NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:256.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 28.

Pukul delapan pagi mobil yang disewa Aksa sudah terparkir di halaman kontrakan. Aksa keluar sambil menarik koper di tangannya, begitu juga dengan Inara tapi air muka gadis itu terlihat sangat menyedihkan. Selain sedih karena harus meninggalkan kenangannya dengan Akbar, dia juga sedih karena merasa dimanfaatkan oleh kakaknya itu.

Lagi dan lagi Aksa selalu mengambil kesempatan saat bersama Inara. Tidak hanya membuat Inara sedih tapi Aksa juga membuatnya marah dan jijik. Pria seperti apa Aksa itu? Tidak bisakah dia memperlakukan Inara selayaknya seorang adik? Kenapa setiap kali mereka berdekatan Aksa selalu saja menyentuhnya? Apa Aksa pikir Inara wanita yang tidak mempunyai harga diri? Semakin Inara melihatnya semakin membengkak pula kekecewaan di dalam hatinya.

Setelah Aksa memberikan kopernya pada sang sopir, dia masuk dan duduk di bangku tengah. Mau tidak mau Inara terpaksa duduk di sebelahnya tapi tak sekali pun dia menoleh ke arah Aksa. Kejadian malam tadi masih terbayang di ingatan Inara hingga dia memilih diam seribu bahasa.

Setelah sang sopir menaruh koper mereka di bagasi, sopir itu menyusul masuk dan duduk di bangku kemudi. Perlahan mobil itu mulai melaju menyisir jalan raya menuju kota Padang. Namun saat di perbatasan kota, Aksa meminta sang sopir berhenti di sebuah toko oleh-oleh khas Bukittinggi dan membeli aneka oleh-oleh untuk keluarganya.

Dua dus berukuran sedang dimasukkan sang sopir ke dalam bagasi, lalu mobil itu melesat kembali meninggalkan kota wisata yang pernah menjadi ibukota Indonesia itu.

Kini semuanya hanya tinggal kenangan saja untuk Inara, air matanya mengalir setetes demi setetes seiring goresan luka yang ditinggalkan Akbar untuknya. Pria itu sudah menghilang dari kehidupan Inara, entah kapan rasa sakit itu akan hilang?

Sepanjang perjalanan, Inara hanya diam sambil mengarahkan pandangannya ke sisi jendela. Air mukanya terlihat sendu dengan tangan yang terlipat di bagian dada dan punggung yang tersandar pada sandaran jok. Sesekali matanya terpejam yang membuat kepalanya terkulai hingga tersentak berulang kali.

Aksa yang menyadari itu segera beringsut dari duduknya, lengan keduanya merapat dan Aksa dengan cepat memperbaiki posisi kepala Inara dan membawanya ke dalam dekapan dadanya agar Inara bisa tidur dengan nyenyak.

Benar saja, saking nyenyak nya Inara bahkan tidak sadar bahwa mobil itu sudah memasuki kawasan Bandara Internasional Minangkabau setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua setengah jam lamanya.

Saat mobil itu berhenti di pintu masuk bandara, sang sopir turun dan mengeluarkan barang-barang mereka. Aksa yang masih memeluk Inara segera membangunkan gadis itu tapi sebelumnya dia masih menyempatkan diri mengecup bibir mungil itu.

"Ra, ayo bangun! Kita sudah sampai," ucap Aksa sambil menepuk pipi Inara dengan pelan.

Inara tersentak dan membuka matanya perlahan. "Akbar..." gumam gadis itu saat menyadari panggilan yang keluar dari mulut Aksa. Sontak Inara memeluknya dan menempelkan bibirnya di leher Aksa. "Akbar, aku sangat merindukanmu." imbuh Inara lirih.

"Iya Ra, aku Akbar. Aku Akbar mu, aku juga sangat merindukanmu." Sayangnya kalimat itu hanya sampai di tenggorokan Aksa saja, dia tidak sanggup mengeluarkan suaranya.

"Inara, aku Aksa. Ayo turun! Kita sudah sampai di bandara." ucap Aksa yang membuat pelukan Inara langsung terlepas seketika itu juga. Mata anggur gadis itu membulat, dia tergugu saat menyadari kekeliruannya.

"Ma-Maaf, a-aku..."

"Tidak apa-apa, aku ngerti. Ayo turun, nanti kita ketinggalan pesawat!" Setelah mengatakan itu, Aksa mengusap kepala Inara dengan sayang lalu merapikan rambut gadis itu.

"Kak Aksa..."

"Sudah, tidak usah dipikirkan!" potong Aksa. Dia membuka pintu dan turun lebih dulu, Inara menyusulnya dengan perasaan gundah gulana.

