NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia hidup dalam keterbatasan bersama ibunya, Sumi, yang bekerja sebagai buruh cuci. Ayahnya meninggal sejak ia berusia satu minggu. Ia memiliki kakak bernama Aluna, seorang mahasiswa di Banjar.

Suatu hari, Airilia terkejut mengetahui ibunya menderita kanker darah. Bingung mencari uang untuk biaya pengobatan, ia pergi ke Banjar menemui Aluna. Namun, bukannya membantu, Aluna justru mengungkap rahasia mengejutkan—Airilia bukan adik kandungnya.

"Kamu anak dari perempuan yang merebut ayahku!" ujar Aluna dingin.

Ia menuntut Airilia membiayai pengobatan Sumi sebagai balas budi, meninggalkan Airilia dalam keterpurukan dan kebingungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33. Rakha Marah

Setelah Rakha berangkat bekerja, Andira menonton televisi bersama Dinda. Mereka sedang menikmati film yang baru dirilis beberapa bulan lalu.

"Mbak Andira, Mbak Dinda, saya pamit pulang dulu," ucap Mila, menghampiri mereka yang sedang duduk di sofa.

"Tunggu sebentar, ya," sahut Dinda seraya beranjak ke dapur. Beberapa menit kemudian, ia kembali dengan sebuah kantong plastik hitam di tangannya.

"Ini ada sedikit makanan buat Mbak Mila," ujar Dinda sambil menyerahkan bungkusan itu.

Mila tersenyum dan menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Mbak. Kalau begitu, saya pamit."

Dinda mengangguk. Setelah Mila pergi, Andira menatap Dinda dan bertanya, "Menurutmu, bagaimana masakan Mbak Mila?"

"Masakannya enak dan cocok di lidahku. Kalau menurut Kak Dira sendiri bagaimana?"

"Aku juga suka. Rasanya seperti masakan restoran," jawab Andira sambil tersenyum.

Dinda mengangguk setuju. "Iya, kalau begitu, kenapa Mbak Mila nggak buka warung makan saja? Masakannya pasti laku."

Andira terdiam sejenak sebelum menjawab, "Memangnya kamu nggak tahu kalau dulu Mbak Mila pernah punya restoran?"

Dinda terkejut. "Masa sih? Kalau punya restoran, kenapa Mbak Mila mau kerja di sini?"

"Itu dulu, sebelum suaminya meninggal dan..." Perkataan Andira terhenti saat melihat Rakha tiba-tiba berdiri di depan pintu masuk.

"Mas? Kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan?" tanyanya, menghampiri Rakha dengan raut wajah bingung.

"Aku ingin bicara denganmu. Ini penting," jawab Rakha dengan nada serius.

Tanpa berkata lebih lanjut, ia berjalan menuju kamar, diikuti Andira yang masih bingung. Sesampainya di dalam, Rakha segera mengunci pintu, khawatir pembicaraan mereka terdengar oleh Dinda.

"Mas, kenapa kamu mengunci pintu? Ada apa?" tanya Andira heran.

Rakha menatapnya tajam, seperti elang yang bersiap menerkam mangsanya.

"Apa kamu masih menyimpan foto dan menangisi Sento serta putrimu?" tanyanya dengan suara dingin.

Andira mengerutkan kening. "Mas, kamu bicara apa? Aku nggak ngerti."

"Jangan pura-pura bodoh! Apa maksudmu menangis di depan Rehan? Kamu ingin dia tahu semuanya? Kamu mau dia tahu kalau kamu bukan ibu kandungnya?" bentak Rakha sambil melemparkan ponselnya ke arah Andira.

Andira terkejut. Ponsel itu mengenai jidatnya hingga lecet. Air mata mulai menggenang di sudut matanya.

"Mas, kenapa kamu marah-marah seperti ini? Apa salahku?" tanyanya lirih.

Rakha menarik napas dalam, lalu mengambil kembali ponsel yang tadi dilemparkannya dan menyerahkannya pada Andira.

"Lihat ini!" katanya tegas.

Andira mengambil ponsel itu dan melihat layarnya. Matanya membelalak saat melihat foto Sento dan bayi perempuan mereka.

"Mas... Dari mana kamu dapat foto ini?" suaranya bergetar.

"Dari Rehan. Dia melihatmu menangis sambil memegang foto itu."

Andira terdiam. Dadanya terasa sesak.

"Jadi Rehan melihatku waktu itu? Kenapa aku bisa lupa menutup pintu?" pikirnya dalam hati.

"Kamu ingin Rehan tahu yang sebenarnya, kan? Kamu ingin dia sedih dan penyakitnya kambuh lagi?" lanjut Rakha dengan nada menyudutkan.

