Kinanti Amelia, remaja pintar yang terpaksa harus pindah sekolah karena mengikuti ayahnya.
Ia masuk ke sekolah terbaik dengan tingkat kenakalan remaja yang cukup tinggi.
Di sekolah barunya ia berusaha menghindari segala macam urusan dengan anak-anak nakal agar bisa lulus dan mendapatkan beasiswa. Namun takdir mempertemukan Kinanti dengan Bad Boy sekolah bernama Kalantara Aksa Yudhstira.
Berbekal rahasia Kinanti, Kalantara memaksa Kinanti untuk membantunya belajar agar tidak dipindahkan keluar negeri oleh orang tuanya.
Akankah Kala berhasil memaksa Kinan untuk membantunya?
Rahasia apa yang digunakan Kala agar Kinan mengikuti keinginanya?
ig: Naya_handa , fb: naya handa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkat seseorang
Lama tidak bersua, membuat sahabat yang dulu sedekat urat nadi ini begitu mudah memahami satu sama lain.
Hari ini, Kala sepertinya harus berterima kasih pada Riko. Berkat Riko ia membuat keputusan yang benar. Keputusannya untuk meminta bantuan Kinanti dalam hal pelajaran, ternyata membawa pengaruh yang besar tidak hanya bagi pemahamannya pada pelajaran tapi Kinanti juga memberinya banyak pandangan yang berbeda.
Hal itu juga menunjukkan kalau Riko peduli padanya dan tidak mau melihat Kala terus terpuruk dengan masalahnya.
Riko menatap wajah sahabatnya kemudian mereka saling berangkulan dan tertawa dengan keras. Sahabat yang sudah pergi perlahan kembali.
“HAHAHAHAHA ....” tawanya begitu renyah. Tawa yang mereka simpan selama satu tahun terakhir ini.
Setelah lelah bermain baskes, mereka memilih untuk duduk di tepian lapangan basket. Membuka kemeja seragamnya dan hanya menyisakan kaos singlet yang sudah basah karena keringat. Rambut keduanya benar-benar basah dengan peluh yang terus menetes.
“Gila, udah lama gue gak main basket secapek ini,” ungkap Riko yang tersenyum sambil menengadahkan kepalanya.
Warna langit yang cerah tertutupi daun dari pohon trembesi yang rindang dan teduh memayungi mereka.
“Lo main basket terus tapi skill lo gak meningkat,” ledek Kala. Ia membaringkan tubuhnya di tepian lapang yang sedikit berumput. Rasanya cukup menyegarkan dan menenangkan karena ia mendapat asupan oksigen baru dari pohon ini.
“Gue gak dapet rival yang sebanding. Semua anak basket skillnya di bawah gue. Kalau rival gue selemah itu, mana mungkin skill gue meningkat.” Riko beralasan.
“Jangan jadikan kelemahan orang lain sebagai alasan lo berleha-leha. Kualitas skill lo tetap lo yang nentuin.” Kala berujar dengan santai. Ia memodifikasi kalimat Kinanti kemarin.
“Hahahah, tumben omongan lo bener,” ledek Riko sambil menonjok perut Kala.
"Akh, sial!" Tapi Kala malah terkekeh, sungguh tawa sahabat yang lama tidak terdengar dan dirindukan oleh Riko.
Beberapa saat mereka terdiam. Riko menyadari banyak hal yang berubah pada diri sahabatnya sejak ia mengenal Kinanti. Padahal baru beberapa hari mereka berinteraksi dengan intens.
“Lo berubah sejak ketemu Kinanti,” ungkap Riko tiba-tiba.
“Tips apa yang dia kasih sama lo sampe lo kayak gini?” ia melanjutkan pertanyaannya karena penasaran.
Kala menggeleng dan tersenyum.
“Gak ada, dia gak ngasih saran apa-apa selain nyuruh gue agar jadi diri gue sendiri dan punya tujuan sendiri,” sahut Kala dengan senyum terkembang.
"Saran yang bagus dan sepertinya lo ngeeksekusinya dengan benar."
"Padahal gue cuma minta lo gak libatin dia dalam perang lo sama Demian, kenapa malah lo gebet?" Riko menatap lekat wajah sahabatnya dari samping. Senang rasanya bisa melihat ekspresi wajah Kala yang tidak semengerikan dulu.
Tetapi, bukannya menjawab, Kala malah bangkit dan mengambil baju seragam yang tadi ia lepas.
"Kemana lo?" teriak Riko saat melihat Kala meninggalkannya.
"Perpus." Remaja itu tersenyum kecil.
"Rayap gak boleh masuk ke perpus. Perpus cuma boleh dimasuki sama kutu buku." Lagi Riko berteriak.
Kala tetap tidak menimpali. Ia berbalik menghadap Riko, berjalan mundur beberapa langkah lalu mengacungkan dua jari tengahnya pada Riko.
"Brengsek lo!" Riko melempar Kala dengan kerikil di dekatnya tapi Kala malah berlari kegirangan meninggalkan Riko. Lihat saja senyumnya yang lebar, sahabatnya benar-benar berubah.
Apa itu berarti Kala yang dulu sudah kembali?
****