NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjadi Sugar Baby Tuan Mafia

Terpaksa Menjadi Sugar Baby Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

'Apa dia bilang? Dia ingin aku jadi Sugar Baby?.' Gumam Sheilla Allenna Arexa

"Maaf?!." Sheilla mengernyitkan dahinya, bingung sekaligus tak mengerti. "Mengapa aku harus menjadi Sugar Baby mu?." Tanyanya dengan nada bicaranya yang sedikit keras.

Sean memijat rahang tegasnya sembari tetap menatap ke arah Sheilla dengan seringain kecil di bibir pria itu.

"Bagaimana menurutmu?." Tanya Sean pada Sheilla. "Apa kamu tidak tau apa kegunaan Sugar Baby dalam konteks ini? Sudah ku jelaskan dan bukankah kamu sudah dewasa?."

Kemarahan melonjak dalam diri Sheilla dan wajahnya memerah karena begitu marah.

"Sudah ku bilang, AKU BUKAN P--"

**

Sheilla Allenna Arexa adalah gadis biasa yang mendapati jika dirinya tiba-tiba terjerat dengan seorang bos mafia yang kejam karena hutang dari sepupunya sebesar 5 juta Dollar. Untuk menyelamatkan keluarganya dan juga membalas budi mereka karena telah merawatnya, Sheilla terpaksa menyetujui kontrak menjadi budak dengan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

"Aku anggap Kamu puas, Tuan sombong. Apa kamu bisa membayar ku sepuluh ribu dolar itu sekarang?." Pinta Sheilla, berusaha sekuat tenaga menyembunyikan rasa tidak puasnya.

Dia merasa terhina dengan ucapan Sean setelah dia mencium pria itu, tetapi Sheilla berusaha menepisnya perasaan hina itu, tidak ingin membiarkan hal itu memengaruhinya.

Lagipula, dirinya hanya melakukan apa yang harus dilakukannya untuk meninggalkan tempat ini secepatnya. Ciuman itu tidak berarti apa-apa.

"Kamu tidak akan menarik kembali kata-katamu, kan? Atau mungkin kamu hanya seorang pembohong." Sheilla tersenyum mengejek ketika Sean hanya diam dan tidak menanggapinya, mencoba membalas dendam karena telah mempermalukannya dan memanggilnya 'Sugar Baby'.

    Tentu saja, Sheilla tahu bahwa dia telah menandatangani perjanjian untuk menjadi sugar baby nya Sean, tetapi itu tidak berarti Sean harus mengingatkannya di depan wajahnya setiap kali pria itu tidak puas dengan hasil kerja Sheilla.

'Aku juga punya perasaan. Bagaimana dia bisa dengan mudah memanggilku sugar baby nya dan mengaku bahwa aku miliknya?.' Batin Sheilla, terlihat kesal.

Sean mengerutkan keningnya, menarik dasinya untuk melonggarkannya. Setelah momen intim kecil itu, dia merasa sedikit panas dan ujung telinganya memerah.

Melihat senyum Sheilla yang dipaksakan, dia tahu bahwa Sheilla sedang marah. Jadi dia memutuskan untuk tidak bermain-main dengan gadis itu lagi. Berjalan ke sisi kiri ruangan, Sean membuka laci dan mengambil segepok uang, menutup pintu dan menyerahkan uang itu kepada Sheilla.

"Kamu senang?"

"Tidak. Tapi, aku pantas mendapatkannya." Jawab Sheilla dengan angkuh.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, matanya tertuju pada pintu laci yang tertutup. Ada banyak uang di dalamnya. Tetapi mungkin itu hanya uang receh bagi Sean. Sheilla menelan salivanya, berharap dia bisa memegang uang-uang itu dalam genggamannya.

    Sheilla sangat membutuhkan uang saat ini.

Dia iri karena Sean punya banyak uang. Bisnis mafia ini tampak menjanjikan, tidak heran Sean tidak ingin menghentikan perbuatannya.

    Namun Sheilla tidak suka cara Sean melakukan sesuatu yang di sertai kekerasan yang dilakukan pria itu terlalu berlebihan baginya.

Rasa ngeri menjalar di sekujur tubuh Sheilla saat mengingat hari dimana dirinya ditangkap oleh anak buah Sean. Jika dirinya saat itu tidak melarikan diri dari ruang bawah tanah, para penjahat yang berkedok menjadi anak buah Sean itu pasti sudah memp3rkos4nya dan mungkin membunuhnya setelah itu.

"Cukup mudah bagi mu melakukan pekerjaan ini." Kata Sean berkomentar dan berjalan kembali ke tempat duduknya. "Kamu boleh pergi sekarang."

Sheilla memutar matanya. 'Mudah katanya? Apakah dia tidak tahu seberapa besar keberanian yang harus ku kumpulkan untuk menciumnya seperti tadi? Aku merasa jantungku hampir melompat keluar dari dadaku.' Batinnya.

