Niken Anjani adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang jatuh cinta pada om nya sendiri yang bernama Rayendra, meskipun cintanya selalu bertepuk sebelah tangan dan tak pernah terbalas, karna Rayen hanya menganggapnya sebagai keponakan, meskipun begitu Niken tetap gencar mendekati om nya tersebut dengan cara apapun, hingga suatu saat ia berharap Rayendra akan melihat padanya dan membalas perasaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman Perpisahan
Rayen menatap tak tega pada keponakannya tersebut.
''Maafin om Niken, belakangan ini sepertinya om terlalu sering menyakiti hati kamu,om sama sekali gk bermaksud begitu.'' ucap Rayen sambil menggenggam tangan keponakannya tersebut
''Om, boleh aku minta sesuatu dari om?,dan aku sangat berharap om Rayen akan mengabulkannya.'' ucap Niken lirih
''Tentu saja,apa yang kamu ingin kan dari om sayang? om pasti mengabulkan permintaanmu.'' ucap Rayen sambil tersenyum.
''Om aku mau om Rayen menciumku sekarang!" ucap Niken serius
''A-apa?? mencium kamu? Niken kamu ini bicara apa? jangan bercanda seperti itu dengan om!'' sentak nya
''Saat ini aku tidak sedang bercanda om, aku serius, aku hanya ingin tau apa benar om Rayen sama sekali tidak memiliki perasaan apapun dengan ku, jika memang om Rayen tak memiliki perasaan dengan ku, maka aku anggap ciuman ini sebagai salam perpisahan kita,, jadi om tak perlu khawatir lagi karna aku tak akan meminta om untuk menerima perasaan ku lagi?.'' ucap Niken, dengan rasa sesak di dadanya.
''Jangan ngaco kamu,mana mungkin om mencium keponakan om sendiri, itu tak kan pernah terjadi.'' ucapnya yakin.
''Dasar om Rayen munafik, emangnya aku gk tau apa, kalau dia pernah mencuri ciuman dari ku saat aku tidur,untung saat itu aku terbangun.
Batin Niken sambil menatap sinis pada om nya tersebut.
''Ayolah om, aku hanya ingin memastikan saja.'' bujuk Niken lagi.
''Ya tapi mana mung---mmpppptt'', tiba-tiba mulut Rayen dibungkam dengan cium*an Niken,
Niken mengalungkan tangannya dileher Rayen, walau sedikit kaku, Niken mulai menyesap bibir Rayen yang terasa manis dimulutnya.
Sedangkan Rayen masih terdiam, dengan keadaan yang masih syok antara sadar atau tidak, bahkan jantungnya berdegup dengan kencang saat merasa kan benda kenyal yang masih setia menempel dibibirnya,,yang nyatanya kini bibirnya masih dinikmati oleh sang keponakan.
Niken menghentikan ciumannya saat ia merasa Rayen tak membalasnya.
''Om, bisakah om membalas ciumanku, jika om membalasnya setelah ini aku tak akan mengharap apapun lagi dari om Rayen.'' lirih nya
Dada Rayen terasa sesak mendengar ucapan Niken,seperti ada sesuatu dalam dirinya yang akan menghilang.
''Om,'' panggil Niken lagi.
''Rayen tersenyum sambil membelai wajah Niken dengan lembut, tanpa berkata apapun perlahan Rayen memajukan wajahnya, sedetik kemudian bibir keduanya kembali menempel.
Rayen mulai menyesap bibir keponakannya,untuk yang kedua kalinya,kembali merasakan manis dibibir sang ponakan, Niken memejamkan mata,untuk merasakan ciuman yang diberikan oleh Rayen,
Disela-sela ciuman mereka, Rayen merasa kan lagi sesuatu yang aneh pada hatinya.
''Perasaan apa ini? kenapa jantungku kembali maraton seperti ini apa jangan-jangan--
Tiba-tiba Rayen melepaskan ciuman mereka,lalu bangkit dari duduknya sambil meraup kasar wajahnya.Sedangkan Niken menatapnya dengan sendu, ia berpikir mungkin Rayen sama sekali tak memiliki perasaan cinta padanya,selain perasaan cinta terhadap keponakan sendiri.
''Sudahkan? om sudah mengikuti kemauan kamu, dan om harap kamu bisa pegang ucapanmu.'' jelas Rayen,sambil melangkah jan kakinya menuju pintu kamar dan membukanya, namun saat Rayen hendak keluar Niken kembali bersuara.
''Apa om Rayen tak merasakan perasaan apa pun saat kita berciuman tadi?''
Sejenak Rayen memejamkan mata,,menarik nafas dalam,kemudian membuangnya berlahan.
''Tidak,om sama sekali tidak merasakan apapun.'' jawab Rayen tanpa berbalik,setelah itu ia kembali melangkahkan kaki nya keluar dari kamar tersebut.
Saat Rayen keluar dari kamar Niken, tak sengaja ia bertemu dengan Lidya yang kebetulan saat itu juga baru keluar dari kamarnya.
