"Pergi dari sini...aku tidak ingin melihat wajahmu di rumah ini!!! aku tidak sudi hidup bersama penipu sepertimu." Bentakan yang menggema hingga ke langit-langit kamar mampu membuat hati serta tubuh Thalia bergetar. sekuat tenaga gadis itu menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk mata.
Jika suami pada umumnya akan bahagia saat mendapati istrinya masih suci, berbeda dengan Rasya Putra Sanjaya, pria itu justru merasa tertipu. Ya, pernikahan mereka terjadi akibat kepergok tidur bersama dikamar hotel dan saat itu situasi dan kondisi seakan menggiring siapapun akan berpikir jika telah terjadi sesuatu pada Thalia hingga mau tak mau Rasya harus bersedia menikahi mantan kekasih dari abangnya tersebut, namun setelah beberapa bulan menikah dan mereka melakukan hubungan suami-istri saat itu Rasya mengetahui bahwa ternyata sang istri masih suci. Rasya yang paling benci dengan kebohongan tentu saja tidak terima, dan mengusir istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Thalia.
Kedatangan Abimana di siang menjelang sore hari itu akhirnya mengakhiri percakapan di antara Rasya dan ketiga sahabatnya.
Di cafe yang letaknya di depan rumah sakit, di sinilah kakak beradik itu berada saat ini. Duduk saling berhadapan, hanya sebuah meja yang menjadi perantara.
"Bagaimana, apa kamu sudah mempersiapkan rumah yang akan kalian tinggali???." Abimana bertanya demikian sebab kata dokter dalam beberapa hari ke depan Thalia akan diperbolehkan untuk pulang.
"Sudah mas, Tapi _." Rasya tak melanjutkan kalimatnya.
"Tapi apa???." sebagai seorang kakak, Abimana tahu betul jika saat ini adiknya itu sedang memikirkan sesuatu.
"Masalahnya istriku tidak mau pulang ke rumah yang sudah Rasya persiapkan. Thalia tetap kekeh ingin tinggal di kosan bersama anak kami." ungkap Rasya. satu keputusan Thalia yang membuat hati Rasya jadi gelisah.
"Kamu harus terus berusaha meyakinkan Thalia agar bersedia menerima kamu kembali!!! Berusahalah semaksimal mungkin, mas yakin kamu pasti bisa. Masa iya, mencintainya dalam diam kamu sanggup, tapi meraih hatinya saja kamu tidak sanggup."
"Apa maksud mas Abi???." sebenarnya Rasya tidak sebodoh itu untuk memahami maksud dari ucapan Abimana, tetapi yang menjadi pertanyaannya, sejak kapan kakaknya itu tahu tentang perasaannya terhadap Thalia.
"Kita dibesarkan dilingkungan yang sama, mas bahkan mengenalmu sejak kamu baru dilahirkan di dunia ini, lalu bagaimana bisa mas tidak paham tentang dirimu, Rasya. bahkan arti sorot matamu saja sudah bisa mas tebak."
Rasya menelan ludahnya dengan susah payah mendengar jawaban Abimana.
"Maaf jika saat itu mas tidak mampu mengalah darimu. Saat itu mas juga mencintainya dan dengan berat hati mas harus menutup mata untuk perasaanmu padanya. Tapi setelah permasalahan di antara kami, dan Thalia pergi meninggalkan mas tanpa sepatah kata, mas jadi yakin bahwa kami memang tidak ditakdirkan berjodoh, sampai takdir membawa mas bertemu dengan ibunya Abil, wanita yang mampu membuat mas melupakan semua tentang masa lalu mas bersama Thalia, wanita yang mampu membuat jantung mas berdebar kencang bahkan hanya dengan memikirkannya saja." teringat akan wajah sang istri membuat Abimana tak sabar ingin segera pulang ke apartemen dan bertemu dengan ibu dari anaknya tersebut.
"Tunjukkan rasa cintamu padanya dengan perbuatan, sebab untuk saat ini pernyataan cinta saja tidak akan cukup meyakinkan istrimu, mengingat bagaimana perlakuan kamu sebelumnya padanya. Mas rasa kamu cukup pandai memahami situasi yang ada, Rasya."
Rasya mengangguk.
"Huuufff." setelah kepergian Abimana Rasya menghembus napas bebas di udara. Jujur saja, ia masih syok mengetahui kebenaran jika ternyata selama ini Abimana mengetahui perasaannya terhadap Thalia, bahkan di saat wanita itu masih menjadi calon kakak iparnya dulu Abimana sudah tahu segalanya.
Puas merenungi semua nasehat kakak laki-lakinya tersebut, Rasya pun berlalu meninggalkan cafe, Hendak kembali ke rumah sakit.
"Ceklek."
Thalia menoleh ke arah pintu, Memandang ke arah datangnya Rasya.
