Mutiara Ayunda nama nya, seorang gadis cantik dan pintar ini hanya tinggal bersama sang ayah. Ibu nya meninggal saat dia masih berumur sepuluh tahun.
Dia merupakan salah satu siswa ber beasiswa di sebuah SMA terfavorit di kota nya. Sekolah yang berisikan anak - anak orang kaya di kota.
Kejadian saat malam perpisahan membuat nya harus menjadi seorang ibu muda dari anak kembar nya di usia yang masih 18 tahun.
Alexander Wiratama adalah laki - laki paling tampan dan kaya di skolah. Putra dari pem bisinis nomer satu di ibukota. Pembawaan nya yang cool, cuek dan dingin itu membuat para gadis sesekolah mengidolakan nya.
Dapatkah Tiara menghadapi keras nya hidup sebagai seorang ibu muda di tengah - tengah hujatan dan celaan dari orang - orang sekeliling nya?
Apakah dia juga mampu untuk menemukan ayah dari anak kembar nya yang dia sendiri tidak mengetahui siapa?
Yuks....mari kepoin di karya novel ku yang kedua ini🤗 Jangan lupa dukungan nya selalu 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.Irawana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28 Jungkir Balik kehidupan Tiara
Kehidupan Tiara setelah melahirkan kedua buah hati nya menjadi jungkir balik. Bagaimana tidak di usia nya yang baru delapan belas tahun dia sudah bergelar sebagai seorang ibu muda tanpa ada suami atau pernikahan. Dia harus belajar banyak secara mandiri untuk mengurus ke dua buah hati nya. Karena tidak ada satu pun di lingkungan tempat tinggal nya yang mau membantu nya. Mereka selalu memandang rendah Tiara, sedangkan sang sahabat Nadia yang selama ini selalu ada untuk nya sudah pulang ke kampung halaman nya.
Semenjak ayah Nadia meninggal dunia, dia di minta oleh sang ibu untuk menetap di tempat kelahiran nya itu. Ibu Salma pemilik toko roti di mana Tiara dan Nadia bekerja selama ini sudah menikah kembali dan sekarang tinggal di Surabaya bersama sang suami. Toko roti yang selama ini sebagai tempat Tiara mengais rezeki terpaksa harus di tutup oleh ibu Salma karena tidak ada yang mengelola setelah kepergian ibu Salma.
Tiara memutuskan untuk pindah dari kontrakan dia yang sebelum nya dan mencari kontrakan yang lebih kecil dan murah tentu nha. Untuk memenuhi kebutuhan Tiara dan bayi kembar nya, Tiara terpaksa bekerja serabutan dengan menerima cucian pakaian kotor dari beberapa tetangga nya. Selain itu dia juga membuat beberapa kue basah yang dia titipkan ke warung - warung dekat kontrakan nya yang sekarang.
Untung saja orang - orang di sekitar tempat tinggal Tiara tidak ada yang mempermasalahkan keberadaan Tiara dengan kedua anak nya. Sebelum tinggal di sana Tiara sudah berkata jujur tentang keadaan nya sekarang ini seperti apa pada ke tua RT setempat. Dan alhamdulillah nya bapak ketua RT setempat tidak mempermasalahkan nya sama sekali. Bahkan Tiara dengan mudah membuat administrasi untuk dia dan kedua buah hati nya.
"Maafkan ibu ya nak, belum bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kalian berdua. Tapi ibu janji, akan melakukan apa pun supaya kalian bisa tumbuh sehat dan tidak kekurangan gizi sama sekali," batin Tiara sambil menatap kedua buah hati nya yang sedang terlelap di selembar kasur busa tipis dan usang.
**
6 tahun kemudian....
"Ibu......." teriak seorang anak perempuan cantik dengan penampilan yang acak - acakan karena baru terbangun dari tidur nya.
Gadis kecil itu mengucek kedua mata nya dan melihat ke sekeliling akan tetapi orang yang dia panggil itu tidak lah muncul. Dia kemudian beranjak keluar dari kamar nya untuk mencari keberadaan ibu nya.
"Kak Juna....ibu mana?" tanya Aluna dengan suara khas anak yang baru bangun tidur.
Arjuna yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk nya dan saudara kembar nya pun menengok ke arah sumber suara.
"Ibu sudah berangkat kerja," jawab Juna singkat.
