Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan kembali Amay dan Izam
"May, kita ada Ustadz baru ya? " tanya Aulia ketika baru pulang dari mengajar.
"Siapa bilang? " Amay nanya balik.
"Noh, anak-anak dan para Ustadzah yang ngomong. Mereka pada heboh katanya Ustadz nya cakep banget kayak orang Arab gitu! Udah itu badannya gede, tinggi dan ada brewok nya sikit-sikit yang bikin mereka pada ngehayal punya suami kayak gitu! "jawab Aulia dengan jujur sesuai informasi.
"Kata Pak lek gak ada Ustadz baru! Cuma ada orang yang mau belajar ilmu agama di pondok ini sambil mencari ketenangan diri, gitu kata Pak lek tadi! " ucap Amay sambil membolak-balikan novel yang ia baca.
"Emangnya kamu tau orang nya gimana? " tanya Aulia lagi dengan penasaran.
"Gak, tadi cuma liat punggungnya doang! Udah ah, ngapain ngomongin orang yang gak kita kenal! Gak penting! "jawab Amay dengan malas.
"Ish sewot banget sih! Nanya doang tauk! " kata Aulia dengan ketus.
"Nanya kok semangat bener? " sindir Amay lagi.
"Au ah gelap! " sahut Aulia dengan sebel.
Amay hanya tersenyum kecil melihat sahabat nya itu kesal, ia sengaja melakukannya karena Aulia itu paling gak bisa bertanya cuma satu kali, pasti nantinya merambat sampai kemana-mana. Daripada puyeng, mendingan bikin dia kesel aja. Kan lumayan gak bakalan bikin haus ngomong mulu.
Sore harinya...
Amay, Haura dan Aulia sedang bersiap-siap mau pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan makanan di rumah untuk menyambut tamu yang di katakan Pak lek Rohim tadi sebelum pergi sholat Asar.
Karena sudah sore mereka hanya membeli beberapa makanan yang sudah di bekukan, yaitu daging beku dan beberapa bumbu pelengkapnya.
Dapur rumah berbeda dengan dapur umum pondok karena di dapur rumah ada tiga Khadamah yang membantu Bu Nyai untuk masak, menyapu dan beres-beres rumah. Sedangkan mencuci pakaian pemiliknya sendiri yang melakukannya.
"Mau masak apa sih Mbak? " tanya Amay sepulang nya dari pasar kepada Lastri salah satu Khadamah di rumah ini.
"Bu Nyai bilang masak ayam kecap, cah kangkung, goreng tahu tempe ikan asin dan sambal ! "jawab nya dengan masih terus memotong kangkung.
"Untung masih ada ayamnya, tumben bener masak banyak? Emang ada tamu ya? " tanya Amay lagi kepada Lastri.
"Kurang tau juga saya, Ning! " jawab Lastri sambil mengangkat bahunya.
Amay tidak lagi bertanya, ia kembali membantu para khadamah untuk memasak makanan untuk makan malam. Untuk soal memasak atau urusan dapur, dulu Umi nya selalu mengajak nya memasak karena kata Umi nya walaupun sibuk, perempuan itu harus bisa memasak walaupun bisa sedikit-sedikit. Makanya kalau soal masak memasak Amay juga bisa melakukannya walaupun bukan suhu nya memasak. Ia memasak menu-menu sederhana yang di ajarkan Umi nya, belum tahap menu-menu seperti yang di peragakan di tivi-tivi.
Jelang Magrib, makanan untuk makan malam pun siap. Amay bersiap-siap hendak shalat di rumah saja karena waktunya tidak keburu jika shalat di masjid. Semua penghuni rumah kecuali para khadamah juga shalat di rumah saja karena memakan waktu jika kembali ke asrama.
Selesai shalat, mereka mempersiapkan makanan yang mereka masak di atas meja agar ketika Pak lek dan Bulek nya pulang langsung bisa makan tanpa harus menunggu lagi.
Makan malam akhirnya tiba, Amay sudah duduk di kursinya dan Aulia datang duluan bersama Bulek nya dan Haura. Sedangkan Haikal dan Pak lek nya menyusul di belakang mereka bersama seorang laki-laki yang belum ia ketahui siapa dan bagaimana rupanya.
Ketika laki-laki itu mendekat, Amay terkejut melihatnya begitu juga laki-laki itu juga terkejut melihat Amay yang sudah duduk nangkring di meja makan dengan santai nya.
