Dijual sang paman dan di beli oleh mafia kejam.
Yura Milea seorang gadis belasan tahun harus rela mengandung benih pewaris untuk seorang mafia kejam.
Leonard Sebastian Johson, pria kejam itu membutuhkan seorang wanita untuk mengandung benih darinya sesuai permintaan Daddynya yang menderita penyakit akut.
Meski Yura bukanlah type ideal baginya pernikahan itu pun harus di laksanakan.
Bagaimana nasib Yura ketika di rahimnya tumbuh benih sang pewaris, sedangkan ia begitu membenci Leonard Sebastian yang selalu menghina dan merendahkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Bu Tuti menghampiri pintu karena ada yang memencet bel.
" Sebentar!" Seru Bu Tuti sambil buru-buru berjalan menghampiri pintu karena bel terus saja berbunyi.
Alangkah kagetnya Bu Tuti ketika melihat pria tampan dan gagah bersama dengan dua orang pria yang juga bertubuh tegap dan atletis.
" Selamat sore Nyonya," ucap pria tampan yang tak lain adalah Leon.
" Se-selamat sore. Anda siapa dan cari siapa?"tanya Bu Tuti gelagapan.
Jantung Bu Tuti bahkan berdetak kencang. Ia bisa menduga siapa yang dicari pria itu.
" Saya ingin bertemu istri saya, saya tahu dia berada di sini," pungkas Leon.
" Siapa Bunda ?!"seru Dimas dari arah belakang.
Leon pun menoleh ke arah Dimas yang berjalan menghampirinya, sementara Bu Tuti hanya diam termenung sambil menatap Leon.
" Boleh saya bertemu dengan Yura Nyonya ?" tanya Leon dengan nada bicara yang sopan.
" Ehm maaf untuk sementara Yura tak bisa ditemui, ia masih trauma untuk bertemu dengan anda."
Yura mengintip dibalik pintu kamarnya yang memang berada tak jauh dari ruang tamu.
Seketika ia ketakutan ketika melihat sosok Leon berada di depan pintu.
" Tolonglah Nyonya, saya harus jelaskan kesalahpahaman yang terjadi antara kami. Saya mencari-cari keberadaannya, itu karena saya peduli dan mencintainya," ucap Leon dengan bahasa tubuh yang begitu meyakinkan.
Bu Tuti masih terdiam, tangannya masih menahan pintu agar Leon tidak bisa masuk.
" Maaf demi kebaikan Yura, kami tak mengijinkan anda untuk bertemu dengannya."
" Gak bisa begitu dong Nyonya. Tuan Leon ini suaminya. Ia juga berhak bertemu dengan istrinya," ucap salah seorang diantara pria yang bersama Leon . Pria itu adalah penasehat hukumnya.
"Iya Nyonya. Saya hanya ingin bicara sebentar saya dengan istri saya. Ada hal penting yang ingin saya katakan. Anda juga bisa mengawasi ketika kami bicara. Ada hal penting yang ingin saya ungkapkan tentang kecelakaan yang menimpa orang tuanya." Leon menundukkan egonya, dengan bicara sopan dan sedikit memohon.
Mendengar pembicaraan Leon dan Bu Tuti, Yura sedikit tertarik. Karena ia juga ingin tahu kenapa kecelakaan orang tuanya tersebut bisa terjadi.
Yura keluar dari kamarnya, setelah mendapatkan pencerahan dari psikolog yang mendampingi kemarin ia pun sudah ada sedikit keberanian untuk menemui Leon.
Bola mata Leon berbinar ketika melihat Yura yang keluar dari sebuah bilik, kemudian berjalan pelan menghampirinya.
" Yura," lirih Leon seraya tersenyum.
Bu Tuti dan Dimas seketika menoleh ke arah belakang.
Bu Tuti langsung melepaskan pegangan pintu kemudian menghampiri Yura. Tanpa dipersilahkan masuk, Leon langsung masuk ke dalam rumah Bu Tuti.
Ia langsung menghampiri Yura kemudian memeluknya dan mencium pucuk kepalanya dengan lekat.
Yura sedikit kaget karena perlakuan Leon yang manis itu.
" Yura, maaf aku telah membuatmu takut," lirih Leon sambil mengusap pundak Yura.
Yura coba melepaskan cengkraman tangan Leon.
" Lepaskan! Apa yang kau tahu tentang kecelakaan yang terjadi pada orang tua ku?!"tanya Yura dengan berani.
Leon pun melepaskan pelukannya.
" Kita duduk saja. "
Bi Tuti dan Dimas ikut duduk bersama mereka. Yura duduk di samping Leon ketika itu.
