Bumi ~
Sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh wanita sepertimu karena tempatmu bukan berada di sisiku tapi berada di kakiku .
Air ~
Tak apa jika kau tak akan pernah melihatku , akan kunikmati setiap sakit yang kau torehkan karena aku adalah istrimu .
Hubungan yang terjalin karena adanya paksaan . Dendamnya pada wanita yang telah menjadi istrinya membuatnya buta untuk melihat kebenaran . Akankah Air mampu bertahan ? Akankah Bumi mampu melepasnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Bumi yang memang sedang terburu buru segera turun dari mobil , ia bergegas untuk menemui kliennya . Waktunya sedikit terpangkas ketika tadi menolong Air yang hampir tertabrak mobilnya .
Bumi tidak memperhatikan jika Air masih berada di dalam mobil . Tadi dia sudah menyuruh wanita itu turun untuk mengikutinya . Tidak mungkin ia membiarkan Air dan Janu berada di luar kepanasan sedang dia berada di dalam resort .
" Bapak Bumi ? Ternyata anda masih sangat muda . Saya suka dengan pemuda pemuda tangguh seperti anda " ucap kliennya yang merupakan tokoh yang lumayan ternama .
Pertemuan tersebut sebenarnya bukan pertemuan formal karena kliennya hanya ingin bertemu dan mengenalnya . Sang klien ingin tahu dengan siapa ia bekerja sama .
" Anda kehilangan sesuatu !? "
Sang klien bertanya karena sepertinya Bumi sedang gelisah mencari sesuatu .
" Tidak tapi saya tadi mengajak seseorang kesini . Maaf Pak saya akan mencarinya sebentar ke depan "
Bumi berlari kembali ke area parkir resort tapi mobilnya sudah tidak kelihatan . Ketika ia mencoba menelpon supir ternyata sinyal disana sedikit susah . Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke dalam karena tidak enak jika meninggalkan kliennya dalam waktu yang lama .
Mereka membatalkan rencana makan siang karena sang klien ada suatu kepentingan yang mengharuskannya pergi saat itu juga . Setelah mengantar kliennya Bumi segera menelpon supirnya .
" Pak apa dia masih bersamamu ? "
Bumi memijit pelipisnya setelah menutup telponnya . Supir itu bilang jika Air sempat membeli makanan di minimarket terdekat . Hari sudah menjelang sore wajar jika Air merasa lapar .
Tadi niatnya Bumi ingin mengajak Air ke dalam dan makan siang bersamanya . Tapi ternyata wanita itu malah ada di luar resort .
Bumi dapat melihat dari kejauhan Air sedang mengipasi putranya yang tidur di sebuah gazebo . Ada sudut hatinya yang terasa diremat ketika melihat Air dan Janu di sana , tapi juga ada kagum di hatinya melihat betapa tegarnya seorang Air . Betapapun ia memperlihatkan kebenciannya tapi wanita itu selalu menghadapi dirinya dengan kelembutan .
" Pak panggil mereka sekarang , kita pulang "
Sang supir dengan segera memanggil Air yang sudah terkantuk-kantuk di dalam gazebo .
" Bu ... kata Bapak kita pulang sekarang " kata sang supir dengan sopan .
" Eh .. iya pak , Bapak sudah selesai ? "
" Sudah Bu "
Air menggendong putranya dan berjalan menuju mobil . Dia bisa melihat Bumi sudah berada di jok belakang , dengan wajah masamnya .
Air membuka pintu depan , niatnya ingin duduk disamping sang supir . Juga agar Bumi lebih leluasa bergerak di belakang sana . Air tahu Bumi tidak akan sudi tersentuh olehnya .
" Siapa yang menyuruhmu duduk di depan !!!!!!!? "
Tanpa menjawab apapun Air kemudian membuka pintu belakang dan duduk berdampingan dengan Bumi . Dia terlalu lelah bahkan untuk sekedar menggerutu .
Beberapa menit setelah mobil melaju Air mulai di landa kantuk . Tadi pagi pagi sekali ia harus membuat banyak kue untuk sampel , dan seharian ini dia menunggu Bumi meeting dengan kliennya .