"Kamu....! " teriak mereka berbarengan dengan saling menunjuk.
"Loh, kalian saling kenal toh, Nduk? " tanya Pak lek Rohim kaget.
"Gak/iya..." jawab mereka lagi bersebrangan.
"Lah, piye iki! Yang satu bilang iya, yang lain bilang tidak! " tanya Pak lek nya bingung.
Mereka hanya diam tidak menjawab pertanyaan Pak lek Rohim, bahkan Amay melengos membuang mukanya.
'Kenapa perempuan Bule ini ada di rumah Pak Kyai? Apa hubungannya dengan Pak Kyai yang hanya orang biasa? Bukan keturunan Bule seperti dia? Sungguh kebetulan yang luar biasa! Tapi kenapa juga aku mendadak seneng banget ketemu tuh anak? Haduh... Bikin bingung aja! ' batin Izam ketika melihat Amay.
'Aduh... Gimana ini! Jadi laki-laki yang di katakan Pak lek itu cowok ini?Tapi kenapa dia jadi macho banget sih dengan brewok tipis nya itu? jadi pengen tak uyel-uyel gemes! Astaghfirullah hal Adzim Amay!! Bisa-bisa nya kamu berpikiran seperti itu! Bagaimana jika dia bilang sama Pak lek kejadian dia di keroyok gara-gara aku! Bisa mampus aku di ceramahin Pak lek walaupun tidak di sengaja! Aduh... Gimana ini! ' batin Amay bingung sambil menggigit bibirnya sendiri.
Tingkah Amay yang seperti itu tidak luput dari pengamatan Izam yang senyum-senyum dalam hati melihat Amay salah tingkah dan serba salah seperti ini.
"Anak-anak! Karena kalian sudah di sini semuanya, Abah perkenalkan nak Izam dengan kalian semua! Nak Izam, ini anak-anak saya Haikal dan Haura. Sedangkan ini keponakan saya Amay dan sahabat nya yang sudah saya anggap anak sendiri! " Ucap Pak lek Rohim memperkenalkan mereka.
Haikal dan Haura menyalami Izam dengan takzim, sedangkan Amay dan Aulia hanya menangkup kan tangannya di dada karena mereka bukan muhrim.
Mereka pun makan malam bersama tanpa ada yang bicara sedikitpun karena Pak lek sangat tidak suka makan sambil berbicara, begitupun juga dengan Abah nya dulu semasa hidup.
"Mas, emang bener ya seperti yang Mas Izam katakan tadi kalau Mas Izam itu jualan kebab? " tanya Haura penasaran ketika mereka sedang berkumpul sambil duduk santai.
"Iya, " jawab Izam dengan tersenyum ramah.
"Wah, asyik dong! Bisa makan kebab setiap hari! " kata Haura dengan antusias dan mata yang berbinar.
"Emangnya kamu suka makan kebab? " tanya Izam balik.
"Suka banget, Mas! " jawab nya dengan penuh semangat.
"Haura semua makanan suka! Daun aja dia yang gak suka! " celutuk Haikal mengejek nya.
"Plak.... " Haura memukul lengan abang nya dengan keras.
"Aduhhh....Sakit tauk! Kencang banget mukul nya! " sahut Haikal mengaduh sambil mengusap bekas pukulan Haura.
"Bodo ! " jawab Haura dengan wajah kesal.
Izam terkekeh melihat interaksi kakak beradik itu yang mana mengingatkan ia dulu ketika masih kecil bersama kakak-kakak nya.
"Begitulah Nak Izam tingkah mereka kalau ketemu! Selalu saja berdebat, kadang main pukul-pukulan. " Ucap Pak lek Rohim melihat tingkah anak-anak nya.
"Hal yang wajar itu Pak Kyai, seperti saya dulu dan kakak-kakak saya! Nanti kalau mereka sudah besar dan dewasa pasti sangat merindukan suasana yang seperti ini! Bergurau bersama tanpa ada beban! " jawab Izam masih dengan tersenyum melihat Haikal dan Haura yang masih saja bertengkar kecil.
' Cih, Sok bijak banget sih jadi orang! ' cibir Amay dalam hatinya.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beraktivitas readers semuanya...
Semoga hari kalian menyenangkan 💕😍..
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