Sheilla mengambil nampan dari meja dan berbalik untuk meninggalkan kantor Sean. Kemarahan membuncah dalam dirinya.

    Sebelumnya, dia belum pernah mencium pria manapun! Dia menyimpan ciuman pertamanya untuk saat-saat ketika dirinya jatuh cinta. Beraninya pria sombong itu menyebutnya 'mudah'?

'Hmph! Aku pasti akan membalas dendam!.' Sheilla hendak keluar ketika Sean menghentikannya dengan nada rendah dan tenang.

"Tunggu."

Sheilla berhenti dan menoleh. 'Apa yang dia inginkan sekarang?.' Batinnya dengan pikiran penuh waspada.

Saat bola mata Sheilla bertemu dengan mata biru Sean yang dalam, jantungnya berdetak seperti genderang.

'Dia tidak akan mengatakan tidak puas dengan hasil kerja ku, kan? Kurasa... aku tidak cukup berani untuk menciumnya lagi.' Kata Sheilla dalam hati.

Sean menundukkan pandangannya. Ia membuka laci di bawah mejanya dan mengambil sebuah ponsel. Sembari mengulurkannya ke arah Sheilla, pria itu buka suara. "Aku menyuruh seseorang mengambil barang-barang mu dari rumahmu. Pakaian mu terlalu jelek, jadi aku membuangnya. Kamu boleh menyimpan ponselmu."

Bibir Sheilla ternganga tak percaya. Tidak menyangka bahwa Sean akan berani melakukan ini. Sheilla sendiri merasa takut bertanya apakah dirinya bisa pergi mengambil barang-barangnya dari rumahnya, tetapi pria sombong itu ternyata malah membuangnya?

'Tidak masalah kalau dia berpikir pakaianku jelek. Pakaianku tidak bagus. Yang penting ponsel mu kembali karena ponsel adalah yang barang paling aku butuhkan.' Batin Sheilla.

Melihat Sean mengambilkan ponselnya, dia tiba-tiba merasa bersalah karena telah memarahi pria itu dalam hati tadi. Setidaknya dia lebih baik daripada keluarganya yang bahkan tidak mau repot-repot datang untuk memeriksa keadaannya sekarang

    Sheilla merasakan matanya perih karena air mata. Apakah mereka tidak benar-benar peduli padanya? Sheilla telah mengorbankan dirinya sendiri untuk mereka dan sepertinya mereka tidak merasa sedih karenanya.

Jika keluarga Sheilla memikirkannya, mereka akan berusaha memohon pada Sean agar membebaskannya, tetapi keluarganya malah lari meninggalkannya di sarang singa.

"Um... terima kasih." Kata Sheilla dengan suara pelannya. Ia mendekat ke meja dan mengambil ponsel dari tangan Sean. Dan menggenggamnya erat-erat.

Itu adalah satu-satunya harta benda yang dimilikinya sekarang.

Sean mengangguk dan kembali menatap dokumen-dokumen di atas meja. Sementara Sheilla mengernyitkan alisnya, matanya mengamati Sean.

'Siapa kamu yang sebenarnya, Sean?'

Melihat Sean dari sudut pandangnya, Sheilla merasa dia tampak sangat tampan. Bulu matanya yang panjang membuat matanya yang penuh perasaan dan memikat tampak lebih memikat.

Rambutnya yang pirang bersinar seperti matahari. Duduk di belakang mejanya, pria itu memancarkan aura yang berwibawa. Aura yang tidak sesuai dengan statusnya sebagai bos mafia.

"Ada lagi?."

Sheilla tersentak kaget ketika Sean tiba-tiba mendongak dan mengangkat alisnya ke arahnya. Rona merah muda merayapi pipinya.

"T-Tidak... Aku, aku akan pergi." Gadis itu tergagap dan berlari keluar dari kantor Sean, merasa sangat malu.

Ini bukan pertama kalinya Sheilla ketahuan sedang memperhatikan Sean, tetapi gadis itu sekarang merasa malu seperti pertama kali saat terpergok.

Tidak ada yang mau ketahuan sedang mendekati seseorang secara diam-diam. 'Bagaimana kalau dia pikir aku menyukainya atau semacamnya?.' Sheilla menepuk pipinya yang memerah pelan, sembari berlari kecil menuju meja bar.

    Berada di ruangan yang sama dengan Sean sungguh menegangkan.

    ***

Sementara itu, Sean merasa ingin tertawa saat melihat Sheilla yang lari setelah merasa malu.

Wajah cantiknya yang merona merah merona tampak begitu menggemaskan.

Sekarang setelah gadis itu pergi, Sean tidak bisa tidak melupakan momen ketika gadis kecil itu menyuapinya minuman anggur langsung dengan mulut kecilnya.

