NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Berandalan

Menikah Dengan Berandalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:17.7k
Nilai: 5
Nama Author: macarhd

Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reaksi Tak Terduga

Mau marah seperti apa pun, mau tidak terima sekali pun, mau tidak sudi bahkan tidak mau memaafkan, keadaannya sudah tidak bisa diubah sekarang. Mayang bisa apa? Selain menangis meratapi nasib malang yang telah menimpa anaknya. Mayang bisa apa? Selain memaksakan diri dan mencoba kuat untuk menerima semuanya, meski jauh dalam lubuk hatinya ia tidak ikhlas dengan hal itu.

Setelah selama satu jam mengasingkan diri, akhirnya Mayang keluar juga. Dengan kondisi wajah yang sudah sembab dan jejak air mata yang masih terlihat di wajahnya. Setelah merenung dalam waktu selama itu, akhirnya hati Mayang tergerak untuk kembali keluar menemui anaknya dan laki-laki mengerikan itu.

Keluar dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Campur aduk. Bahkan Mayang tidak tahu harus memasang raut wajah seperti apa sekarang. Entah memasang wajah marah, kecewa, sedih, atau lain semacamnya. Di saat hatinya sebagai seorang ibu merasa tidak terima, justru kenyataan yang malah menyadarkan dirinya.

Mayang harus sadar kalau semuanya sudah terjadi dan tak bisa diubah lagi.

Mayang harus sadar, meski tidak terima dan tidak sudi kalau laki-laki yang telah menghancurkan anaknya itu malah akan menjadi seorang suami bagi Naura, ia tetap tidak memiliki pilihan lain untuk itu.

Akan lebih sakit dan menyedihkan lagi jika Naura harus menanggung semuanya sendirian. Mengurus anaknya sendirian. Berjuang sendirian. Tanpa seorang suami atau orang yang mendampinginya.

Mayang tidak bisa memabayangkan hal itu. Dalam pikiran saja sudah menyakitkan, apalagi kalau harus jadi kenyataan.

Pada akhirnya, Mayang mulai membuka suara kembali di sana, berkata bahwa ia setuju dengan pernikahan yang akan segera dilakukan oleh Naura dan Regan. Pernikahan yang entah akan seperti apa nantinya. Pernikahan yang wali nikahnya saja tidak tahu akan siapa. Sedangkan Naura sudah tidak memiliki ayah, dan keluarga dari ayah itu sudah berpisah entah ada di mana mereka.

"Bu... Naura mau kalau ibu hadir di pernikahan Naura nanti, Bu."

Akan sesakit apa nantinya ketika Mayang melihat Naura menikah dengan cara terpaksa seperti itu? hari yang harusnya menjadi hari paling bahagia bagi Naura, malah menjadi hari paling menyakitkan. Mayang tidak bisa memastikan apakah ia bisa sanggup menghadiri pernikahan anaknya, atau memilih diam sendirian di tempat ini dan berperang dengan isi kepalanya sendiri.

"Ibu nggak janji bisa hadir," jawab Mayang.

"Kenapa, Bu?" Naura menanyakan alasannya, dengan wajah yang demi apa pun, jika ada orang lain yang melihatnya, maka mereka akan merasa kasihan.

"Ibu nggak perlu khawatir, sehari sebelum pernikaha, saya yang akan menjemput Ibu ke sini, atau lebih bagus lagi kalau Ibu bisa ikut sekarang." Regan ikut mengeluarkan suara, takut kalau Ibunya Naura mengkhawatirkan hal yang ia ucapkan barusan.

"Ini bukan soal itu. Ini soal hati Ibu yang entah akan kuat atau tidak melihat anak ibu menikah dengan cara seperti itu." Mayang mencoba terlihat kuat di hadapannya. Menahan air mata yang sebentar lagi akan turun menjatuhi pipinya. "Maaf, Naura. Ibu nggak bisa janji. Sekarang Ibu hanya bisa berdoa untuk kamu, untuk kalian, semoga acaranya lancar dan tidak ada halangan apa pun. Masalah wali, kamu bisa menghubungi adik ayah kamu yang ada di Jogjakarta. Semoga saja dia bersedia untuk menjadi wali kamu."

Setelah mengatakan itu, Mayang kembali beranjak dari duduknya. "Ibu rasa semuanya sudah jelas dan cukup. Kalau mau pulang, bisa segera pulang agar tidak terlalu kemalaman sampai rumahnya. Kalau mau tinggal, silakan. Kamu bisa siapkan kamar kamu, Naura," ucap Mayang sebelum kembali berlalu dari sana. Dia memasuki kamar, meninggalkan Naura dan Regan di tempatnya.

Melihat ibunya seperti itu, tentu Naura merasakan sakit yang luar biasa. Namun, tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima. Bagaimanapun, rasa sakit dan kecewa yang dirasakan oleh Ibunya, tidak akan sebanding dengan apa yang ia rasakan sekarang.

Marah dan kecewanya seorang Ibu memang membuat luka yang paling dalam bagi anaknya.

***

Beberapa menit berpikir-Naura tidak bertanya kepada Regan apakah dia ingin pulang atau tinggal di rumah Ibunya dalam semalam- namun, tanpa ia bertanya pun laki-laki itu sudah memutuskannya sendiri. Beberapa saat setelah kepergian ibunya, Regan mengajaknya untuk bersiap dan segera pulang dari sana. Dan di sinilah Naura sekarang, kembali duduk berdua dengan laki-laki sangar dan mengerikan, dengan suasana yang amat canggung dan menegangkan.