Tenaganya terkuras , dan akhirnya ia menyerah . Pelan pelan matanya mulai tertutup , dan Janu masih terlelap dalam kain gendongannya . Tanpa sadar pula kepalanya menyandar di bahu Bumi .
Dalam mimpinya Air merasa sedang tidur di kasur empuk yang membuatnya nyaman . Dia semakin membenamkan kepalanya pada bantal empuk dalam mimpinya .
Bumi yang terkejut ada sesuatu yang jatuh di bahunya segera menoleh . Dilihatnya dengan mata terpejam wanita disampingnya sedang mencari kenyamanan di bahunya. Bumi terpaku ketika bisa melihat wajah ayu itu dengan begitu dekat .
Alis mata hitam yang tebal alami , bulu mata yang lentik , hidung yang mancung dan bibir yang .... sangat menggairahkan !! Bibir yang sedikit terbuka itu seakan menanti untuk dijamah .
Bumi menggelengkan kepala agar pikiran kotornya segera pergi dari otaknya . Dan yang membuat dia heran adalah dia nyaman ketika wanita yang sangat di bencinya itu tidur di bahunya . Ada sebuah ketenangan ketika berada di sisi wanita itu .
Bumi melihat Janu membuka matanya , anak itu tidak menangis mungkin tahu jika ibunya sedang lelah . Bumi tersenyum ketika Janu mengulurkan tangannya , tanda jika anak itu ingin bersamanya .
Pelan pelan Bumi mengambil Janu dari kain gendongan yang memang dipasang tidak terlalu kencang agar membuat Janu nyaman tidur di pelukan ibunya .
Janu mempermainkan dasi yang sedang dipakai oleh Bumi . Kadang tangan kecil itu malah memencet hidung dan mulut Bumi dan ketika Bumi membalas dengan menggigit lembut tangannya Janu malah tertawa terpingkal pingkal .
" Papahh ... papahh " oceh Janu dengan tangan meraba mata Bumi .
DEGGHH ... DEGGHH
Jantung Bumi bertalu dengan kencang ketika mendengar Janu berceloteh , dia seakan mendengar Janu menyebutnya dengan panggilan papa .
Mata bening anak itu mengingatkannya pada sorot mata kakaknya . Ada sesal di hati Bumi ketika sadar ia sempat membenci bayi tampan di pangkuannya .
Bumi membiarkan Air tetap tidur di bahunya sampai mereka sampai ke apartemen . Bahunya sampai terasa kebas karena menahan beban lumayan lama .
" Heiii .. bangun !! "
Air yang mendengar Bumi berteriak segera terbangun , ia belum menyadari jika dirinya tadi tertidur di bahu Bumi .
" Kita sudah sampai ? " dahinya berkerut ketika melihat putranya sedang berada dipangkuan Bumi . Tadi sepertinya Janu ada dalam lain gendongan yang masih melingkar di pundaknya .
" Tentu saja sudah , kau tidak tahu karena tidurmu sudah seperti orang mati " ketus Bumi , ia kembali pada mode juteknya .
" Tidur ??? "
Air segera meraih tubuh gembul putranya , tapi sepertinya Janu masih asyik bermain dengan dasi dan jas yang dipakai oleh Bumi . Janu merengek ingin menangis tapi untungnya Air berhasil menenangkannya .
" Papahhh ... papahhh "
Air terlonjak mendengar celotehan putranya , dengan sedikit paksa ia meraih tubuh Janu dan keluar dari mobil .
" Maaf ... Janu tidak bermaksud apa apa kok Mas "
Bumi tidak menjawab apapun , dia terus melangkahkan kakinya menuju ke apartemennya . Tanpa Air sadari jika sudut bibir suaminya sedikit terangkat .
Berarti sama kelakuan nya astika dan jasmine..
Lain kali jangan mandi dulu diva biar mandi bareng aja daripada mandi 2x wkwkwk
Liat aja nanti gilang dan diana akan menyesal dan bangkrut karna ulah mereka sendiri 😏
gilang kali yg kurang kerjaan...