Arjuna adalah tipe anak yang dingin, irit bicara dan pelit senyum. Akan tetapi di usia nya yang baru lima tahun dia sudah menjadi anak yang mandiri, lebih tepat nya keadaan lah yang membuat nya menjadi mandiri sejak dini. Sedangkan Aluna saudara kembar nya mempunyai sifat yang berbanding terbalik dengan Arjuna, Luna panggilan gadis cantik itu mempunyai sifat yang manja, cengeng tapi ramah dan murah senyum pada siapa pun.
"Yach....ibu udah berangkat kerja," ucap Luna dengan mengerucutkan bibir nya.
Gadis kecil itu berjalan lesu ke arah meja makan kecil di mana Juna sedang menyiapkan sarapan untuk mereka. Juna dengan telaten membagi nasi yang sudah Tiara masak ke piring nya dan saudara kembar nya itu. Hal itu sudah biasa Juna lakukan setiap hari setelah Tiara pergi mengantarkan pesanan kue di pelanggan nya. Biasa nya Tiara berangkat setelah shubuh untuk menjajakan kue - kue basah buatan nya di pasar yang tidak jauh dari kontrakan nya. Selain itu dia juga harus mengantarkan ke warung - warung yang sudah menjadi langganan nya. Sepulang dari pasar dia langsung mengambil cucian kotor di komplek perumahan yang ada di dekat gang kontrakan nya.
Seperti itu lah yang Tiara lakukan setiap hari nya...
"Kak...kita sarapan seperti ini lagi?" tanya Luna sambil melirik ke arah piring nya.
Gadis kecil itu terlihat enggan untuk menyentuh makanan nya, seperti biasa hampir tiap pagi mereka sarapan hanya menggunakan lauk tempe, tahu dan sesekali telur dadar. Mereka baru akan makan sayur jika Tiara sudah pulang.
"Harus nya kamu itu bersyukur dek, kita masih diberikan kesehatan sehingga kita bisa menikmati makanan ini. Coba kalau kita sedang sakit, ayam goreng yang terlihat lezat saja pasti tidak enak dimakan. Lagi pula ibu sudah susah payah bekerja keras setiap hari supaya kita masih bisa makan dengan layak. Jadi, sekarang kita nikmati makanan ini dengan rasa bersyukur," kata Juna memberi penjelasan pada saudara kembar nya.
"Kak Juna benar, maafin Luna ya kak...tidak seharusnya Luna berkata seperti itu. Kasihan ibu sudah bekerja keras supaya kita masih bisa makan nasi dan lauk setiap hari nya, tapi aku justru tidak mensyukuri nya," ucap Luna dengan mata berkaca - kaca.
"Sudah lah dek, yang terpenting jangan seperti itu lagi ya? kasihan ibu, kalau sampai tahu pasti ibu akan sedih nanti nya. Sekarang kita makan bersama ya, setelah itu bantu kakak untuk membersihkan rumah."
"Iya kak..."
Kedua bocah kembar itu kemudian menyantap sarapan mereka dengan diam.Tanpa mereka sadari ada seorang wanita muda yang meneteskan air mata nya di balik pintu. Hati wanita itu begitu teriris pilu mendengar perkataan kedua bocah kembar itu.
"Maafkan ibu nak...belum bisa membahagiakan kalian," lirih Tiara sambil menyeka air mata nya.
Saat akan mengucapkan salam ketika dia baru tiba di depan pintu rumah nya, tanpa di sengaja dia mendengar kedua buah hati nya sedang berbicara. Hati ibu mana yang tidak teriris jika mendengar percakapan kedua anak nya seperti itu. Itu lah yang Tiara rasakan saat ini. Sekuat apa pun dia bekerja dari pagi sampai malam, akan tetapi belum bisa memenuhi kebutuhan kedua anak nya itu. Bahkan untuk membelikan susu untuk kedua anak nya dia harus menunggu satu bulan sekali.
Bahkan Tiara sendiri rela hanya makan sehari dua kali demi untuk kedua buah hati nya selalu kenyang setiap hari nya. Dari hasil berjualan kue setiap hari nya dia harus tabung untuk membayar kontrakan rumah nya, sisa nya untuk modal jualan esok hari nya. Sedangkan dari hasil mencuci dan menggosok pakaian dia gunakan untuk kebutuhan sehari - hari.
Tiara sebenarnya sudah berusaha untuk mencari pekerjaan yang lebih layak lagi akan tetapi sekarang ini susah sekali memperoleh pekerjaan dengan hanya mengandalkan ijazah SMA.
Setelah menenangkan diri sejenak, dan menghapus sisa air mata yang ada di pipi nya, Tiara kemudian masuk ke dalam rumah nya dengan ekspresi yang seceria mungkin.
"Assalamualaikum Sholeh dan sholeha nya ibu...."