Second Life Of Kayla

Roy seorang pria yang merupakan asisten dari Aksa itu segera mengantar Vanessa beserta putranya ke rumah sakit.

Roy segera membuat janji pada seorang dokter untuk memeriksa keadaan putra Vanessa.

"Masih lama gak? pegel nih!" Gerutu Vanessa.

Roy mendelik tajam, sedari perjalanan kesini wanita itu terus mengoceh. Roy sebenarnya malas mengantar wanita itu, tetapi dirinya tak ingin di pecat oleh Aksa.

"Dasar sekretaris gadungan, belagu banget kamu." SIndir ROy.

Mendengar itu, Vanessa kembali naik pitam. Dia menatap Roy tanya berdiri di sampingnya dengan mata melotot tajam.

"Berani sekali kamu asisten Roy! akan ku adukan kamu ke bos!" Ancam Vanessa.

"Hei nona, sebentar lagi pasti kau akan di pecat. Sepertinya akulah yang akan membuatkan surat pemecatan untuk mu." Seringai Roy.

Vanessa menghentakkan kakinya kesal, dia meremas angin tepat di depan wajah Roy.

"KEsel aku sama kamu Roy! Dasar duda karatan!" Ejek Vaness.

Roy mendelik tak suka, dia menangkup pipi Vaness dan mengarahkan pada jendela kamar ruangan yang berpantulan langsung pada mereka.

"Lihat? kau ini juga seorang janda! janda gak laku lagi," ujar Roy meledek.

"Apa?!" Kaget Vanessa.

"Lihat, wajahmu penuh kerutan. Garis halus dimana-mana ... ck ck ck. Wajahmu sudah tua ," ujar ROy dengan puas.

Vanessa tampak melihat wajahnya di pantulan kaca jendela itu, dia memegangi wajahnya dengan raut ketakutan.

"Mami! Heru lapar!" Seru anak Vaness yang bernama Heru. Dia menarik baju yang sang ibu gunakan dengan pelan.

Selepas Roy menarik tangannya dati wajah Vanessa, dia langsung mengeluarkan tisu basah untuk membersihkan tangannya.

"Kuman." Gerutu Roy.

"Eh anak kecil, apa kau tak bisa menahan laparmu sebentar? kau baru makan roti lima bungkus saat di mobil tadi, kenapa lapar lagi?!" Ucap Roy pada Heru sambil berkacak pinggang.

Heru ketakutan, dia bersembunyi do balik perut ibunya. Vanessa yang tadi membelakangi Roy segera berbalik badan.

"Eitss, kau mau marah ka? tahan dulu, dokter sudah memanggil." Ujar Roy sambil menutup wajah Vanessa dengan tisu basah yang tadi ia gunakan.

Roy segera berjalan terlebih dahulu, dia menghindari dari kemarahan Vanessa. Sedangkan Vaness, dia mengambil tisu basah itu dari wajahnya dan meremasnya dengan kuat.

"Roy!!! awas kamuu!!!"

***

Sepulang dari rumah sakit, Aksa memutuskan untuk mampir ke sebuah restoran terlebih dahulu untuk makan siang. Arvian dengan senang menyetujui kemauan daddy nya itu, berbeda dengan Kayla yang sedari tadi keingin pulang.

"Mau pesen apa?" Tanya Aksa pada Kayla sambil melihat buku menu yang ia pegang.

Kayla mengambil buku menu, dia memilih sangat lama hingga Aksa merasa bosan saat istrinya terus saja membalikkan buku menu itu.

"Kay, sudah sepuluh menit kamu memilih. Apa belum ada juga yang mau kamu makan?" Heran Aksa.

Kayla melirik sekilas, setelah itu dia menutup buku itu dan menatap Aksa.

"Sudah? jadi pesan apa aja?" Tanya Aksa sembari menatap buku menu yang ia pegang.

"Nasi goreng." Cetus Kayla.

Dengan segera Aksa menatap Kayla dengan wajah melongo. Sudah 10 menit dia menunggu istrinya itu memilih, tetapi yang di pilih hanyalah nasi goreng.

"Kay, ayolah. Kenapa kebiasaanmu dari kita kuliah belum berubah juga, kau memilih lama dan berakhir memesan nasi goreng," ujar Aksa

Ia jadi ingat saat dia dan Kayla masih kuliah, wanita itu selalu memesan nasi goreng. Berbeda dengan Kayla yang tak memikirkan hal itu, sebab yang dirinya pikirkan adalah kehidupan sebelumnya yang kelam.

