Airilia seorang gadis yang hidup serba kekurangan, ayahnya sudah lama meninggal sejak ia berusia 1 minggu. Airilia tinggal bersama ibunya, bernama Sumi yang bekerja sebagai buruh cuci. Airilia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Aluna yang berstatus sebagai mahasiswa yang ada di banjar.
Pada suatu hari, Airilia kaget mendengar Sumi terkena kanker darah. Airilia yang tidak tau harus kemana mencari uang, ia berangkat ke banjar untuk menemui Aluna, agar Aluna mau meminjamkan uang untuk pegangan saat Sumi masih di rawat dirumah sakit.
Alih-alih meminjamkan uang, Aluna justru membongkar identitas Airilia sebenarnya. Aluna mengatakan bahwa Airilia anak pelakor yang sudah merebut ayahnya. Sumi yang berlapang dada merawat Airilia semenjak ibunya mengetahui ayahnya meninggal karena kecelakaan. Aluna yang menuntut Airilia harus membiayai pengobatan Sumi sebagai bentuk balas budi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Rakha Marah
Setelah Rakha berangkat bekerja, Andira menonton televisi bersama Dinda. Mereka menonton film yang baru beberapa bulan lalu dirilis.
"Mbak Andira, mbak Dinda, saya mau pamit pulang dulu" ucap Mila menghampiri Andira dan Dinda yang sedang duduk disofa.
"Tunggu sebentar, ya" Dinda beranjak dari duduk menuju ruang masak. Beberapa menit kemudian Dinda menghampiri Mila sambil membawa kantong plastik hitam.
"Ini ada sedikit makanan untuk mbak Mila" Dinda memberikan makanan yang dimasak Mila pagi tadi.
"Terima kasih, kalau begitu saya pamit" Dinda tersenyum dan mengangguk.
"Bagaimana menurut kamu dengan masakan mbak Mila?" tanya Andira menatap Dinda sebentar.
"Masakan mbak Mila sangat enak dan sangat cocok dilidah aku. Kalau menurut kak Dira bagaimana?"
"Kalau menurut aku, masakan mbak Mila sangat enak dan juga masakan yang dimasak mbak Mila seperti masakan di restoran gitu".
"Iya, mengapa mbak Mila nggak membuka warung makan aja, 'kan masakan mbak Mila sangat enak?".
"Memang, kamu nggak tau, kalau mbak Mila pernah punya restoran".
"Masa sih, kalau mbak Mila punya restoran mengapa mbak Mila mau kerja disini".
"Itu dulu sebelum suami mbak Mila meninggal dan anaknya..." ucapan Andira terhenti ketika melihat Rakha tiba-tiba sudah berada didepan pintu masuk.
"Mas, mengapa balik, atau ada yang ketinggalan?"tanya Andira menghampiri Rakha.
"Aku ingin berbicara sama kamu, ini penting" Rakha berjalan menuju kamar, lalu disusul Andira dibelakang.
Setelah Rakha dan Andira sampai didalam kamar mereka, Rakha lekas segera mengunci pintu takut Dinda mendengar pembicaraan mereka. Andira bingung, melihat tingkah laku Rakha tidak seperti biasanya.
"Mas, kamu kenapa?dan mengapa pintunya di kunci?" Rakha memandangi Andira, menatap Andira tajam bak seperti elang yang akan siap memangsa.
"Apa kamu masih menyimpan foto dan menangisi Sento dan putrimu?".
"Mas, kamu bicara apa?aku nggak ngerti?".
"Apa maksud kamu menangis didepan Rehan?kamu ingin Rehan mengetahui semuanya?iya, begitu?" Rakha marah, ia meleparkan ponsel kearah Andira membuat jidat Andira lecet.
"Mas, maksud kamu apa?kamu datang langsung marah sama aku, aku nggak tau apa kesalahan aku?" Andira meneteskan air mata, ia tidak pernah melihat Rakha marah seperti itu.