    Senyum kecil mengembang di sudut bibir Sean saat dirinya mengangkat tangannya dan membayangkan tengah menelusuri pinggiran buah dada Sheilla yang indah dengan jari-jarinya.

'Manis,' pikir Sean dalam benaknya.

Bibir Sheilla terasa persis seperti yang dibayangkannya. Sean tak dapat menahan keinginannya yang berlebihan

Kilatan melintas di matanya dan senyumnya segera berubah menjadi seringai. "Ketika waktunya sudah tiba, aku akan mencicipi bibir mu lagi, Baby." Monolog Sean.

    ***

Ketika Sheilla kembali ke bawah, ia langsung menyalakan ponselnya dan pergi ke kamar mandi untuk menghubungi sahabatnya— Nina. Nina satu-satunya orang yang akan mengkhawatirkan keadaan Sheilla.

Seperti yang diharapkan, Sheilla menemukan banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Nina.

Sheilla mendesah, lalu menekan nomor Nina..

"Sheilla! Aku sudah mencoba meneleponmu selama berhari-hari! Kamu mengabaikan ku! Bagaimana bisa?! Kamu berjanji akan datang! Aku juga datang ke tempatmu dan bibimu bilang kamu sudah pindah."

Sheilla menjauhkan ponsel dari telinganya, ia takut telinganya akan menjadi tuli karena teriakan tajam Nina.

Dia mencibir dalam hati mengetahui jawaban Bibi pada Nina.

    Pindah? Jadi, apakah mereka takut mengatakan bahwa mereka telah menjual Sheilla karena utang?

"Sheilla, jangan diam saja!. Kenapa kamu tidak datang ke pesta kelulusan? Dan ke mana kamu pindah? Bagaimana mungkin kamu tidak mengatakan apa pun pada ku, hah?"

"Kamu tidak akan percaya apa yang terjadi padaku." Jawab Sheilla dan mulai menceritakan kepada temannya kemalangan apa yang dialaminya setelah kembali ke rumah. "Jadi... begitulah. Aku tidak muncul karena aku telah diculik oleh mafia."

"Ya ampun! Sheilla, kamu mewujudkan mimpiku! Ya ampun... Jadi kamu akan menjadi istrinya bos Mafia itu?! Ahhhh! Aku sangat gembira." Seru Nina melalui pengeras suara.

"Apa kamu mendengar perkataan mu sendiri? Apa kamu tidak mendengar bagian di mana aku diculik, diancam, dan hampir diperkosa oleh para penjahat? Dan kemudian aku harus menjadi sugar baby untuk membayar utang Mark?." Tanya Sheilla tak percaya.

Sheilla bertanya-tanya apa yang ada dalam pikiran Nina saat ini. Apa yang menarik dari menjadi sugar baby-nya seseorang? Itu seperti merendahkan orang lain dan Sheilla membenci hal itu.

"Ya, tapi kamu baik-baik saja. Dan bos mafia itu menyelamatkan kamu dari anak buahnya sendiri. Ya ampun! Itu sangat romantis! Aku selalu bermimpi bertemu dengan mafia misterius yang kekar dan tampan dengan tato di seluruh lengannya... Ahhhh! Sheilla, kamu tidak tahu betapa beruntungnya dirimu."

Sheilla memutar matanya malas. Ini adalah tempat terakhir yang tidak ingin dirinya kunjungi dan ia tidak sabar untuk pergi.

"Kuharap kamu cocok dengan Sean. Hei, kenapa kau tidak merayunya dan menjadikan dia milikmu?"

Sheilla terdiam. 'Bagaimana aku bisa merayu pria licik itu? Dia pasti akan menyiksa ku.'

"Berhenti bicara omong kosong. Pikiranku tidak sepertimu, bos mafia itu bukanlah pacar yang ideal bagi ku." Sheilla menggelengkan kepalanya.

"Jangan cepat menyangkalnya. Jadi, katakan padaku, apakah dia baik?"

Sheilla mengernyitkan alisnya, "Dia mafia, tapi bagaimana mungkin dia baik?."

"Dasar sahabat ku yang bodoh! Maksudku... apakah dia jago di ranjang?"

1
Siti Aishah
good
Mimik Pribadi
Ayo donk thor,smangat up nya,aku tunggu kelanjutan nya,,,,☺️🤗
Mimik Pribadi
Hahaaa,,,Begitulah rasanya cinta Sean,untung yng kamu mkn es cream, jdi tidak seburuk kata perumpamaan yng mengatakan klo sdh cinta, tahi ayam pun serasa coklat Sean 🤣🤣🤣
Mimik Pribadi
Menarik,,,,aku suka ❤️
Jenny
baru nemu ceritamu kak, nyimak dulu yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!