"Daddy, Al mau ini. Udang na duga, ikana janan lupa. Yang gulame, telus kepitingna duga. Minumna ...,"

Aksa melongo mendengar permintaan putranya, dengan sabar dia pun mengangguk dan menunggu minuman apa yang di inginkan sang putra.

"Cucu, yang tlawbeli yang melon duga yang coklat duga yang ...,"

"Banyak sekali!" Protes Aksa.

Arvian pun mengalihkan pandangannya dari buku menu, dia menatap daddy-nya dengan pandangan kesal.

"Daddy tadi bilangna pesen apa aja, Al pesen cuman itu doang. Daddy malah-malah, habic uangna daddy? tenang, nanti Al minta cama opa," ujar Arvian.

KAyla menahan tawa, dia bahkan sampai menutup mulutnya agar tidak tertawa. Dirinya paham jika sebenarnya Arvian hanya mengerjai Aksa sebab membuat Kayla sedih.

"Apa?! mau malah?!" Pelotot Arvian.

"Kamu ...,"

Tak!

Arvian mengeluarkan sebuah kartu hitam dari dalam tasnya, dia menaruhnya di meja dengan cukup keras. Melihat kartu itu sontak Kayla dan Alsa mendekatkan kepala mereka untuk melihat lebih jelas kartu itu, bahkan keduanya sampai melotot tak percaya.

"Da-dari mana kamu dapat kartu ini?" Tanya Aksa sambil menunjuk ke arah kartu itu dengan tatapan mengarah pada putranya yang duduk dengan santai.

"Dali opa lah! daddy nda punya yah? kacian deh lo!"

Lagi-lagi Aksa dan Kayla tambah di buat terkejut dengan kelakuan putranya itu.

"Tante tantik, Al pecen yang tadi yah. Esklimna dua, catu mommy catu Al. Daddy nda ucah, debetes nanti." Centil Arvian.

pengunjung yang lain oun tertawa melihat tingkah polos Arvian, mereka bahkan mengabadikannya pada sosial media mereka.

"Wah, anak itu pintar sekali yah?" Bisik salah satu pengunjung pada yang lain.

"Iya, anak itu bisa menjadi artis cilik. Apalagi dia tampan," ujar yang lain.

Sementara Aksa, dia sudah terdiam dengan menahan amukan. KAyla yang melihat suaminya akan meledak pun segera mengelus bahunya.

"Sudah itu saja mba, tolong cepat siapkan yah," ujar Kayla dengan tersenyum paksa.

Baik bu, silahkan di tunggu. " Ujarnya sambil pamit undur diri.

Arvian melipat tangannya di atas meja, dengan kepala yang dia ayunkan ke kiri dan ke kanan Arvian menatap mommy nya.

"Habic ini kita belanja mommy, tinggalkan daddy. Pinggangna nanti pegal kayak opa," ujar Arvian.

"I-iya sayang," ujar Kayla.

Tak lama makanan pun datang, senyum Arvian dan Kayla merekah. Keduanya pun menarik masing-masing piring yang tersaji.

Kayla mengambil steak kesukaannya, dan Arvian mengambil pasta. Sedangkan yang tersisa hanyalah nasi goreng saja.

"Kay, kan kamu yang pesan nasi goreng. Kok ambil pesanan mas?" Tanya Aksa bingung.

"Aku udah gak pengen," ujar Kayla.

Aksa merengut kesal, dia menggerutu dalam hati.

"Dari kuliah sampe punya anak gak berubah juga, pesen nasi goreng tapi punya ku yang di embat." Batin Aksa.

Terpaksa Aksa memakan nasi goreng Kayla, tetapi tatapannya menatap ikan gurame adam manis yang berada di dekat putranya.

Air liurnya hampir saja menetes, dia bisa saja memesan kembali. Namun, semua itu butuh waktu dan Alsa sudah sangat lapar.

"Daddy mau? pecen cendili, ini punya Al!" Seru Arvian.

"Ini juga kan daddy yang bayar!" ucap Aksa tak terima.

"Iya, tapi kan ...,"

"Mas Aksa!"

Bukan Kayla yang memanggil, tetapi seseorang yang berdiri di belakang Kayla. Sontak Aksa membulatkan matanya, sedangkan Kayla hanya diam karena tahu suara siapa itu.

"Ngapain kamu disini ... Vania?!" Sentak Aksa sambil berdiri dari duduknya.

"Aku ...,"

Senin nih, jangan lupa vote nya bagi yang masih punya vote.