Rakha menghela napas kasar, ia mengambil ponsel yang dilempar tadi dan menyerahkan kepada Andira.
"Kamu lihat ini!" Andira melihat ponsel Rakha, ia terkejut melihat foto Sento dan seorang bayi diyakini adalah Airilia.
"Kamu dari mana foto ini, mas?".
"Aku dapat dari Rehan, Rehan melihat kamu menangis sambil memegang foto ini". Ya, saat Rehan memberikan ponsel, diam-diam Rakha mengirim foto itu ke handphone miliknya.
"Jadi waktu itu Rehan melihat aku menangis, kenapa aku bisa lupa menutup pintu?" batin Andira melamun.
"Kenapa kamu diam?kamu ingin Rehan tau yang sebenarnya kalau kamu bukan ibu kandungnya, iya. Kamu ingin Rehan sedih dan penyakitnya kambuh lagi".
"Mas, mengapa kamu berpikiran kotor seperti itu?aku nggak pernah punya pikiran seperti kamu. Rehan itu sudah aku anggap anakku sendiri".
"Benarkah, kalau kamu memang menganggap Rehan anak kamu, mengapa kamu masih mengingat Sento dan putrimu?bahkan kamu diam-diam menangis untuk mereka".
"Wajarlah, kalau aku ingat mereka, karena mereka bagian dari hidupku. Seharusnya, kamu paham keadaanku, nggak gampang kehilangan dua orang aku sayangi dalam waktu bersamaan".
"Kalau mereka bagian dari hidupmu, lantas aku dan Rehan, kamu anggap apa?kita sudah bersama hampir enam belas tahun, nggak cukupkah waktu untuk kamu bisa menerima kami".
" Asal kamu tau, Dira, aku juga kehilangan Andini, tapi aku nggak pernah sekalipun menangisi Andini, apalagi merindukannya".
"Karena kamu sudah aku anggap sebagai Andini" batin Rakha dalam hati.
Andira mengatur nafasnya, ia menatap tajam Rakha.
"Cukup, selama ini aku sudah mengabdi sama kamu, membesarkan Rehan bersama, tanpa Rehan tau kalau aku bukan ibu kandungnya. Rehan sudah berusia delapan belas tahun dan cepat atau lambat Rehan pasti akan mengetahui kebenarannya".
"Rehan nggak akan tau kalau kamu nggak memberi tau. Kita sudah sepakat untuk menjaga Rahasia ini, Dira. Kamu ingin Rehan kambuh penyakitnya, nggak 'kan".
"Cukup, aku lelah" Andira mengambil tas dan memutar pintu, Andira keluar dari kamar namun ia kaget melihat Rehan sudah berdiri tidak jauh sambil membawa kantong plastik.
"Mama mau kemana?" Andira melirik Rehan sekilas, ia juga tidak menjawab pertanyaan Rehan dan langsung bergegas pergi.
Rehan memandangi kepergian Andira, Rehan bingung melihat Andira menangis, lalu ia melihat dalam kamar terlihat Rakha sedang mengacak rambutnya.
"Apa mama dan ayah bertengkar?"batin Rehan bersembunyi ketika Rakha keluar dari kamar.
**********
"Huft,, bahannya nggak lengkap, tau gini aku beli pesan makanan saja".
Sudah hampir satu jam Aluna berada didapur, setelah belanja sayuran, ia memutuskan belajar memasak dari sebuah aplikasi video namun bukannya belajar Aluna malah ngiler melihat makanan yang dimasak oleh chef terkenal.
"Lapar banget, mana sudah jam delapan, lebih baik aku pesan makanan saja" Aluna segera memesan makanan kesukaannya.
Setelah beberapa menit, makanan yang ia pesan sudah datang. Ada banyak makanan tersedia diatas meja mulai dari bubur, bakso dan cemilan.
Aluna makan dengan lahap, namun tiba-tiba ponselnya bergetar, ia melihat Rakha menghubunginya.
