Bagaimana jadinya kalau kita dijodohkan dengan orang yang kita cintai?
Pasti bahagia sekali bukan? Tapi, tidak untuk Nabila. Justru perjodohan inilah yang menjadi pintu awal penderitaannya.
Bagaimana tidak? Nadeo sang suami yang terang-terangan mengatakan tidak menginginkan pernikahan ini dan akan melakukan poligami. Parahnya lagi, nadeo membawa istri kedua tinggal satu atap bersama dengan Nabila. Wanita mana yang tidak sakit hati, melihat orang yang kita cintai bermesraan setiap hari didepan kita.
Bisakah Nabila bertahan dengan rumah tangganya? atau lebih memilih mundur dan kalah? Yuk baca selengkapnya di menepi (mencintai dalam sepi?)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon da alfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Nabila
Egy dibuat bingung dengan Nabila.Mengapa saja tiba-tiba ia tidak masuk kerja, tanpa mengatakan sakit, izin atau apalah. Jika sakit ayau izin harusnya ia memberi tahu. Aneh, tifak biasanya Nabila begini. Di telpon tidak diangkat, di-WA juga tidak dibalas. Apa yang sebenarnya terjadi pada Nabila.
Egy mondar mandir tidak jelas, bagaikan pesawat yang tidak tau landasan. Egy juga merasa khawatir pada Nabila, takut terjadi sesuatu padanya. Apalagi sudah tiga hari ia tak masuk. Entah kenapa firasatnya tak enak, dan segala pikiran buruk mengampiri di benak Egy.
"Kenapa ya Nabila gak datang?" Tanya Egy pada dirinya sendiri, " Biasanya kalau mau cuti, pasti Nabila izin dulu. tapi ini tidak ada keterangan apa pun. Ditelpon gak diangkat, di WA gak dibalas. kamu kenapa Nabila?"
Tiba-tiba Egy teringat pada adik sepupunya, Cinthya. Kenpa ia tidak bertanya pada Cinthya saja, mareka kan sahabat, mana tahu Nabila ada curhat sesuatu padanya. Bukan tak mungkin sekarang Nabila ada masalah, mengingat gadis itu adalah perempuan yang punya banyak teka-teki dalam hidupnya, terlebih lagi hubungannya dengan Nadeo juga tergolong tidak baik. Tidak menutup kemungkinan terjadi sesuatu pada Nabila.
"Oh ya, telpon Cinthya!"
Egy merogoh gawai yang ada dalam kantong celananya. Egy langsung membuka aplikasi yang berlogo hijau (WhatsApp), ia akan menelpon Nabila melalui aplikasi tersebut.
Tak berselang lama, Cinthya mengangkat. "Halo Mas!" Sapa Cinthya di seberang.
"Halo Cinthya!"
"Iya mas, ada apa?"
"Kamu lagi dimana?"
"Di rumah sakit, kenapa Mas?"
"Kamu lagi sama Nabila enggak?"
"Ya enggak lah Mas, aku baru selesai praktek nih!"
"Nabila ada hubungin kamu enggak?"
"Enggak ada tuh, emang kenapa sih Mas? Kok Mas Egy kayak orang lagi khawatir gitu!"
"Nabila udah tiga hari gak masuk kantor!"
"Mungkin sakit"
"Dia juga gak bilang sakit, aku telpon gak di angkat, Wa juga gak dibalas, aku khawatir Cin." Lirih Egy.
"Yaudah nanti aku coba telpon ya Mas?"
"Iya, kabarin aku secepatnya ya Cin."
"Iya Mas, aku tutup ya?"
"Iya maksih Cin"
Sambungan telpon pun terputus.
Aneh. Ini benar-benar Aneh menurut Egy, Cinthya juga tidak tahu kabar Nabila, apa yang sebenarnya terjadi pada wanita itu?
...****************...
Cinthya dibuat tak kalah peasaran dengan Nabila. Ada apa dengannya? Apa ia ada masalah dengan Nadeo? Tapi bukankah Nadeo sudah berjanji untuk tidak mencampuri segala urusan Nabila? Jika ada masalah Nabila selalu mencurahkan isi hatinya pada Nabila, tapi kenapa ini tidak. Apa benar ia sakit? Segala pertanyaan muncul di benak Cinthya.
Daripada ia sibuk menerka-nerka pikirannya, akhirnya Cinthya menghubungi Nabila untuk meminta penjelasan pada orangnya langsung.
"Halo bil!" Sapa Cinthya setelah Nabila mengangjat panggilannya.
"Iya.." Jawab Nabila dengan suara serak dan terdengar lemah. Cinthya dapat menyimpulkan kalau Nabila sedang sakit.
"Kamu kenapa, kok suaranya gitu?"
"Heu-eum lagi gak enak badan!"
"Kamu sakit?"
