Widia maupun Pak Alam," ucap Leo.

"Tentu tidak, Pak. Biasa, ibu hamil memang begitu. Saya juga dulu begitu. Mudah marah, cemburu tidak jelas dan cengeng. Saya malah tidak enak sama istri Bapak," ucap Rianti.

"Ah tidak. Tidak masalah. Mari kita lanjutkan meetingnya," ajak Leo.

Setelah selesai, Leo pamit. Ia mengangguk saat Rianti menitip salam untuk Reca. Seandainya Reca tahu kalau Rianti itu perempuan baik.

1
AngelKiss
Reca sama Resi namanya sedikit sama 😅
Zhree: wkwkwkw... iya takut ketuker..
total 1 replies
Septyan Rustyana
menarik
Zhree: makasih kak..
total 1 replies
Septyan Rustyana
semangat Thor
Zhree: siapp kak
total 1 replies
martiana. tya
kalo beloh kasih masukan, nanti part nya terlalu panjang, biar ngga terlalu jenuh. jangan yang terlalu lebay...

maaf ya

semangat
Zhree: oke kak siappp laksanakan
martiana. tya: maksud saya jangan terlalu panjang/Smile/, kalo sampai 200 kadang malah males baca
total 3 replies
AngelKiss
Semangat
Zhree: siaaapppp...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!