Delia dipaksa menikah dengan Om Om yang tidak pernah dia kenal, tapi di hari pertama pernikahan nya, Delia baru mengetahui bahwa pernikahan dirinya hanya sebatas perjanjian selama lima tahun, demi sang suami mendapatkan keturunan. Sanggupkah Delia menjalani pernikahan tanpa cinta ini? Apa yang akan Delia lakukan untuk membuat sang suami jatuh cinta kepadanya? Apakah Delia berhasil memberikan keturunan bagi sang suami? Baca novelnya sampai akhir, biar gak penasaran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur hapidoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Keguguran?
Kenshi masih menunggu kepastian nasib wanita yang kini masih berada di ruang ICU. Saat dirinya masih panik, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Takeshi yang menelpon dirinya pada saat tengah malam, hampir shubuh.
"Ada apa Takeshi?" tanyanya lesu.
"Papah dimana sekarang?" tanya Takeshi dengan suara panik, gimana tidak panik? Sopir ayahnya mengatakan bahwa mobil mereka menabrak seseorang wanita yang sedang hamil, Takeshi ketakutan, kalau ayahnya masuk penjara gara-gara hal itu.
"Papah masih di rumah sakit! Wanita itu masih belum keluar dari ruang ICU. Papah tidak bisa meninggalkan wanita itu, takut ada apa-apa, apalagi dia sedang hamil. Papa pasti akan dihantui perasaan bersalah kalau sampai kenapa-kenapa dengan anak itu!" Kenshi benar-benar kaut saat ini. Sejak semalam, dirinya belum tidur sama sekali.
"Papah, Takeshi akan kesitu, Papa pulang saja, istirahat! Sejak kemarin Papa belum tidur, loh!" ucap Takeshi merasa khawatir dengan keadaan ayahnya.
"Papah tidak apa-apa, jangan khawatir! Kamu istirahat saja. Besok pagi baru kesini, oh ya, tolong bawakan setelan untuk Papah kenakan ke kantor. Papah akan mandi di rumah sakit saja. Biar tidak buang-buang waktu!" Takeshi menarik napas dalam-dalam, dia paling tahu, kalau ayahnya itu orang yang keras kepala.
"Baiklah, aku tidur dulu! Papah jangan lupa, istirahat juga!"
"Bagaimana Papah bisa istirahat? Anak dan istri orang lain sedang berjuang nyawa mereka di dalam ruang ICU, mungkin Papa akan berakhir masuk penjara!" ucap Kenshi lemas. Takeshi diam sesaat.
"Pah, telpon bagian administrasi, untuk merahasiakan keberadaan wanita itu. Nanti kita akan antar sendiri wanita itu ke rumahnya, kalau kondisi dia sudah mulai pulih. Sementara, kita sembunyikan dia. Untuk menghindari tuntutan keluarganya terhadap kita!" usul Takeshi.
"Ah, kau benar! Setelah wanita itu siuman. Kita bawa saja dia ke Jepang bersama dengan kita. Kebetulan Papah banyak sekali pekerjaan disana. Terlalu lama di Indonesia!" ucap Kenshi mulia tenang hatinya, karena sudah mendapatkan solusi untuk masalah yang membuat kepalanya pusing sejak semalam.
"Baiklah, Pah! Takeshi tidur dulu! Papah jangan lupa istirahat!" lalu telpon keduanya di akhiri.
Setelah menunggu hampir 4 jam, akhirnya dokter yang menangani Delia keluar dari ruangan ICU. Tampak beberapa suster mendorong ranjang yang berisi Delia yang tampaknya masih tidak sadarkan diri. Kenshi menarik nafas lega ketika melihatnya.
"Dokter Bagaimana keadaan Ibu dan bayinya Apakah mereka selamat?" Dokter tersenyum dan mengangguk.
"Yah! Alhamdulillah! Untung saja Tuan langsung membawa dia ke rumah sakit. Terlambat sedikit saja, kita bisa kehilangan bayi tersebut. Tadi terjadi pendarahan yang lumayan besar, tapi alhamdulillah kita bisa mengatasi Itu. Bayinya dalam keadaan sehat!" Dokter tersebut diam sejenak, membuat Takeshi memiliki firasat yang buruk dengan hal tersebut.
"Ada apa, Dok? Apakah ada hal buruk yang terjadi kepada wanita itu?" tanya Takeshi mulai panik. Dokter tersebut menghembuskan nafas kasar, tampak berat mengatakan hal yang sebenarnya, tentang keadaan Delia.
"Maafkan kami Tuan! Kami sudah berusaha. Tetapi keadaan ibu bayi tersebut, saat ini masih dalam keadaan koma, kita masih harus observasi keadaannya setiap 1 jam sekali. Untuk memastikan bahwa dia dalam kondisi baik-baik saja!" Kenshi tidak bisa berkata apa-apa, rasanya terasa berat dan bingung. Dokter lalu pergi meninggalkan Kenshi yang kini terduduk lemas di kursi.
