Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Di Cari Sedang Bercocok Tanam.
Adnan yang baru selesai mandi, dalam keadaan rambut masih basah dengan harapan agar di keringkan oleh sang Istri, tetapi ternyata Sabrina sudah melang-lang buana ke alam mimpi.
Adnan memandangi istrinya lama sekali ternyata Istri nya benar-benar cantik. "Jangan pernah khianati aku sayang..." gumamnya lalu ambil baju ganti setelah rambutnya kering.
Adnan pun merebahkan tubuhnya di samping Istrinya. Otomatis Sabrina tidur dalam rangkulan hangat sang suami. Mereka tidur pulas hingga ke esokan harinya menjelang subuh.
"Toloong... toloong..." Sabrina menjerit-jerit. Ia bermimpi seperti di kejar-kejar Ular.
Sabrina berlari menjauh dari tempat itu, namun ia terjatuh. Hingga Ular sudah berada di dekatnya. Ketika Ular itu ingin menggigit secepatnya Sabrina ambil sepotong kayu.
Buk
Buk.
"Ina..." Adnan terperangah mendadak bangun dari tidurnya kepalanya di pukuli dengan guling. Adnan menangkis dengan kedua tangan. Walupun tidak sakit namun merasa Aneh dengan kelakuan Istri nya.
"Sabrina..." Adnan merangkul tubuh Istri nya mendekapnya erat. Begitu juga sebaliknya.
Sabrina terengah-engah seperti lari maraton, keringatnya mengucur deras, padahal di ruangan ber ac.
"Sabrina... kamu bermimpi?" Adnan mengusap bahu istrinya lembut.
Sabrina melepas tangannya dari tubuh Adnan, ia terkesiap kala berhadapan dengan seorang pria. Sabrina pikir di tolong pangeran saat sedang genting seperti di dongeng yang sering ia dengar dari Kamila sang Ibu.
"Kamu siapa?" Sabrina memundurkan bokongnya.
"Kamu lupa?" Adnan tersenyum.
Adnan pun turun dari ranjang ambil air minum kemudian memberikan pada Sabrina. "Kamu minum dulu"
Sesaat Sabrina mengamati suami nya baru sadar kemudian ambil gelas dari tangan Adnan, meneguknya hinga tandas.
"Terimakasih" kata Sabrina kemudian menutup wajahnya karena malu. Ingat ketika memeluk Adnan tadi. Seketika Sabrina berdoa setelah mimpi buruk.
Adnan tersenyum kemudian mengembalikan gelas.
"Kalau mau tidur itu berdoa dulu makanya, jangan langsung nggelosor saja," nasehat Adnan.
"Tadi juga berdoa kok," Sabrina merengut.
"Memang kamu mimpi apa?" Adnan menatap lekat wajah Sabrina. Walupun baru bangun tidur tampak cantik dan nenggemaskan. Semakin hari Adnan semakin di buat jatuh cinta oleh Sabrina.
"Mimpi di kejar-kejar Ular," jujur Sabrina.
"Ahahaha..." Adnan terbahak-bahak.
"Iiiihhh... sebeeelll... kok malah ngetawain sih?!" sungut Sabrina.
"Hey... orang yang bermimpi di kejar-kejar Ular itu, biasanya ketika mau menikah. Nah ini, kamu baru saja menikah, malah mimpi di kejar Ular," Adnan tersenyum.
'Aaahhh.... terus saja ketawa! Sudah ah! Aku mau mandi, terus shalat subuh dulu," Sabrina segera beranjak. "Memang aku mau mimpi, orang mimpi datang sendiri kok!" Imbuh Sabrina. Lalu ngeloyor, kemana lagi, jika bukan mandi.
Adnan memandang langkah Istri nya yang sedang menghentak-hentakan kakinya tersenyum, geleng-geleng kepala. Ia jadi ingat Afina kalau minta sesuatu tidak di turuti.
15 belas menit kemudian, Sabrina ke luar sudah mengenakan baju rapi.
"Tunggu ya, kita shalat bareng," titah Adnan. Sambil berlalu dan hanya diangguki oleh Sabrina.
Sambil menunggu suaminya mandi, Sabrina menghafal surat-surat pendek seperti yang ia selalu lakukan di rumah.
Adnan tertegun di depan kamar mandi, sambil mengosok-gosokan telapak kaki di keset. Adnan tersenyum kagum, ia saat ini yakin, tidak salah pilih, ternyata Sabrina tidak hanya cantik, namun juga shalehah.
Sabrina pun selesai menghafal surat-surat mendongak menatap Adnan yang hanya memakai handuk.