Sudah satu jam dalam perjalanan, belum ada yang lebih dulu mengeluarkan suaranya, keduanya sibuk dengan isi kepala masing-masing. Naura yang masih kepikiran dengan ibunya- sangat merasa bersalah dan berharap ibunya akan segera memaafkan, menerima, dan berubah pikiran agar bisa hadir dalam acara pernikahannya nanti. Sedangkan Regan, entah sibuk dengan apa selain mengemudikan mobilnya.

Naura tidak tahu apa yang ada dalam pikiran cowok itu, yang pasti, kalau dilihat dari raut wajahnya, dia... seolah tengah kebingungan. Entahlah, mungkin bingung dengan hidupnya yang tahu-tahu sebentar lagi akan berubah.

Keheningan yang menyelimuti kedua orang itu dipecahkan oleh suara deringan ponsel yang berasal dari dashboard mobil-tepat di hadapan Regan. Naura tidak tahu itu menandakan apa, yang pasti ia melihat Regan yang langsung mengambil ponsel kemudian menempelkannya di telinga.

Itu berarti ada yang menelponnya.

"Iya, Ma?" suara Regan terdengar pelan, menjawab orang yang menelponnya di ujung sana.

Dari sebutannya, Naura dapat menyimpulkan bahwa orang yang menelpon Regan itu kemungkinan Tessa, mamanya sendiri.

"Udah, ini lagi di jalan pulang."

"Iya, aman. Sebentar...."

Naura sedikit terkejut ketika tiba-tiba Regan memberikan ponselnya.

"Mama mau ngomong," ucap cowok itu, seolah mengerti dengan kebingungan yang terlihat dari raut wajah Naura.

Meski ragu, Naura tetap mengambil alih ponsel itu dan mulai mengeluarkan suara di sana. "H-hallo?"

"Hallo, Naura?"

"I-iya, Tante."

"Gimana? Semuanya aman? Saya mau tahu semuanya, tapi sepertinya akan lebih baik jika kamu menjelaskannya secara langsung. Sekarang kalian udah di jalan pulang?"

Entah kenapa, Naura merasa kalau suara Tessa terdengar seperti orang yang tengah resah di ujung sana. "Iya, Tante, udah di jalan pulang."

"Ya sudah, kalian hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa, kabarin."

Setelah Naura mengatakan 'iya', Tessa mengakhiri sambungan teleponnya. Membuat Naura langsung menoleh kepada Regan dan mengembalikan ponselnya.

"Nanyain apa dia?"

Naura yang mulanya sudah mengalihkan pandangannya ke depan, kembali menoleh menatap laki-laki yang ada di sampingnya. Sedikit bingung, tumben sekali dia bertanya kepadanya. Biasanya sebelumnya, meski ada apa-apa pun Regan hanya diam saja.

"Nanyain semuanya lancar atau nggak," jawab Naura.

"Terus lo jawab apa?" tanya Regan lagi.

Naura menelan ludah susah payah. Entah kenapa, berbicara dengan Regan seperti ini, detak jantungnya tak terkendali. Tolong jangan salah paham dulu, ini bukan berarti pertanda suka apalagi cinta, mungkin hanya sebuah reaksi tak terduga ketika Naura berbicara dengan orang yang membuatnya takut saja.

Iya, hanya itu.

"Jawab, semuanya aman," balas Naura.

Sempat diam beberapa saat, sampai Naura mendengar kalau Regan menghela napas panjang di tempatnya. "Gue gak tahu, jawaban gua kurang meyakinkan atau gimana sampai Mama menanyakan hal yang sama kayak gitu. Padahal, jawabannya sama aja."

1
Heny Adinda
sweet bgt regann
syisya
lanjutkan
syisya
🤣🤣🤣🤣
who i am ?
lanjut thooor, semangatt💪
syisya
kikikikikik ya iyalah nauraaa masih ditanya lagi, gemes deh
syisya
mampus hhhhh
syisya
waooow crazy up 👏🏻👏🏻👏🏻 makasih kak triple upnya keren bingiiiitz
syisya
thanks thor selalu double up
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
syisya
udah ep 60an tapi belum ada kemajuan masih jalan ditempat masih itu" aja thor kapan dong mereka mulai ada rasa masing" trs kelanjutan hubungannya apa mesra"an gitu misalnya duuuh greget deh jadi gemes sama mereka kutunggu next up nya jangan lama" ya thor hihihihi semangat sehat selalu 💪🏻
syisya
seru jg tuh idenya 😅
Heny Adinda
di tunggu segera sayangnya regan sama naura
syisya
kram kali ya, semoga Naura baik" saja & kandungannya selamat & kuat
Heny Adinda
jgn lama2 up nya thor
who i am ?
next Thor 🥰
syisya
ter tooooot, lanjuuut
syisya
tidak membalas bukannya marah melainkan pulang mau nganterin kamu jenguk melody ke RS wkwkwkwkwk
syisya
cie cie cieeee pengen dipeluuuuk😂
syisya
bawaan bayi emaknya pingin dimanja" kayaknya nih hhhh
Heny Adinda
semangat thorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!