Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Cahaya keemasan dari Kitab Dewa Naga berdenyut-denyut di tangan Raka, menciptakan perisai sementara yang menahan serangan energi ungu Zyra. Namun, perisai itu tampak kewalahan, retakan-retakan cahaya mulai terlihat di permukaannya. Raka merasakan panas yang membakar menjalari lengannya, dan ia tahu perisai itu tidak akan bertahan lama.
Zyra tertawa keras, suaranya bergema di lembah. "Kau pikir buku tua itu bisa melindungimu, bocah? Kekuatan Kaldor jauh melampaui kekuatan dewa-dewa naga yang lemah itu!" Ia mengayunkan tangannya lagi, dan kali ini beberapa bola energi ungu melesat ke arah mereka dengan kecepatan yang menakutkan.
Raka dengan panik menarik Maya ke balik batu besar, tepat saat bola-bola energi itu menghantam batu di tempat mereka berdiri sebelumnya, meninggalkan bekas gosong yang menghitam.
"Kita tidak bisa hanya bertahan seperti ini, Raka," kata Maya dengan cemas. "Kita harus melakukan sesuatu."
Raka mengangguk setuju. Ia membuka Kitab Dewa Naga secara acak, berharap menemukan sesuatu, petunjuk atau kekuatan apa pun yang bisa membantu mereka. Halaman-halaman kitab itu tampak kosong, aksara kuno itu tidak bisa ia pahami. Rasa frustrasi mulai menghinggapinya. Mengapa kitab ini memilihnya jika ia tidak tahu bagaimana cara menggunakannya?
Sementara itu, Bram berdiri terpaku di tempatnya, menyaksikan pertarungan itu dengan wajah pucat. Ia tampak dilanda konflik batin yang hebat. Di satu sisi, ia takut pada Kaldor dan konsekuensi yang akan menimpa keluarganya jika ia tidak menuruti perintah. Di sisi lain, ia melihat ketakutan dan keputusasaan di mata Raka dan Maya, dan ia merasakan penyesalan yang mendalam karena telah mengkhianati kepercayaan mereka.
Zyra melancarkan serangan lain, kali ini berupa cambuk energi ungu yang bergerak cepat seperti ular. Raka dengan susah payah menghindarinya, tetapi Maya, karena kakinya yang terkilir, tidak sempat menghindar dan cambuk itu mengenai lengannya. Ia menjerit kesakitan dan memegangi lengannya yang mulai membiru.
Melihat Maya terluka, Raka merasakan amarah yang membuncah di dalam dirinya. Ia menatap Zyra dengan tatapan penuh tekad. Ia tidak tahu bagaimana caranya, tetapi ia harus melindungi Maya.
Tiba-tiba, saat ia menatap kitab di tangannya, ia melihat salah satu ukiran di sampul kitab itu tampak berdenyut dengan cahaya keemasan yang lebih terang dari sebelumnya. Kilasan-kilasan penglihatan kembali menyerbunya: seorang dewa naga yang agung mengalirkan energinya ke dalam kitab, simbol-simbol kuno yang berputar-putar, dan sebuah kata yang samar-samar terngiang di benaknya – "Pelindung".
Tanpa sadar, Raka mengucapkan kata itu dengan lantang. Seketika, cahaya keemasan dari kitab itu memancar semakin kuat, menyelimuti Raka dan Maya dalam lapisan energi yang hangat dan melindungi. Cambuk energi Zyra yang mencoba menyerang mereka kembali terpental, mengenai tanah dan menciptakan kawah kecil.
Zyra tampak terkejut. "Mustahil! Kekuatan apa ini?"
Raka sendiri merasa bingung. Apa yang baru saja terjadi? Apakah kitab itu merespons kata yang ia ucapkan? Apakah ia benar-benar memiliki hubungan dengan kitab ini?
Dalam kebingungannya, ia melihat Bram bergerak. Dengan tekad yang tiba-tiba, Bram mencabut pisau kecil yang tersembunyi di balik jubahnya dan berlari ke arah Zyra.
"Zyra! Kaldor telah menipumu!" teriak Bram sambil mencoba menusuk penyihir itu dengan pisaunya.
Zyra dengan mudah menepis serangan Bram dengan satu gerakan tangannya, mengirim pria itu terlempar ke belakang dan membentur batu dengan keras. Bram mengerang kesakitan dan tergeletak tak bergerak di tanah.
"Pengkhianat bodoh!" desis Zyra marah. Ia mengarahkan pandangannya kembali pada Raka dan Maya. "Kalian berdua akan membayar mahal atas ini!"
Melihat Bram tergeletak tak berdaya, Raka merasa dilema. Ia marah pada Bram karena telah mengkhianati mereka, tetapi ia juga tidak ingin pria itu terluka lebih parah. Di saat yang sama, ia tahu Zyra adalah ancaman yang jauh lebih besar.
Ia kembali menatap kitab di tangannya, mencoba mencari jawaban. Kilasan-kilasan penglihatan terus berdatangan, semakin jelas dan semakin kuat. Ia melihat dirinya, bukan sebagai seorang pemuda desa biasa, tetapi sebagai seorang ksatria yang mengenakan zirah bersisik naga, memegang pedang yang bercahaya, dan berdiri di samping para dewa naga. Ia melihat Maya, bukan sebagai gadis desa biasa, tetapi sebagai seorang wanita dengan mata yang memancarkan kebijaksanaan kuno, memegang tongkat yang berukir simbol-simbol misterius.
Penglihatan itu membuatnya tersadar. Ia tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan kitab begitu saja. Ia harus bertindak, ia harus melindungi Maya, dan ia harus menghentikan Kaldor.
Dengan tekad yang membara, Raka menggenggam erat Kitab Dewa Naga dan menatap Zyra dengan mata yang penuh keberanian. "Kau tidak akan mendapatkan kitab ini," katanya dengan suara lantang yang menggema di lembah. "Aku akan melindunginya sampai akhir."
Zyra menyeringai sinis. "Kau? Melindunginya? Kau hanyalah seorang bocah lemah yang bahkan tidak tahu bagaimana cara membaca kitab itu."
"Mungkin aku memang tidak tahu cara membacanya," jawab Raka, "tetapi aku tahu apa yang benar, dan aku akan melawanimu untuk mempertahankannya."
Saat Raka mengucapkan kata-kata itu, kitab di tangannya kembali memancarkan cahaya keemasan yang lebih terang dari sebelumnya. Cahaya itu menyelimuti tubuh Raka, membuatnya merasa lebih kuat dan lebih berani dari sebelumnya. Ia merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir melalui dirinya, seolah-olah roh para dewa naga purba telah menyatu dengan jiwanya.
Zyra tampak sedikit terkejut melihat perubahan pada diri Raka. Namun, ia segera kembali mengendalikan dirinya dan tertawa meremehkan. "Baiklah kalau begitu, bocah. Mari kita lihat seberapa lama keberanianmu itu bisa bertahan." Ia kembali mengangkat tangannya, siap untuk melancarkan serangan yang lebih dahsyat.
Raka tahu ini adalah pertarungannya. Ia harus melindungi Maya, ia harus menghentikan Zyra, dan ia harus mencari tahu bagaimana cara menggunakan kekuatan Kitab Dewa Naga untuk melawan Kaldor. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia siap menghadapinya. Cinta dan tekadnya untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi memberinya kekuatan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pertarungan yang sesungguhnya baru saja dimulai, dan nasib dunia mungkin bergantung pada seorang pemuda desa biasa dan sebuah kitab kuno yang penuh misteri.