Perjalanan Pulang Menuju Ajal

Para warga berdatangan kerumah kami, untuk menolongku yang tiba-tiba sakit tak bisa bergerak, adi yang rencananya akan mengantarku ke klinik kini ia sendiri yang pergi ke klinik menjemput dokter yang sedang tugas disana, untuk memeriksa kondisiku.

"dok tolong teman saya, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya seperti tidak punya tenaga"ucap adi yang panik di hadapan dokter itu.

"sabar mas, pelan-pelan bicaranya maksud mas teman mas lumpuh"jawab dokter itu mengulang perkataan adi.

"iya kurang lebih seperti itu dok, tolong teman saya dok ayo ikut saya kerumah"ajak adi pada dokter itu.

Dokter itu tidak langsung mengiyakan ajakkan adi, ia hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

"tunggu dulu ya, saya izin ke perawat untuk menggantikan tugas saya di klinik ini"pinta sang dokter pada adi.

"baik dok, tapi tolong agak cepat ya dok takut teman saya kenapa-napa"bujuk adi pada dokter itu.

Setelah semua perlengkapan dokter itu sudah di masukkan ke dalam tas, ia dan adi bergegas pergi ke rumah kami yang ada diujung jalan, masih banyak warga yang menunggu kedatangan adi dan dokter klinik, dengan cepat adi masuk ke dalam rumah dan melihat keadaanku.

"wan kamu masih sadarkan, jangan buat aku takut wan"ucap adi yang matanya mulai berkaca-kaca.

Dokter itu masuk ke dalam ditemani ketua rt setempat, melangkahkan kakinya mendekatiku, dokter itu mulai mengeluarkan peralatannya dan memeriksa kondisiku dari mata, detak jantung, urat nadi di tanganku semua di periksa oleh dokter itu, lama dokter itu memeriksaku ia berdiri dan berjalan keluar, adi ketua rt dan beberapa warga yang tadi ada di dalam semua mengikuti dokter itu ke luar rumah, di depan rumah adi memberanikan bertanya pada dokter itu.

"bagaimana dok, teman saya sakit apa, apa masih bisa disembuhkan? "tanya adi bertubi-tubi pada dokter itu.

"mudah-mudahan masih bisa sembuh, teman kamu mengalami gejala struk ringan"jawab dokter itu berbohong agar ia tak lagi di timpali banyak pertanyaan oleh adi.

Mendapat jawaban dari dokter klinik itu adi masih belum percaya, adi berpikir apa iya aku kena gejala struk, tapi dia kan masih muda.

Berjuta tanya yang ada di pikiran adi, hingga ia sendiri tak bisa berpikir lagi.

Sudah hampir tiga bulan aku terbaring di kasur tidak bisa berbuat apa-apa, aku kehilangan pekerjaanku karena sakitku yang lama tak kunjung sembuh, saat malam tiba adi selalu menemaniku dengan setia dia sahabat yang baik dan sangat pengertian, saat adi duduk menyuapiku ada suara pintu di ketuk tok..tok..tok "assalamualaikum.."ucap seseorang dari luar rumah.

"walaikumsalam.."jawab kami serentak walau aku menjawabnya di dalam hati.

Saat pintu dibuka sudah ada seorang laki-laki paruh baya berdiri di depan pintu dan itu ternyata pak soleh tetangga yang rumahnya di seberang jalan.

"silahkan masuk pak, maaf rumahnya berantakan"ucap adi mempersilahkan masuk pak soleh.

"iya terima kasih, tidak apa-apa rumah saya juga sering berantakan"jawab pak soleh dengan candaan.

"bagaimana keadaannya mas ridwan? "lanjut tanya lagi pak soleh padaku dan yang menjawab adi.

"alhamdulillah pak sudah bisa masuk makanan"jawab adi sambil membawa air minum.

"alhamdulillah kalau begitu"timpal pak soleh singkat.

