Revina di jebak oleh kakaknya sehingga ia harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Felix yang baru saja keluar dari penjara hari itu tiba-tiba dipaksa menikah dengan seorang wanita.
Jasee merasa hidupnya akan sangat bahagia jika ia menikah dengan seorang laki-laki tampan dan kaya.
Sean menikah dengan siapapun itu tidak penting lagi untuk dirinya. Ia mengganggap wanita itu semua sama saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Jonatan
Felix keluar dari kamar setelah berpakaian rapi, bersiap untuk pergi bekerja. Ia lalu menghampiri Revina yang sedang menata makanan di atas meja.
Felix mendudukkan tubuhnya di hadapan Revina. Revina meletakkan secangkir kopi di hadapan Felix dan meletakkan nasi goreng di piring suaminya itu.
Felix tertegun melihat apa yang dilakukan oleh Revina pagi ini. Istrinya tidak pernah ini lakukan sebelumnya.
"Apa rencana mu hari ini ?" tanya Felix di sela-sela menikmati sarapannya.
"Hari ini aku ingin di rumah saja." jawab Revina singkat.
Felix terus memandangi Revina dengan tatapan yang entahlah. Ingatan tadi pagi terus terbayang di kepala Felix setiap kali melihat Revina. Tak ingin berlama-lama melihat istrinya, Felix segera menyudahi sarapannya dan bergegas berangkat pergi bekerja.
Di Perusahaan Globe Enterprise.
Jonatan yang tengah gusar segera memanggil orang suruhannya.
"Bagaimana ? apa kau sudah menemukan pelakunya ?" tanya Jonatan.
"Sudah, Tuan. Dia sedang di bawa kemari." jawab pria itu.
Beberapa saat kemudian pintu ruangan Jonatan di ketuk. Jonatan memerintahkan untuk segera masuk. Asistennya membawa salah seorang staf pria yang bekerja di bagian keuangan. Jonatan langsung mengintrogasi pria tersebut. Karena ketakutan pria itu langsung mengaku jika yang menyuruhnya adalah Jasse. Jonatan mengepalkan tangannya karena menahan amarahnya.
Setelah mengetahui siapa pelakunya, Jonatan segera pulang ke rumahnya.
"Papa." Asila terkejut melihat suaminya pulang ke rumah. Padahal baru satu jam yang lalu Jonatan berangkat ke kantor.
"Apa ada yang ketinggalan, pa ?" tanya Asila yang belum menyadari kemarahan Jonatan.
"Dimana Jasse ?" Jonatan tidak menjawab pertanyaan istrinya dan malah menanyakan putrinya.
Saat berangkat ke kantor tadi pagi, mobil Jonatan berpapasan dengan mobil milik Jasse yang baru saja tiba di rumahnya.
"Jasse ada di kamarnya. Ada apa dengan Jasse, pa ?" tanya Asila yang mulai merasakan hawa kemarahan dari nada suara suaminya.
"Panggilkan dia kemari sekarang !" bentak Jonatan yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.
Jasse yang sedang berada di kamar berjalan keluar karena mendengar suara keributan di ruang tengah.
"Mama, papa ada apa ?" tanya Jasse yang belum tahu permasalahannya. Jasse berjalan mendekat ke arah kedua orang tuanya.
Plak
Jonatan langsung menampar Jasse dengan keras. Sehingga tubuh Jasse terhuyung dan segera di tangkap oleh Asila.
"Papa !" bentak Asila yang tidak terima putrinya di tampar begitu saja. Jasse memegang pipi kirinya yang terasa panas dan sakit.
"Anak tidak tahu di untung ! Kau mau melihat papa mu jadi gelandangan, hah ?" Jonatan membentak sambil menuding jari kepada Jasse.
"Apa maksud papa ?" tanya Asila yang tidak mengerti dengan ucapan suaminya. Sedangkan Jasse hanya diam karena mungkin papanya sudah tahu dengan perbuatannya.
"Sudah berulang kali papa mengingatkan kepada mu. Jangan mengganggu Revina ! Jangan mengganggu Revina !" Jonatan mengulangi pesan yang sudah sering ia katakan kepada Jasse.
"Sekali pun kau tidak menyukainya, jangan pernah berbuat jahat padanya !" lanjut Jonatan lagi.
"Pa ! Papa selalu saja membela Revina. Jasse ini anak kandung papa. Bukan Revina !" Asila buka suara memarahi Jonatan. Ia tidak terima suaminya itu memarahi Jasse dan malah membela Revina.
Plak
Jonatan kembali melayangkan tangannya menampar wajah istrinya.
"Kalian berdua memang tidak tahu diri ! Apa kau lupa ?" Jonatan menunjuk Asila yang tengah memegang pipinya.
"Lupa jika selama ini yang kita nikmati adalah harta milik Revina !"
Asila tersentak mendengar perkataan Jonatan. Sedangkan Jasse begitu terkejut mendengarnya juga. Asila memang mengetahui tentang perjanjian antara Jonatan dan Abraham dua puluh tahun yang lalu. Tapi sepertinya sekarang wanita itu lupa dengan perjanjian itu.
Sejak Revina kecil, Asila memang tidak pernah berbuat sesuatu untuk menjahati Revina. Namun tidak juga memberikan kasih sayang untuk keponakan suaminya itu. Tapi Asila selalu mendukung jika Jasse berbuat jahat kepada Revina.
"Sekarang Abraham datang dan akan mengambil semuanya." lanjut Jonatan lagi.
"Pa. Jadi apa yang harus kita lakukan ?" suara Asila terdengar memelas karena takut. Ia langsung melupakan rasa sakit bekas tamparan di pipinya.
"Kita harus membebaskan dan meminta maaf kepada Revina." jawab Jonatan.
Semoga saja Abraham akan memaafkan kesalahan mereka dengan meminta maaf kepada Revina dan membujuknya untuk kembali ke perusahaan.
Jonatan tersadar dari pikirannya ketika suara ponselnya berdering. Asila dan Jasse saling berpandangan, penasaran siapa yang menelpon.
"APA ?" Jonatan terkejut ketika asistennya mengabarkan sesuatu melalui panggilan telepon.