Tujuh tahun menjalani pernikahan, membuat Zelmira dan Nathan tidak sehangat dulu, apalagi belum ada anak di dalam pernikahan mereka. Hingga pada akhirnya kehadiran Alshad, yang tak lain sahabat Nathan, mampu mengusir kehampaan Zelmira yang selalu diacuhkan oleh Nathan, karena Nathan sibuk dengan pekerjaanya.
Pesona Alshad membuat Zelmira luluh, dan jatuh dalam pelukan Alshad. Mereka menjalin hubungan diam-diam di belakang Nathan. Hingga Zelmira mengetahui jika dirinya hamil. Entah anak siapa yang ada di dalam rahimnya, karena semenjak ia berselingkuh dengan Alshad, Nathan pun sudah mulai sering menyentuhnya, meski sentuhan Nathan tidak pernah membuat Zelmira puas.
Akankah Nathan mengetahui hubungan gelap istri dan sahabatnya? Lantas, anak siapa yang ada di rahim Zelmira? Nathan atau Alshad?
Jangan lupa, tinggalkan jejak ya, kak? Like, Komentar, dan Ulasan Bintang Limanya. Terima kasih ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Delapan
Nathan sampai di tempat tujuannya, ia langsung menemui Dewangga yang katanya sedang bersama keponakannya. Entah siapa keponakannya itu, padahal Nathan tidak butuh partner kerja, akan tetapi mau bagaimana lagi, kalau yang merekomendasikan adalah bos besarnya. Nathan ada di posisi sekarang juga karena Dewangga yang memberikan posisi tersebut.
Nathan menuju ke meja yang sudah diberitahukan oleh Dewangga, dia sudah melihat Dewangga yang sedang duduk bersama seorang perempuan, pasti itu adalah keponakannya.
“Aku sepertinya kenal?” batin Nathan saat melihat punggung perempuan itu, yang sedang duduk di depan Dewangga.
Nathan menepiskan pikirannya itu, ia bergegas menemui Dewangga yang sudah menyapanya dari tempat duduknya.
“Selamat pagi, Pak,” sapa Nathan.
“Akhirnya kamu datang juga, keponakan saya sudah gak sabar menunggu kamu, katanya dia mengenal kamu,” ucap Dewangga.
“Hai, Nath? Ketemu lagi, ya?” ucap perempuan itu, yang tak lain adalah keponakan dari Dewangga.
“Jesica?” ucap Nathan yang terkejut melihat Jesica. Benar dugaan Nathan gak salah, kalau perempuan itu adalah Jesica.
“Iya, ini aku. Kenapa? Kok kaget begitu?” tanya Jesica.
“Eng—enggak apa-apa, gak nyangka saja kamu keponakan Pak Dewangga,” jawab Nathan.
“Ternyata ucapanku benar ya, Nath? Kita pasti akan bertemu lagi. Bagaimana kabar kamu?”
“Baik, sangat baik,” jawab Nathan.
“Sepertinya kalian sudah langsung akrab nih? Saya harap kalian bisa kerja sama yang baik,” ucap Dewangga.
“Itu pasti, Om. Om tenang saja, aku akan jadi partner kerja yang baik dengan Nathan,” jawab Jesica.
Nathan hanya diam, mengangguk-anggukan kepalanya saja. Sebetulnya dia tidak nyaman bekerja dengan Jesica, apalagi saat itu Jesica bicara seperti itu.
**
Selesai meeting dan memperkenalkan keponakannya pada Nathan, Dewangga langsung pamit. Hari ini Jesica ingin langsung bekerja menjadi Sekretaris Nathan. Jesica keluar dari Perusahaan sebelumnya setelah ia resmi berpisah dengan Alshad. Tahu Dewangga memiliki anak cabang perusahaan baru, apalagi yang memimpin Nathan, Jesica langsung meminta Dewangga supaya bisa bekerja di perusahaan itu. Dewangga tahu kinerja Jesica bagus, akhirnya Dewangga mengabulkan keponakan kesayangannya itu.
“Ini ruang kerjamu,” ucap Nathan.
“Terima kasih,” jawab Jesica.
“Nanti biar Andre yang mengajari kamu, pekerjaan kamu seperti apa,” ucap Nathan.
“Kenapa tidak kamu saja yang mengajari?” tanya Jesica.
“Yang biasa mengerjakan itu semua kan Andre, bukan saya? Jadi ya nanti biar Andre yang jelasin semuanya sama kamu,” jawab Nathan.
“Oh begitu, ya?” ucap Jesica.
“Ya!” jawabnya tegas. “Kalau begitu, tunggu Andre datang, dia sedang ada urusan sebentar, saya tinggal ke ruangan saya,” ucap Nathan.
Nathan melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangannya. Dia sebetulnya malas sekali dengan Jesica, tapi mau bagaimana lagi, Jesica keponakannya pemilik perusahaan, mau tidak mau, suka tidak suka, Nathan harus bisa kerja sama dengan Jesica.
“Nath, tunggu! Bisa minta waktu sebentar, aku mau bicara?” panggil Jesica saat Nathan hendak masuk ke ruangannya.
“Ada apa? Ini jam kerja, kalau mau bahas di luar pekerjaan bahas nanti selesai kerja!” tegas Nathan.
“Nath, sebentar saja,” mohon Jesica.
“Apa sih, Jesica?!” ucap Nathan dengan nada sungkan.
“Kamu masih bersama Zelmira?” tanya Jesica.
“Masihlah! Dia kan istri aku!” jawab Nathan.
“Kenapa mempertahankan orang yang jelas-jelas sudah mengkhianatimu, Nath? Kamu tidak jijik menyentuh perempuan yang sudah disentuh laki-laki lain?” ujar Jesica.
Nathan mengembuskan napasnya dengan kasar. Bisa-bisanya Jesica berkata seperti itu, padahal Nathan pernah bicara padanya soal itu.
“Kamu tahu kenapa aku masih sama Zelmira? Karena aku mencintainya, karena tidak ada manusia di dunia ini yang luput dari kesalahan. Apa salahnya membenahi? Ingat mempertahankan lebih sulit daripada memulai!” tegas Nathan.
Nathan langsung meninggalkan Jesica. Ia tak habis pikir Jesica menanyakan hal seperti itu lagi.
Jesica makin tidak mengerti apa yang ada di pikiran Nathan, sampai-sampai dia mau mempertahankan Zelmira yang jelas-jelas sudah menyakitinya.
“Kita lihat saja nanti, kau harus hancur Zelmira!” umpat Jesica lirih.
Nathan merasa sudah tidak nyaman dengan pekerjaannya setelah kehadiran Jesica, belum ada sehari saja Jesica sudah seperti itu. Bagaimana selanjutnya?
“Ini tidak bisa dibiarkan! Kalau begini yang ada aku tidak nyaman lagi bekerja. Baru beberapa jam saja dia sudah berulah, bagaimana selanjutnya? Aku takut dia akan menyakiti Zelmira, dan caranya lewat aku,” batin Nathan.