"Astagfirrullah... pakai baju segera apa Mas," Sabrina segera memalingkan wajah ketika dada Adnan terpampang di depan nya.
"Memang kenapa cantik... kita kan sudah suami istri," Adnan menjelaskan.
"Bukan begitu Mas, kita kan sudah wudhu," Sabrina khawatir ada nafsu hingga menyebabkan mandi dua kali, sebab waktu terus berjalan.
"Iya, aku tahu maksud kamu," Adnan mendekati koper.
"Mau ambil baju ya? Biar aku ambilkan," Sabrina segera beranjak ketika Adnan akan membuka koper mengambil baju ganti.
"Aku ambil sendiri saja, kamu kalau lagi ngaji teruskan saja," tolak Adnan.
"Hais!" Sabrina membuka koper mencari baju koko mamun tidak ia temukan. "Kok tumben nggak ada," Sabrina menoleh Adnan yang berdiri di samping.
"Apa yang nggak ada?" Adnan meneliti koper.
"Baju koko," Sabrina terus membolak balikkan pakaian yang ia temukan justeru CD, boxer, dan kaos.
"Memang aku tidak membawa koko, In," Adnan mengingatkan, lalu ambil kaos kemudian mengenakan dengan cepat. Ia pun tidak mau membuang waktu lagi. Mereka lantas subuh setelah Adnan mengenakan sarung bekas isya tadi malam yang masih tergeletak di sadjadah.
Shalat pun selesai Sabrina mencium punggung tangan imam nya, untuk yang pertama kali.
Baru satu malam bersama Sabrina Adnan tidak berhentinya tersenyum. Ia berdoa dalam hati. "Ya Allah... semoga rumah tangga kami samawa," ia meraup wajahnya.
Sabrina lantas membuka mukena melipatanya kemudian menyelipkan rambut ke atas telinga menampilkan leher putih nan mulus.
"Ina" Adnan menahan lengan Sabrina ketika hendak beranjak.
Sabrina kembali duduk berhadapan dengan Adnan yang masih bersila.
"Kita sekarang sudah suami istri," Adnan mengusap ubun-ubun istri nya. Lalu maju lebih dekat dengan Sabrina hingga tinggal beberapa senti.
Sabrina menunduk kala sapuan napas Adnan menerpa wajahnya.
Duda tampan itu kemudian berjongkok mengangkat tubuh Istri nya ke tempat tidur. Membuat Sabrina terkejut menatap wajah Adnan yang sudah di selimuti gairah.
Tidak ada pilihan bagi Sabrina selain taat pada suaminya. Entah cinta, atau tidak cinta, sudah kewajiban baginya untuk melayani.
Adnan membaca doa, sebelum akhirnya menjalankan ibadah suami istri di pagi hari.
********
Jam sembilan pagi jika pengantin baru itu entah menambah hingga beberapa Bab. Biarkan saja, jangan ada yang menggangu. 🤣🤣🤣 Biar mereka fokus menanam bibit unggul dan akhirnya tumbuh cikal bakal penerus yayasan maupun kampus.
Di kamar papa Rachmad, Afina uring-uringan ingin segera bertemu Bundanya. Tentu mama Fatimah tidak mengijinkan.
"Nenek... ayo kita cari Papa sama Bunda" rengek Afina.
"Nggak usah di cari sayang... nanti Papa sama Bunda menjemput Fina kesini" mama Fatimah mengusap kepala cucu nya.
"Tapi kok lama... kata Nenek, sebentar lagi! Sebentar lagi! Tapi mana Nenek..." Afina mengulangi kata-kata neneknya manyun.
"Sekarang gini saja, biar Afina tidak suntuk, kakek cari ice cream sandwich kesukaan kamu ya," papa Rachmad menambahkan.
"Iya deh," sahut Afina mengalah.
Saat papa Rachmad mencari sarapan ke luar dan mama Fatimah sedang ke kamar mandi. Bocah kecil itu berjalan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Ia ke luar dari kamar, mencari jalan untuk turun.
Matanya menatap beberapa orang yang sedang menunggu lift terbuka. Afina segera berlari kemudian masuk ke dalam lift yang kebetulan sedang tebuka dan ada beberapa orang yang sedang menginap hendak ke lantai satu.
Lift bergerak seberapa detik kemudian Afina sudah sampai di lobby hotel.
Afina berputar-putar mencari Sabrina namun tidak bertemu. Afina pun beristirahat dan saat itu, seorang wanita mengulurkan tangan.
.
.
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
hajar bello