Tidak lama kemudian, tampak Takeshi yang berlari di ujung lorong. Kenshi senang melihat anaknya datang di saat yang tepat. Dirinya sudah benar-benar mengantuk dan benar-benar ingin tidur. Malam ini adalah malam terberat dan terpanjang bagi dirinya.
"Bagaimana keadaan perempuan itu, Pah? Apakah dia baik-baik saja?" tampak Takeshi juga khawatir.
"Perempuan itu masih koma, masih perlu observasi setiap 1 jam sekali. Ah syukurlah! Kau akhirnya datang juga. Papa benar-benar sangat mengantuk sekali. Baiklah! Kau gantikan Papa untuk menjaga perempuan itu. Papa akan pulang sebentar, sudah tidak tahan rasanya, ingin tidur! Ngantuk sekali!" Kenshi lalu pergi meninggalkan rumah sakit dan menuju apartemennya Takeshi. Apartemen sementara selama mereka berada di Indonesia.
"Hari yang sungguh melelahkan! Aku harap semoga wanita itu dan anaknya bisa segera pulih. Syukurlah, anak dalam kandungannya tidak apa-apa. Kalau tidak, aku pasti sangat berdosa sekali karena sudah membunuh seorang bayi yang bahkan belum melihat dunia ini!" Baru saya Kenshi akan tidur, suara ponselnya berbunyi.
Kenshi tidak mau memperdulikan panggilan ponsel tersebut. Karena dirinya sudah benar-benar mengantuk, dan sudah tidak sanggup lagi untuk membuka matanya. Seseorang di seberang sana, tampak marah dan kesal karena puluhan teleponnya tidak ada satupun yang diangkat oleh suaminya. Ya, wanita itu adalah istri kedua Takeshi Yamada. Wanita yang sudah merebut Kenshi dari ibunya Kaisar, sehingga membuat ibunya Kaisar menderita dan akhirnya meninggal karena depresi.
"Kamu ke mana sih, Pah? Sudah dari kemarin diteleponin nggak diangkat-angkat! Apa jangan-jangan, kamu kembali lagi kepada istri pertama kamu itu? Awas aja! Kalau kau berani bermain khianat di belakangku! Aku tidak akan melepaskan kamu!" ucap wanita itu geram! Sangking marahnya terhadap suaminya yang sedari kemarin sangat sulit sekali dihubungi.
"Ah, aku lupa! Kenapa aku tidak menghubungi Takeshi? Ah dasar benar-benar! Aku ini wanita yang bodoh! Kenapa aku hanya mempedulikan telepon Kensi? Padahal di sana juga ada Takeshi, putraku!" ucap Yulia sangat bahagia, seakan menemukan harta Karun saja.
"Takeshi, kamu di mana, sayang?" tanya Yulia to the point.
"Takeshi lagi di rumah sakit, Mah! Ada apa apakah ada masalah?" tanya Takeshi karena tidak biasanya mamanya menelepon di jam seperti ini.
"Rumah sakit? Siapa yang sakit, Sayang? Apakah kamu? Atau Papahmu?" Yulia mulai panik, dan mulai berpikir macam-macam, karena sejak kemarin memang dirinya sangat kesulitan untuk menghubungi suaminya.
"Kami baik-baik saja, Mah! Ini bukan tentang kami! Tadi malam, tanpa sengaja, Papa menabrak seorang wanita yang sedang hamil. Dan saat ini, keadaannya masih kritis. Untungnya saja, bayi di dalam kandungannya masih bisa diselamatkan. Tetapi keadaan Ibunya, masih koma hingga saat ini. Oleh karena itu, Takeshi dan Papah, bergantian untuk menjaga wanita itu. Kami khawatir kalau ada apa-apa dengan ibu dan anak itu, Takeshi takut, nanti Papa bisa masuk penjara, Mah! Makanya kami memantau terus keadaannya dengan benar!" ucap Takeshi.
"Kalian bawa saja perempuan itu ke Jepang, biar kita bisa mengawasinya lebih intensif. Banyak pekerjaan yang terbengkalai gara-gara kalian terlalu lama tinggal di Indonesia!" usul Mamahnya.
"Iya, Mah! Itu juga sudah jadi pertimbangan kami. Kami masih menunggu perempuan itu siuman dulu. Karena bagaimanapun, Kami perlu mengetahui identitas wanita itu. Kita tidak bisa asal membawa pergi orang saja, Mah!" ucap Takeshi kemudian dia mengakhiri panggilan tersebut karena dokter saat ini sedang mencari dirinya.