Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlambat
Malam itu Ratna menceritakan semua kepada Angga tentang ancaman Nia, kini dihati Angga ada sebuah kebimbangan.
Hari itu menjadi titik balik dalam hidup Angga. Tekanan yang terus datang dari Ratna dan ancaman dari Nia membuatnya merasa terpojok. Dirinya mengiyakan untuk menikahi Nia. Ia sadar bahwa keputusannya menikahi Nia secara siri akan melukai Amira lebih dalam, tetapi ia tidak melihat jalan lain.
"Aku hanya ingin masalah ini segera selesai dengan cepat, Bu," kata Angga kepada Ratna, wajahnya terlihat lelah.
Ratna tersenyum puas. "Kamu sudah mengambil langkah yang tepat, Angga. Amira nggak akan pernah memberimu apa yang Nia bisa berikan. Lihat saja sampai sekarang dia belum juga hamil."
Namun, di lubuk hati Angga merasa hampa. Keputusan ini bukan sesuatu yang diinginkannya, tetapi ia merasa tidak punya pilihan lain.
Di kontrakan kecil, Loli tiba-tiba datang dengan wajah panik. "Kak Amira! Kak harus ikut aku sekarang!"
Amira, yang sedang beristirahat, terkejut melihat Loli. "Ada apa, Loli? Kenapa kamu terlihat begitu gelisah?"
Loli menarik tangan Amira. "Angga, Kak. Dia menikah dengan Nia sekarang! Kita harus menghentikannya sebelum semuanya terlambat!"
Mendengar itu, hati Amira terasa hancur. Namun, ia juga tahu bahwa duduk diam tidak akan menyelesaikan apapun. Dengan cepat, ia mengunci pintu kontrakan dan mengikuti Loli menuju tempat pernikahan yang telah disiapkan Ratna.
Terlambat untuk Mengubah Takdir
Ketika Amira dan Loli tiba di lokasi pernikahan, mereka melihat tamu-tamu mulai beranjak pulang. Pernikahan siri antara Angga dan Nia telah selesai. Amira berdiri terpaku di depan gerbang rumah yang menjadi saksi pengkhianatan terbesar dalam hidupnya.
Loli memandang Amira dengan penuh rasa bersalah. "Maaf, Kak. Aku nggak bisa menghentikannya lebih cepat."
Amira tersenyum pahit. "Ini bukan salahmu, Loli. Aku hanya nggak nyangka bahwa Angga akan sejauh ini."
Sementara itu, di dalam rumah, Angga duduk sendirian dengan wajah kusut. Nia menghampirinya dengan senyum penuh kemenangan. "Sekarang, kamu milikku, Angga. Dan sekarang kita bisa memulai hidup baru bersama."
Namun, Angga tidak menjawab. Pikirannya melayang kepada Amira wanita yang masih menjadi istrinya, wanita yang ia cintai dengan tulus meski ia telah mengecewakannya.
Amira memutuskan untuk tidak masuk ke dalam rumah. Ia tahu, melihat Angga bersama Nia hanya akan memperparah lukanya. Namun, ketika ia berbalik untuk pergi, Angga keluar dari pintu depan.
"Amira…" panggil Angga, suaranya bergetar.
Amira berhenti, tetapi tidak menoleh. "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Mas? Bukankah semuanya sudah selesai?"
Angga mendekati Amira dengan langkah ragu. "Aku terpaksa melakukan ini. Aku sebenarnya nggak mau kamu terluka lebih dalam, tapi aku nggak punya pilihan."
Amira tertawa kecil, penuh kepahitan. "Tidak punya pilihan? Kamu selalu punya pilihan, Mas. Tapi kamu memilih untuk mengkhianati aku. Aku mungkin bukan istri yang sempurna, tapi aku tidak pantas diperlakukan seperti ini."
Loli, yang menyaksikan percakapan itu, memandang Angga dengan marah. "Kak Angga, ini bukan hanya soal Nia. Ini soal bagaimana Kakak menghancurkan hati Amira berkali-kali. Aku malu punya kakak seperti Kakak."
Angga tertunduk, tidak bisa membalas ucapan Loli maupun Amira. Ia tahu, ia telah kehilangan sesuatu yang berharga kepercayaan dan cinta Amira.
Malam itu, Amira kembali ke kontrakan dengan hati yang hancur. Ia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana hidupnya berubah begitu cepat.
Bu Sari datang sambil membawa makanan untuk Amira nampak terkejut dan penuh kekhawatiran saat melihat Amira menangis. "Amira, apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat terpukul."
Amira hanya bisa menggeleng, air matanya mengalir deras. "Bu Sari, Aku sudah memutuskan kalau aku nggak akan kembali lagi kepada Mas Angga. Aku ingin memulai hidup baru, meski itu berarti saya harus melakukannya sendirian."
Bu Sari memeluk Amira dengan lembut. "Kamu adalah wanita yang kuat, Amira. Jika itu yang kamu inginkan, aku akan mendukungmu. Tapi ingat, kamu tidak sendirian. Aku akan selalu ada untukmu. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Apa yang telah dilakukan Angga padamu?"
"Mas Angga telah menikahi Nia, Loli mengajak ku ketempat pernikahan itu dengan harapan kalau itu semua belum terjadi, tapi saat kami sampai disana semuanya telah berakhir,Bu." Amira bergetar sambil menjelaskannya.
"Astaghfirullah, Angga sudah sejauh itu? Sudahlah sekarang tenangkan hatimu dulu. Untuk beberapa hari ini kamu sebaiknya jangan kerja dulu ya?"
Amira hanya menganggukan pelan tanda mengiyakan.
Di sisi lain, Angga hanya bisa menatap langit malam dari kamarnya, merasa kosong dan menyesali semua keputusan yang telah ia buat. Ia sadar, ia telah kehilangan Amira wanita yang seharusnya selalu ia perjuangkan.
Masih teringat jelas ucapan Amira saat itu kalau dirinya meminta untuk segera diceraikan.
"Amira, maafkan aku." Angga menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
