Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Tidak Ada Negosiasi
"Saya tidak butuh bernegosiasi. Mbak Disti mau ganti rugi berapapun, tapi saya tetap akan mencari putri kalian dan dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum," tegas Dallas.
Disti tiba-tiba bersimpuh di kaki Dallas. Anggara terkejut saat istrinya merendahkan tubuhnya lalu bersimpuh di hadapan Dallas.
"Mbak mohon, Als. Jangan jebloskan Seira ke dalam penjara. Mbak memohon seperti ini, bukan semata-mata mbak tahu apa yang dilakukan Seira terhadap kalian. Tolong, Als. Percaya sama mbak, jika Seira terbukti bersalah, maka mbaklah yang akan menghukumnya langsung. Tapi, jika dijebloskan penjara, mbak tidak sanggup melihatnya. Tolong, Als. Mbak mohon," simpuhnya sembari memohon.
"Mama, apa-apaan, buat apa bersimpuh seperti ini?" Anggara mengangkat tubuh Disti dari kaki Dallas.
"Biarkan mama bersimpuh di kaki Dallas, Pah. Mama hanya ingin Dallas percaya kalau kita tidak bersekongkol dan sengaja mengirim Seira untuk menipu keluarga besar Dallas dengan mempermalukan di depan orang banyak," sergah Disti bertahan di kaki Dallas seraya berderai air mata.
Dallas mengalah, ia pun merasa tidak enak dengan Disti yang bersimpuh di kakinya. Hati Dallas sedikit terenyuh.
"Bangkitlah, Mbak." Dallas meraih lengan Disti dan membiarkan ia bangkit dibantu oleh suaminya.
Disti mulai tenang, setelah itu ia berkata, "Tidakkah kamu curiga dengan Dista adikku, Als? Jika Seira benar-benar terbukti melakukan itu, mbak curiga dia justru dikirim oleh Dista untuk dijadikan alat balas dendam. Jika bukan provokasi Dista, mbak yakin Seira tidak akan pernah melakukan hal sekotor itu. Mbak mohon percaya sama Mbak. Kita kerjasama menyelidiki semua ini. Mbak pastikan yang akan menghukum mereka adalah mbak sendiri," janji Disti sungguh-sungguh.
"Mama, kenapa Mama seyakin itu? Dan, apabila Seira terbukti, lantas apa yang akan Mama lakukan? Dan jika tidak terbukti, apa pantas Mama memohon-mohon seperti tadi?" Anggara melayangkan protes.
"Jika Seira terbukti, maka tangan mama sendiri yang akan menghukumnya, Pa. Mama tidak sudi putri kita berbuat hal yang tidak menyenangkan. Mama akan membuat dia bersujud dan meminta maaf pada keluarga Dallas," tandas Disti sungguh-sungguh.
"Tapi, keluarga kami punya harga diri Mbak. Harga diri kami sudah dihancurkan oleh perbuatan putri kalian. Kami sekarang seolah tidak ada muka di depan orang-orang, terutama putraku. Dia sangat terluka dan kecewa atas perbuatan putrimu," tandas Dallas benar-benar murka, lalu beranjak dan melangkahkan kaki.
"Tungguuu. Als, dengarkan mbak." Dista mengejar Dallas yang sudah berada di ambang pintu. Langkah Dallas tertahan. Lelehan air mata Disti tidak mengalir penuh permohonan.
"Apakah kamu tahu Als, sejak mbak membantumu ingin lepas dari Dista, hubungan kami mulai kurang baik? Dista marah dan memusuhi mbak. Dia menuduh mbak berada di pihakmu. Sudah mbak jelaskan bahwa yang memaksakan kehendak adalah dia, mbak tidak ingin Dista semakin sakit hati karena tidak pernah dicintai olehmu."
"Oleh karena itu, mbak membujuk Dista agar melepaskanmu. Namun, rupanya Dista tidak terima dengan saran mbak sehingga dia memendam kecewa dan memusuhi mbak. Sampai saat inipun, kami jarang komunikasi. Kami bertemu pun saat acara keluarga saja, dan Dista tidak lagi menegur mbak dengan baik, dia masih saja mengungkit masa lalu. Dan menyalahkan mbak."
"Mbak manusia biasa, jika terus-terusan diperlakukan seperti itu, mbak juga lama-lama kesal. Jika menilik dari kisah yang kini terjadi diantara kami, bisa jadi Dista menyeret Seira dan dijadikan alat untuk melampiaskan dendam kesumat terhadapmu melalui putramu," urai Disti panjang lebar.