''Loh Ray, mba kira kamu sudah pulang.'' ucap Lidya sambil membawa botol air minum,sepertinya ia kehabisan air dikamarnya.
''Iya mba, habisnya susah sekali membujuk anak itu.'' jawab Rayen beralasan
''Yasudah mba, aku pulang dulu ya?.''
''Baiklah,kamu hati-hati dijalan!" ucap Lidya sambil terus memperhatikan punggung Rayen yang kian menghilang saat menuruni anak tangga.
Sedangkan didalam kamarnya Niken membenamkan wajahnya diatas bantal, menangis tanpa suara, menyesali nasip percintaannya yang tidak terbalaskan.
*
*
*
Saat ini seperti biasa, Niken sedang sarapan pagi bersama kedua orangtuanya.
Lidya memperhatikan putrinya yang sama sekali tak mengeluarkan suara sedikit pun dari awal.
''Sayang kamu kenapa, kok nunduk terus,kamu sakit ya?'' tanya Lidya
''Gk kok ma,'' jawab Niken namun masih belum mau menatap pada Lidya.
''Niken coba lihat mama!" tekan Lidya,membuat Niken terpaksa harus menatap wajah orangtuanya.
''Loh, nak kamu kenapa? kok matamu bengkak kayak gitu?'' ucap Lidya membuat Frans juga ikut menatap putri mereka.
''Gk apa-apa kok mah, mungkin karna efek bergadang.'' jawabnya asal.
''Sayang,kamu kira mama ini bodoh ya? orang yang kurang tidur dengan orang yang habis nangis itu beda, mama tau ksmu pasti habis nangis kan?'' tanya Lidya
''Niken, sayang apa benar kamu habis nangis seperti apa yang mama kamu bilang?'' sambung Frans
''Enggak kok pah, mata ku hanya--''
''Kelilipan? iya?'' potong Lidya membuat Niken menghela nafas pelan
''Mah, udah dong nanya nya, aku mau sekolah ini.'' ucap Niken
''Iya, tapi kamu jawab dulu ada apa dengan mata kamu itu? kenapa sampai bengkak? atau jangan-jangan kamu nagis karna tadi malam om kamu bilang kalau dia akan segera bertunangan ya sama Viona, makanya kamu mewek kayak gini karna gk terima.'' tebak Lidya, namun berhasil membuat Niken terkejut.
''Apa? bertunangan? om Rayen akan bertunangan?'' tanya Niken memastika.
Lidya dan suaminya saling pandang, lalu kembali menatap putri semata wayang mereka.
''Loh jadi kamu belum tau? mama pikir tadi malam Rayen bilang sama kamu kalau mereka akan bertunangan.'' jelas Lidya
''Jadi om Rayen ingin bertunangan dengan tante pirang itu, kenapa dia tega sekali,sakit sekali mendengarnya, rasanya aku memang sudah tak ada harapan lagi.
Batin Niken
''Niken? sayang kamu gpp kan?'' tanya Lidya memastikan.
''Gk mah, aku gpp,kalau gitu aku pergi dulu ya mah, pah.'' pamitnya, sambil meraih tas yang ada disampingnya.
Saat ini Niken sedang dalam perjalanan menuju sekolah miliknya,sepanjang perjalanan Niken hanya diam,bahkan Windy yang menelpon saja tak ia hiraukan.
''Apa ini alasanmu menyuruhku untuk tidak berharap lebih pada mu om, apa tidak adakah lagi celah untukku agar bisa masuk kedalam hatimu? aku ini mikir apa sih, jelas-jelas aku sendiri yang mengundurkan diri dari perjuanganku,kenapa sekarang aku malah berharap lagi.
Batin Niken sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.
''Non Niken tidak apa-apa??'' tanya mang Diman, saat tak sengaja melihat anak majikannya menggelengkan kepalanya dari kaca spion.
''Oh, iya mang,aku gpp kok.'' jawab Niken.
Sedangkan didalam apartemen, terlihat Rayen masih bergelut diatas tempat tidur, tadi malam ia sama sekali tak dapat tidur karna bayangan Niken yang mencium bibir nya masih menari-nari di kepalanya, dan juga perasaan yang aneh yang tiba-tiba muncul.
BERSAMBUNG
TOLONG TINGGALKAN LIKE NYA DONG READERS AGAR AUTHOR LEBIH SEMANGAT LAGI NULIS NYA, SEPI BANGET GK ADA YANG NGELIKE, RASANYA OTORNYA PENGEN NANGIS 😭DAN BAGI YANG MASIH SETIA SILAHKAN TINGGALKAN JEJAK KALIAN YA 🤗😘
*niken yang bersikap centil didepan regan, menggoda regan, mendekatkan wajah pada wajah regan, gampang berdekatan fisik dengan lelaki lain itu bukan sebuah kesalahan...
aduh author perlu belajar lagi batasan seorang wanita bersuami