"maaf sebelumnya kedatangan saya mengganggu nak ridwan dan nak adi"ucap pak soleh menyatukan ke dua telapak tangannya ke depan dada.

"tidak apa-apa pak, kami senang kalau bapak mau main ke rumah kami"jawab adi tulus.

"jadi begini nak adi dan nak ridwan, kedatangan saya kali ini untuk membantu nak ridwan dan nak adi"balas pak soleh lagi.

"memberi bantuan, maksud bapak bagaimana saya kurang mengerti"timpal adi yang memang tidak mengerti maksud dari pak soleh.

"jadi menurut saya, nak ridwan ini sakitnya tidak wajar"jawab pak soleh lagi.

"tidak wajar... "ucap adi tidak dilanjutkan karena ia tidak mengerti.

"iya jadi maksud saya nak ridwan ini terkena guna-guna atau santet dari orang yang tidak senang dengan nak ridwan"jawab pak soleh menjelaskan maksud ucapnya.

"hah..santet! "ucap adi terkejut.

Aku pun terkejut dengan apa yang aku dengar, tapi apa mungkin ada yang tidak suka denganku lalu dia memakai cara ini. Memang benar aku tidak pernah berbuat masalah dengan orang lain kalau pun ada aku coba untuk menghindarinya.

"bapak punya kenalan seorang kyai beliau ahli dalam penyakit-penyakit non medis"ucap pak soleh memberi penjelasan.

"kalau memang dengan cara alternatif kamu bisa sembuh, tidak salahnya mencoba ya wan"ucap adi sambil menatap wajahku memberi keyakinan masih bisa sembuh.

"kalau memang nak adi dan nak ridwan bersedia besok pagi bapak ke sini lagi untuk mengantar kalian"balas pak soleh lagi untuk kembali lagi besok.

"saya pamit dulu ya nak ridwan dan nak adi semoga lekas sembuh ya nak"ucap pak soleh mendoakanku.

"amin..pak semoga lekas sembuh"jawab adi mengamini doa pak soleh.

Aku pun sebenarnya mengamini doa pak soleh, tapi suaraku tidak terdengar.

Sebuah harapan untuk sembuh datang dari pak soleh, semangatku untuk sembuh pun kembali rasa percaya diri yang sempat padam, karena sudah berbagai obat aku minum tapi tak kunjung sembuh, hingga datang sebuah harapan untuk sembuh datang dari ALLAH SWT melalui pak soleh.

Semangat dan percaya diriku yang sudah kembali terlihat oleh adi,terpancar dari aura wajahku yang terlihat lebih bercahaya wajah yang berseri-seri menunjukkan rasa percaya diriku sudah kembali, adi yang melihatku sudah bersemangat lagi ia pun turut bahagia karena aku tidak berputus asa lagi, adi adalah seorang sahabat yang baik dan setia aku masih ingat dulu ketika ia pertama kali datang ke kota, adi tidak memiliki uang sama sekali dan aku pun menolongnya dari kesusahannya waktu itu, aku pun merasa bahagia karena memiliki sahabat yang sangat perduli dengan sahabatnya ketimbang kesehatannya ia selau maju ketika aku memiliki masalah di luar pekerjaan.

Kami sudah tinggal bersama sudah hampir dua tahun lebih selama kami tinggal bersama tidak sedikit pun dari aku atau pun adi bertengkar atau menyalahkan, kadang aku yang selau meminta maaf dulu pada adi walau itu kesalahan yang tidak disengaja oleh adi, adi pun melakukan hal yang sama padaku kami berdua saling menutupi kekurangan sahabatnya saling bahu membahu dalam hal kebaikan sifat toleransi adi sangat tinggi ia tidak pernah tega menyakiti orang lain.

Aku sangat terharu bisa memiliki sahabat yang sangat luar biasa hebatnya, kalau di rumah kadang aku sendiran dan lama tidak ketemu rasanya ada sesuatu yang berharga hilang dari hidupku.