Kenapa sosok Aksa selalu mengingatkannya pada Akbar? Inara merasa tenang saat berada di dalam pelukannya. Aroma tubuh mereka nyaris sama, suhu tubuh keduanya sama hangatnya. Belum lagi wajah mereka, apa Inara sudah mulai gila karena memikirkan cinta pertamanya?

Setelah membayar jasa sopir yang sudah mengantarkannya sampai bandara, Aksa dan Inara masuk ke dalam. Aksa memperlihatkan tiket yang sudah dibelinya secara online dan memberikan barang mereka pada petugas.

Setelah semuanya beres, Aksa kemudian menggenggam tangan Inara dan menaiki pesawat yang sebentar lagi akan mengudara. Keduanya duduk bersebelahan dengan posisi Inara yang berada di sisi jendela.

Inara kembali mengarahkan pandangannya ke jendela, meresapi betapa sedihnya dia setelah dibuang oleh Akbar. Pria yang pertama mencuri hatinya dan pria pertama juga yang menghancurkannya.

"Jangan dipikirkan lagi, mulailah hidupmu yang baru setelah tiba di Jakarta nanti!" tegas Aksa dengan suara bariton nya yang membuat dada Inara bergemuruh kencang.

Inara kemudian memutar pandangannya ke arah Aksa. "Menurutmu bagaimana? Apa benar di dunia ini ada orang yang benar-benar mirip hingga suara mereka pun nyaris sama?"

"Deg!"

Mendadak air muka Aksa berubah pucat dengan jantung berdegup kencang, dia tidak tau harus menjawab apa. Apa Inara sudah mulai mencurigai dirinya? Jika tidak, mana mungkin Inara bertanya seperti itu padanya?

"Hmm... Setahuku memang begitu, katanya ada tujuh orang yang memiliki kemiripan dengan kita. Kita saja yang tidak tau karena enam orang lainnya entah berada dimana saat ini." Hanya kalimat itu yang muncul di kepala Aksa hingga dia pun mengutarakannya dengan santai.

"Oh, aku juga pernah mendengar itu." Inara kembali memalingkan wajahnya dan menatap jendela dengan tatapan kosong.

Tidak berselang lama, pesawat itu mulai mengudara dan Inara mencoba melanjutkan tidurnya.

Saat gadis itu tertidur, Aksa kembali membawanya ke dalam dekapan dadanya dan sengaja melingkarkan tangan Inara di pinggangnya. Aksa hanya ingin menikmati kebersamaan mereka tanpa beban sedikit pun. Entah apa yang akan terjadi setelah ini dengan mereka, Aksa sendiri tidak tau. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Tanpa Inara sadari, tangannya terlepas dari pinggang Aksa. Kini telapak tangan itu mendarat tepat di atas ulat bulu yang tengah tidur nyenyak di dalam sana. Hal itu tentu saja membuat air muka Aksa berubah panik saat benda itu menunjukkan reaksi yang tak biasa.

Pipi Aksa tiba-tiba memerah, pelipis dahinya mengeluarkan keringat jagung menahan sesak yang menyumbat pernafasannya. Bahkan kepalanya mulai berdenyut menahan rasa sakit seperti menusuk-nusuk.

Segera Aksa mengangkat tangan Inara dan memindahkannya kembali ke pinggangnya, tapi lagi-lagi tangan itu terjatuh hingga menimbulkan gesekan di area sensitif nya.

Kali ini Aksa benar-benar dilema dibuatnya. Dia tak bisa menahannya lagi dan mengangkat dagu Inara, lalu mengesap bibir mungil itu dengan deru nafas yang kian memburu. Sementara sebelah tangannya sengaja menggenggam tangan Inara dan menuntunnya melakukan pergerakan di bagian intinya yang sudah berdiri dengan sempurna. Celananya terasa sempit menyesakkan dada.

Beruntung mereka berdua duduk di bagian belakang dan bangku sebelah kosong, jadi Aksa yakin sekali tidak akan ada yang melihat aktivitasnya itu.

Saat Aksa tengah asik melu*mat bibir adiknya dan mengusap bagian intinya dengan tangan Inara, gadis itu tiba-tiba terbangun dan membulatkan matanya. Inara mencoba menjauh tapi Aksa menahannya.

"Sssttt... Diam saja, jangan mencari masalah!"

Aksa menajamkan tatapannya, hal itu membuat Inara bergidik ngeri tanpa bisa melakukan perlawanan. Inara sadar mereka berdua tengah berada di tempat umum. Jika dia memberontak, dia takut akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Apa ini?" gumam Inara.

"Kamu yang memulainya lebih dulu, sekarang biarkan aku yang menyelesaikannya!" bisik Aksa, lalu melu*mat bibir mungil itu lagi dengan penuh kelembutan. Tangan keduanya masih bergerak memberikan sentuhan manja di inti Aksa yang semakin menegang di bawah sana.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!