" Yura, apa kau ingat sesuatu tentang gadis bernama Sheina Aika?" tanya Leon sambil menunjukan foto Yura ketika ia berusia lima tahun.
Yura begitu kaget melihat foto tersebut.
" Bukannya ini foto ku ?" tanya Yura sambil menatap intens ke arah Leon.
" Kau ingat foto ini, fotomu ketika kau masih kecil ?" tanya Leon.
" Iya, " sahut Yura ketus.
Yura tak lagi takut pada Leon karena dirinya sudah di lindungi oleh pihak berwajib dan dinas sosial. Jika Leon menyakitinya, maka ia bisa melaporkan Leon kapan saja.
" Lalu apa kau ingat dengan gadis bernama Sheina Aika?" tanya Leon lagi.
" Shena Aika, Shena Aika," ucap Yura berkali-kali dengan bergumam .
Ia seperti tak asing dengan nama itu.
" Katakan saja apa hubungannya foto itu dan gadis bernama Sheina Aika itu terhadap kecelakaan yang menimpa ku ?!" tanya Yura.
" Sheina Aika itu adalah dirimu dan Nana yang kau gunakan saat ini bukanlah namamu . "
Tak hanya Yura yang kaget mendengar penuturan Leo . Tapi juga Dimas dan Bu Tuti
Mereka tetap menyimak obrolan tersebut.
" Aku , aku Sheina Aika?" Yura balik bertanya seolah tak percaya.
" Iya, yang mengubah identitas mu dan yang menyebabkan kecelakaan orang tuamu adalah Welly pamanmu sendiri. "
Yura makin kaget mendengar penuturan Leon.
" Apa ?! Jadi orang tua ku meninggalkan karena paman Welly?"
Hiks, Yura langsung menangis sedih.
" Kenapa dia tega sekali membunuh orang tua ku dan membuat aku yatim piatu," ucap Yura sambil menangis sesegukan.
" Iya Sayang. Aku juga sudah menyandera Welly agar ia tak kabur. Sekarang kasus kecelakaan orang tuamu sudah berada di tangan kepolisian."
Yura hanya diam mendengarkan penuturan Leon.
Sambil sesekali menghapus air matanya. Yura tak bisa berkata-kata lagi. Perasaan begitu sedih mengetahui jika pamannya lah yang telah menghabisi kedua orang tuanya dan menyebabkan ia putus sekolah dan hidup menderita dari kecil hingga usia remaja.
Yura masih larut dalam kesedihannya. Leon semakin mendekat kemudian menggenggam tangan Yura.
" Sayang, maukah kau kembali ke rumah kita. Aku janji tak akan berbuat kasar lagi terhadapmu," ucap Leon dengan sungguh-sungguh sambil menggenggam tangan Yura.
Yura langsung menepis tangan Leon
" Gak, aku gak mau ikut anda lagi. Aku tahu anda membujukku agar anda bisa terbebas dari tuntutan hukum kan ?"
Leon kaget melihat reaksi Yura yang kini berani menentangnya.
" Tidak, Yura. Aku bersungguh-sungguh. Aku minta maaf atas perbuatan ku selama ini. Aku janji akan bersikap baik terhadap kamu, Sayang."
"Yura tersenyum sinis. Rasanya ia jijik mendengar Leon memanggil dengan sebutan sayang.
" Ayolah Sayang, kita kembali ke rumah, aku janji tak akan bersikap kasar lagi," kata Leon dengan lemah lembut sambil menarik tangan Yura.
Meskipun Leon terlihat sungguh-sungguh.Namun Yura tetap saja tak percaya. Lagi pula ia memang tak memiliki perasaan khusus kepada Leon, meskipun secara fisik dan finansial Leon mendekati kriteria pria sempurna.
Yura sedikit menjauh dari Leon.
"Sudahlah Tuan. Saya minta anda untuk melepaskan saya. Saya gak pernah pakai uang lima ratus juta itu. Saya juga telah menyerahkan kehormatan dan kegadisan saya pada anda, saya juga telah mengalami begitu banyak penderitaan ketika melakukan prosedur bayi tabung. Jadi saya rasa ini sudah impas. Bahkan uang lima ratus juta yang anda bayar itu tak berarti apa-apa jika dibandingkan masa depan saya yang hancur dan rasa sakit yang saya rasakan ketika bersama anda," ucap Yura sambil menangis tersedu-sedu.
Bu Tuti ikut haru mendengar penuturan Yura.
"Tapi Yura, aku memang benar-benar mencintaimu, makanya aku datang kemari untuk membawamu bersama ku, aku janji akan melindungimu dan akan berusaha membuatmu bahagia."