Andira menggeleng cepat. "Mas, kenapa kamu berpikiran seburuk itu? Aku nggak pernah punya niat seperti itu. Aku sudah menganggap Rehan seperti anakku sendiri."

Rakha mendengus sinis. "Kalau benar begitu, kenapa kamu masih menyimpan foto Sento dan putrimu? Kenapa kamu masih menangisi mereka?"

"Wajar, Mas! Mereka bagian dari hidupku! Seharusnya kamu paham, nggak mudah kehilangan dua orang yang aku sayangi dalam waktu bersamaan!"

"Kalau mereka bagian dari hidupmu, lalu aku dan Rehan? Kami ini apa? Kita sudah bersama enam belas tahun. Belum cukupkah waktu untukmu menerima kami?"

Andira menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. "Mas, aku sudah mengabdi padamu, membesarkan Rehan bersama, tanpa dia tahu kalau aku bukan ibu kandungnya. Tapi Rehan sudah delapan belas tahun. Cepat atau lambat, dia pasti akan mengetahui kebenarannya."

"Rehan nggak akan tahu kalau kamu nggak memberitahunya! Kita sudah sepakat menjaga rahasia ini, Dira. Kamu ingin Rehan sakit lagi, hah?"

Andira menutup matanya sesaat, lalu menggeleng. "Cukup, Mas. Aku lelah."

Ia meraih tasnya dan memutar gagang pintu. Namun, saat keluar, ia terkejut melihat Rehan berdiri tak jauh dari sana dengan kantong plastik di tangannya.

"Mama mau ke mana?" tanyanya.

Andira hanya meliriknya sekilas tanpa menjawab, lalu segera pergi.

Rehan memandangi kepergiannya dengan kebingungan. Ia lalu melihat ke dalam kamar, di mana Rakha tampak mengacak-acak rambutnya, frustasi.

"Apa Mama dan Ayah bertengkar?" pikir Rehan dalam hati, sebelum buru-buru bersembunyi saat Rakha keluar dari kamar.

---

Sementara itu, di tempat lain, Aluna sedang berada di dapur mencoba memasak. Setelah belanja bahan, ia menonton tutorial memasak di aplikasi video. Namun, bukannya belajar, ia malah tergoda melihat makanan lezat yang dimasak seorang chef terkenal.

"Huft... Bahannya nggak lengkap. Tau gini, mending pesan makanan aja," gerutunya.

Setelah beberapa menit, pesanannya tiba. Di atas meja, ada berbagai makanan, mulai dari bubur, bakso, hingga camilan.

Baru saja ia mulai makan, ponselnya bergetar. Ia melihat nama Rakha di layar.

"Halo, Kak Rakha? Ada apa?" tanyanya setelah mengangkat telepon.

"Apa kamu punya waktu luang? Aku ingin bertemu sebentar," jawab Rakha dengan suara serius.

Aluna mengerutkan kening. "Tumben Kak Rakha mau ketemu aku. Ada apa, ya?" pikirnya.

"Bisa. Di mana?"

"Di Café Angkasa. Kamu bisa ke sana?"

"Bisa, Kak. Tunggu aku sepuluh menit."

Setibanya di kafe, Aluna melihat Rakha sudah duduk sambil memainkan ponselnya.

"Permisi, Kak," sapanya, lalu duduk di hadapan Rakha.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Rakha.

"Aku pesan minum aja, soalnya tadi baru makan."

Rakha memanggil pelayan dan memesan kopi hitam untuk dirinya serta jus mangga untuk Aluna.

"Kak Rakha mau bicara apa?" tanya Aluna setelah minuman mereka datang.

"Boleh aku curhat sama kamu? Aku nggak tahu harus cerita ke siapa lagi."

Aluna tersenyum tipis. "Jadi, Rakha menemuiku hanya untuk curhat?" batinnya.

"Boleh. Kakak mau cerita tentang apa?"

Rakha pun menceritakan pertengkarannya dengan Andira pagi tadi.

"Kalau menurut aku, yang salah itu istri Kak Rakha. Berarti selama ini dia nggak benar-benar menganggap Kak Rakha suaminya," ujar Aluna tajam.

Rakha terdiam, mendengarkan dengan saksama.

"Kalau dia benar-benar mencintai Kak Rakha, seharusnya dia sudah membuang semua yang berhubungan dengan masa lalunya."

Rakha mulai bimbang. Kata-kata Aluna seolah membenarkan semua keraguannya.

Aluna tersenyum licik. "Aku berhasil menambah kobaran api dalam rumah tangga mereka," batinnya puas.

Bersambung..

1
rania
Kasihan Dinda, peluk jauh🥺🥺
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!