"Enggak, cuma kurang enak badan saja."
"Kamu yakin cuma kurang enak badan, kata Mas Egy kamu udah tiga hari gak masuk kerja"
"Iya..., besok aku masuk kok"
"Kamu kalau lagi sakit kenapa gak bilang sih? Mas egy tuh khawatir banget sama kamu."
"Iya..., aku lupa"
"Telponnya Mas egy kenapa gak diangkat?"
"Gak liat, ini aku baru pegang HP."
"Yaudah deh, nanti aku kasih tahu ke Mas egy, kalau kamu baik-baik aja, biar dia gak khawatir."
Andaikan Cinthya tahu yang sebenarnya, dengan apa yang dialaminya sekarang, entah bagaimana reaksi Cinthya. Andai juga Cinthya tahu bahwa Nabila masih trauma dengan kejadian malam itu.
"Yaudah bil, kamu istirahat ya?" Pesan Cinthya.
"Iya Cin, makasih ya, udah perhatian"
"Iya..., kayak lagi sama siapa aja, ngucapin makasih."
Cinthya pun memutuskan panggilan telpon, lalu segera menghubungi Egy untuk memberikan kabar Nabila padanya.
...****************...
Ini adalah hari pertama Nabila memasuki kantor, setelah kemarin sempat tidak masuk selama tiga hari. Tapi tidak seperti hari-hari sebelumnya, Nabila tampak murung dan pucat. Tadi Egy sempat bertanya pada marcel, apakah Nabila masuk hari ini. Jika sudah masuk, maka Egy berpesan untuk segera ke ruangannya.
"Bapak manggil saya?" Tanya Nabika setelah masuk ke ruangan Egy.
Egy berbalik setelah mendengar suara Nabila, dengan cepat Egy menghampiri Nabila. Tiga hari tak bertemu membuat rasa rindu yang teramat pada hati Egy.
"Nabila..., kamu kenapa?" Lirih egy sembari ingin menyentuh Nabila. Nabila menghindar, menolak sentuhan Egy.
"Kamu sakit?" Tanya Egy lembut dengan raut khawatir. " Muka kamu pucat banget Bil."
"Saya gak papa Pak. Bapak ada perlu apa manggil saya?" Tanya Nabila dengan gaya formal.
Padahal biasanya ia memanggil Egy dengan sebutan 'Mas'. Nabila benar-benar berubah dalam sekejap. Rasanya kemarin mreka baik-baik saja, malah Nabila juga menghubunginya saat mobilnya mogok di jalanan, dan Egy mengantarnya pulang. Lalu mengapa setelah tiga hari Nabila tak masuk kantor ia menjadi berbeda, Nabila yerkesan seperti menghindari Egy. Seingat Egy, ia tak melakukan kesalahan apapun. Sorot matanya juga menunjukkan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.
"Aku khawatir sama kamu Bil, kamu tiga hari kemaren kemana? Kenapa aku hubungin gak bisa?" Tanya Egy dengan nada memelas.
Yang dikhawatirkan diam saja. Tapi jauh dalam lubuk hati Nabila, rasanya ia ingin menangis menumpahkan semua amarahnya, Tapi bibirnya tersa kelu, tak mampu mengucap sepatah kata apapun.
"Kamu sakit? Kenapa gak bilang?" Tanya Egy lagi.
Nabila masih diam.
"Kamu ada masalah Bil? Cerita sama aku!"
"Kalau gak ada hal yang penting yang mau Bapak omongin, saya mohon izin, permisi!"
Bukan memberi jawaban, Nabila malah pergi. Baru satu langkah, Egy langsung menarik lengan Nabila, reflek saja Nabila kaget dan menarik lengannya dengan raut ketakutan seperti orang yang sedang trauma.
"Tolong jangan pegang saya Pak!" Ucap Nabila ketakutan. Bayang-bayang Nadeo memperkosanya terlintas diingatan. Entah pantas Nabila mengucapkan kata perkosa dengan perbuatan Nadeo, bukankah Nadeo suaminya? Lalu jika bukan pemerkosaan, apakah sebutan yang pantas? Memaksanya memberikan haknya Nadeo?
"Bil, kamu kenapa?" Entah sudah berapa kali pertanyaan itu Egy lontarkan pada Nabila, dan tak kunjung mendapatkan jawaban. "Jangan begini!"
Nabila tak menjawab, ia terus berlalu pergi, membuat yang di tinggalkan terheran-heran.
"Nabila kenapa ya? Kok sepertinya dia sedang menghindari aku." Tanya Egy pada diri sendiri dengan nada sedih.
Sungguh ia merasa kacau akan sikap dan perubahan Nabila padanya. Jujur saja, tak pernah ia mencintai perempuan sedalam.ia mencintai Nabila.
n
🥰🥰😝
🥰🥰cegukan