" Aku tak perduli dengan uang lima ratus juta itu. Aku hanya menggertak mu agar kau berhati-hati menjaga janin yang ada di rahimmu." Leon kembali berusaha membujuk.
" Tidak Tuan, sebaiknya kau pergi dari sini ? Aku akan melaporkanmu ! Ingat ,kau memang memiliki banyak harta, tapi bukan berarti kau kebal hukum!" ucap Yura sambil menunjuk ke arah Leon. Yura benar-benar semakin berani. Bukan karena dia berada di rumah Bu Tuti. Tapi ia tak punya pilihan lain kecuali memberanikan dirinya. Sudah cukup bagi Yura harga dirinya diinjak-injak. Yura kini bukanlah gadis lugu dan polos lagi. Yura harus bisa mandiri menjaga dirinya sendiri, karena ia merasa sebatang kara di dunia ini sementara dirinya dikelilingi orang-orang jahat.
Leon coba untuk kembali mendekati Yura.
" Yura sekali ini saja, kau ikut denganku. Percayalah pada ku sekali ini saja." Leon berusaha membujuk Yura dengan menarik tangannya tapi ditepis oleh Yura .
" Tidak Tuan ! Lepaskan! Kau harus pergi dari sini ,kalau tidak kau akan ku laporkan !"seru Yura sambil menangis dengan tubuh yang terguncang.
Melihat Yura yang emosi Bu Tuti pun segera menghampirinya.
Ia memeluk Yura dan mengusap punggungnya.
" Yura, berikan kesempatan bagi ku sekali lagi," pinta Leon dengan sedikit memelas .
Ia coba kembali menarik tangan Yura. Namun kembali ditepis oleh Yura yang tengah menangis di pelukan Bu Tuti.
" Maaf Tuan, jika memang anda mencintai Yura, maka tunjukkan pada Yura jika anda memang mencintainya, lakukan yang terbaik untuknya. Setelah apa yang terjadi Yura mungkin butuh waktu untuk menerima anda kembali," ucap Bu Tuti.
Sebagai orang yang sudah banyak merasakan asam garam kehidupan. Bu Tuti bisa membaca ekspresi wajah Leon yang bersungguh sungguh.
" Sekarang anda pulang saja. Biarkan Yura tinggal di sini untuk sementara waktu. Saat ini Yura dalam pengawasan dinas sosial, dan ia juga masih dalam penanganan seorang psikiater," ucap Bu Tuti.
" Tapi Nyonya, Yura istri saya dan saya berhak untuk membawanya pergi. " Leon tetap ngotot .
" Aku gak mau. Hiks , " sahut Yura masih dalam dekapan Bu Tuti.
"Yura, apa yang kamu takutkan. Aku datang dengan maksud baik . Kamu itu istri aku dan kamu harus tinggal bersama aku. Aku jamin, tak akan terjadi sesuatu padamu!" Leon mulai kehilangan kesabarannya.
" Gak mau ! Pergi sana !" Usir Yura sambil berteriak ia pun kembali menangis memeluk Bu Tuti.
" Tolonglah Tuan, anda pergi dulu. Saya tak ingin terjadi sesuatu pada Yura jika anda terus memaksanya. Saya juga tak ingin terjadi keributan di rumah saya. "
Yura masih menangis, ia takut jika Leon terus memaksanya untuk ikut .
" Iya Tuan. Istri anda mungkin saja masih trauma. Biar saja dia tinggal di tempat ini, sampai keadaan tenang,sekarang kita pulang saja.," tutur pengacara Leon menasehati Leon
Mendengar hal itu, berat hati Leon untuk pulang tanpa membawa Yura, karena ia sudah berharap bisa membawa Yura pulang ke rumahnya dan bisa membawa Yura menemui Daddynya.
" Baiklah nyonya. Saya titip istri saya. Segala kebutuhan Yura akan saya cukupi selama tinggal di rumah ini," ucap Leon lirih dan sedih.
Leon menatap Yura yang masih menyembunyikan wajahnya di balik dekapan Bu Tuti.
" Sayang aku pulang dulu. Aku berharap suatu saat kau bisa berubah pikiran. Beri tahu aku, jika kau sudah tak marah lagi pada ku," ucap Leon.
Sang bodyguard dan pengacara Leon sampai terharu mendengar Leon mengatakan hal itu. Karena mereka tak pernah melihat Leon meminta sesuatu seperti orang mengemis seperti saat ini.
Bersambung dulu gengs.
ada rekomendasi karya keren untuk kalian. sambil menunggu author up he he.