Dallas menghela nafas dalam, benaknya bertanya, benarkah hubungan Disti dan Dista saat ini memang kurang baik sejak perceraiannya dengan Dista. Dallas akui, Disti memang dulu selalu cenderung memihaknya, bahkan perceraiannya dengan Dista bisa terwujud sedikit banyak atas dukungan Disti.
"Kalian tidak baik-baik saja?" tanya Dallas memastikan.
"Betul, Als."
Anggara yang sejak tadi berada di belakang Disti, menghela nafas dalam. Ia pun mengakui hubungan sang istri dengan Dista memang sedang tidak baik-baik saja sejak dia memberi dukungan pada Dallas.
"Als, apakah pengorbanan mbak dahulu, sedikitpun tidak membuat mata hati kamu terbuka? Mbak bukan pamrih. Tapi, kalau kamu dibalik jadi mbak, apa yang akan kamu lakukan? Pasti kamu lakukan hal yang sama dengan yang mbak lakukan. Mbak mohon, jangan jebloskan Seira ke dalam penjara jika dia terbukti bersalah. Mbak akan ganti kerugian itu dan mbak pastikan mbak sendiri yang akan menghukum mereka berdua."
Disti kembali memohon di depan Dallas dengan deraian air mata. Lama-kelamaan Dallas akhirnya luluh, dia akui Distilah orang satu-satunya dalam keluarga mantan istrinya yang mendukung dirinya.
Permohonan dan deraian air mata Disti, mampu meluluhkan Dallas. Dallas menerima permohonan Disti. Jika Seira terbukti benar melakukan perbuatan itu, maka Disti sendiri yang akan turun tangan.
"Lalu dengan apa Mbak Disti akan menghukum Seira jika nanti dia terbukti bersalah? Saya tidak mau hanya omong belaka, Mbak Disti harus buktikan dengan sebuah tindakan. Kalau sekedar dimarahi, saya juga bisa dan pasti marah. Tapi saya ingin supaya Seira jera, karena ini menyangkut harga diri keluarga kami," tegas Dallas tetap pada pendiriannya. Meskipun dia luluh dengan Disti, tapi tidak mau melepaskan Seira begitu saja.
Disti termenung, lalu sang suami meraih bahunya, sebagai suami sekaligus kepala keluarga dia benar-benar dibuat tidak berharga oleh Seira di depan Dallas.
"Bisa saja saya tidak jebloskan Seira ke dalam penjara. Akan tetapi perlakuan tidak menyenangkan Seira akan saya jadikan laporan ke dewan kehormatan profesi. Sebagai nakes, sepertinya putri kalian belum pantas, karena prilakunya tidak sejalan dengan sumpah profesi dan jabatan dia. Kalian lihat nanti, apa yang akan saya lakukan," ancam Dallas sembari berbalik.
"Ganti rugi sebesar apapun, tidak akan bisa mengembalikan harga diri kami yang putri kalian injak-injak. Maka dari itu, putri kalian harus menanggung akibatnya," lanjut Dallas, kini dia benar-benar membalikkan badan dan berlalu dari ruang tamu kediaman Disti dan Anggara.
"Als, tungguuuu." Disti berteriak. Namun Anggara menahannya.
"Tidak ada gunanya menahan dia, Ma. Masih untung dia tidak jadi menjebloskan Seira ke dalam penjara. Kalau memang harga yang pantas untuk mempertanggungjawabkan perbuatan memalukan putri kita hanya dengan dicopot dari tenaga kesehatan, papa lebih memilih itu daripada Seira di penjara. Putri kita benar-benar keterlaluan, dia sudah berhasil dicuci otaknya oleh adikmu, Ma. Sekarang urusan kita justru dengan Dista, karena dendamnya, anak kita jadi korban." Anggara mendengus, dia balik marah pada Dista.
Disti terpekur mendengar ucapan suaminya barusan. Dan kepergian Dallas, hanya mampu dia tatap dengan pasrah. Betul kata suaminya, sekarang urusan mereka justru dengan Dista yang sudah menjerumuskan putrinya ke dalam lembah kenistaan.
Setelah kepergian Dallas, Disti berupaya menghubungi Seira. Sayangnya nomer Hp Seira tidak bisa dihubungi. Disti geram, dan memutuskan siang ini juga akan menyambangi kediaman Dista di Ciasem.
kalo bikin cerita ga pernah gagal....ga banyak konflik yg berat dan ga monoton jg ceritanya..... pokoknya author the best laaah❤️