"Halo, ada apa kak Rakha?" tanya Aluna.
"Apa kamu punya waktu luang? aku ingin bertemu sama kamu sebentar saja?".
"Tumben, Rakha ingin bertemu denganku. Apa yang ingin Rakha bicarakan" batin Aluna sambil menatap makanan.
"Bisa, dimana kita bertemu?".
"Dicafe Angkasa, apa kamu bisa kesana?".
"Bisa kak, tunggu aku sepuluh menit". Aluna mematikan ponselnya dan bergegas berganti baju.
Saat Aluna sampai di cafe Angkasa, ia sudah melihat Rakha sedang duduk sambil memegang ponselnya.
"Permisi kak" Aluna menghampiri Rakha dan langsung duduk diseberang Rakha.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Rakha menatap Aluna.
"Aku pesan minum aja, karna tadi aku baru makan" tolak Aluna lembut.
"Mbak" panggil Rakha kepada seorang pelayan yang tidak jauh dari meja mereka.
"Mau pesan apa?"tanyanya ramah.
"Saya pesan kopi hitam dan kamu mau pesan apa?".
"Saya pesan jus mangga". Pelayan itu mencatat dan segera pergi.
"Kak Rakha, ada apa mengajak aku kesini?"tanya Aluna melihat Rakha yang juga menatapnya.
"Apa boleh aku curhat sama kamu?aku nggak tau harus curhat sama siapa lagi?".
"Jadi, Rakha menemui aku hanya untuk mendengarkan dia curhat" batin Aluna.
"Boleh, emang kak Rakha mau curhat tentang apa?".
"Permisi, ini pesanannya".
"Terima kasih mbak". Pelayan itu tersenyum dan mengangguk.
"Begini......" Rakha menceritakan semua kejadian tadi pagi. Dimana Rakha dan Andira bertengkar hanya karena masa lalu.
"Maaf, bukannya aku ikut campur, tapi kalau menurut aku yang salah itu adalah istri kak Rakha. Berarti selama ini istri kak Rakha nggak menganggap kak Rakha suaminya, dong" Rakha diam, ia mendengarkan perkataan Aluna.
"Apa menurut kamu, aku salah jika menyuruh istriku melupakan masalalunya?".
"Nggak, kak Rakha nggak salah. Mungkin saja istri kak Rakha belum menerima kak Rakha dan Rehan sepenuhnya. Jika, istri kak Rakha mencintai dan menerima Rehan seperti anak kandungnya, otomatis foto atau apapun yang berhubungan dengan masalalu harusnya dibuang" Rakha mengangguk pelan, membenarkan perkataan Aluna.
"Iya, kamu benar. Seharusnya kalau benar istriku menerima Rehan dan mencintaiku apa adanya, maka istriku nggak mungkin masih menyimpan foto almarhum suaminya dan foto putrinya". Aluna tersenyum licik karena sudah berhasil menghasut Rakha.
"Kak Rakha pernah dengar, bahwa seorang wanita hanya jatuh cinta sekali seumur hidupnya, sisanya hanya melanjutkan hidup". Rakha menggeleng "Artinya apa?".
"Artinya, istri kak Rakha hanya jatuh cinta pada almarhum suaminya saja, sedangkan sama kak rakha, mungkin hanya sebatas melanjutkan hidup atau mungkin cuma karena kasihan melihat kak Rakha mengurus Rehan sendiri waktu itu". Rakha terkejut mendengar perkataan Aluna, ia bimbang apakah benar yang dikatakan Aluna kalau Andira hanya kasihan sama Rehan.
Melihat Rakha diam, membuat Aluna senang, ia berhasil menambah kobaran api dalam rumah tangga Rakha dan istrinya.
"Kayaknya membuang mas Reza nggak terlalu buruk jika dapatnya seperti Rakha, punya bisnis dan usaha daripada Reza hanya sebagai karyawan biasa" batin Aluna menyeringai.
Bersambung...