"Kata dokter, dua hari lagi aku sudah boleh pulang." ujar Thalia.
Rasya tak langsung merespon, ia melanjutkan langkah mendekat ke arah tempat tidur pasien, di mana saat ini Thalia tengah duduk bersandar sementara putranya terlelap di sampingnya.
Rasya menyentuh pipi lembut putranya. Cukup lama ia memandangi wajah buah hatinya, sebelum sesaat kemudian beralih pada sang istri.
"Mas tahu, mas banyak salah sama kamu dan kamu berhak untuk marah, tapi apa kamu tidak memikirkan anak kita bila kamu tetap kekeh ingin kembali ke kosan???." untuk kesekian kalinya Rasya mengatakan hal serupa, berharap kali ini Thalia mau mengerti.
"Ayolah Thalia...mas mohon pikirkan kenyamanan anak kita!!!." sambung Rasya ketika melihat Thalia masih diam saja.
"Keputusanku sudah bulat mas, aku dan Faras akan tinggal di kosan. aku tidak akan melarang kamu untuk berkunjung karena bagaimana pun Faras adalah darah daging kamu, tapi kalau kamu merasa kurang nyaman dengan tempat tinggal ku maka aku pun tidak akan memaksa kamu untuk mengunjungi Faras."
"Thalia....." seruan Rasya terdengar memelas.
"Stop it, mas...!!!!."
"Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusan kamu. Tetapi seperti yang kamu bilang, mas boleh mengunjungi anak kita kapan saja." pada akhirnya Rasya mengalah.
----------------------------
Dua hari kemudian.
Thalia sudah di izinkan untuk pulang. kini mereka sedang berada di perjalanan kembali ke kosan Thalia. sementara Riri, gadis itu mengendarai mobilnya di belakang mobil mewah milik Rasya. Sebenarnya Thalia enggan di antarkan oleh Rasya, tetapi desakan Riri pada akhirnya membuat Thalia mengalah.
Kepulangan Thalia di pagi menjelang siang hari itu menjadi pusat perhatian dari para tetangga kosannya. apalagi yang menjadi pusat perhatian para tetangga kalau bukan mobil mewah milik Rasya yang baru saja memasuki area kosan.
Rasya yang lebih dulu turun dari mobil tersebut semakin memancing rasa penasaran para ibu-ibu tetangga kosan Thalia. Ya, kosan yang ditempati Thalia dikhususkan untuk pasangan yang sudah menikah.
"Siapa sih itu, ganteng banget???."
"Lagi nyari kosan kali."
"Masa iya, pria berpenampilan seperti dia mau tinggal di kosan biasa seperti ini." menaiki mobil mewah serta melihat penampilan Rasya saat ini, sangat tidak masuk akal jika pria itu sedang mencari kosan, begitu pikir para tetangga kosan Thalia.
"Iya juga sih."
Bisik-bisik para tetangga kosan Thalia ketika melihat keberadaan Rasya. Rasya tersenyum ke arah ibu-ibu yang tengah berkumpul di depan salah satu kosan.
Rasya mengitari mobil, lalu membukakan pintu mobil. Dan tak lama kemudian Thalia yang tengah menggendong bayinya tersebut turun dari mobil.
"Thalia...itu Thalia bukan???." salah seorang dari tetangga kosan Thalia menajamkan penglihatannya dan benar saja wanita yang baru saja turun dari mobil mewah tersebut adalah Thalia, salah seorang penghuni kosan. Tiga diantaranya lekas menghampiri, melempar senyum semanis mungkin pada pria yang kini tengah mengeluarkan tas besar dari bagasi mobilnya.
Tidak ingin para tetangga berpikir yang bukan-bukan, Thalia pun berniat memperkenalkan Rasya, namun belum juga Thalia bersuara, pria itu sudah lebih dulu memperkenalkan diri. "Selamat pagi ibu-ibu... perkenalkan nama Rasya. suaminya Thalia."
Mau tidur mau Thalia mengangguk, membenarkan ucapan Rasya.
"Waaaah.... baru tahu kalau suaminya mbak Thalia seganteng ini." komentar salah seorang ibu berusia paru baya yang kosnya paling ujung. "kalau lihat yang seger-seger begini, jadi pengen muda lagi deh biar dapet yang ganteng begini..." sambung ibu tersebut.
"Ya ampun ibu, kalau pengen yang ganteng begini ya ibu juga mesti cantik kayak mbak Thalia dong, biar mas nya mau sama ibu." balas salah seorang tetangga lainnya.
"Sudah... sudah....kenapa pada ngelantur sih, nggak kasian apa sama bayinya sudah kepanasan tuh." pemilik kosan yang bersuara, sambil geleng-geleng melihat tingkah ibu-ibu.
Thalia tersenyum. "Kalau begitu kami masuk dulu ya ibu-ibu..." pamit Thalia.
Setelah mereka masuk ke dalam kosan, para tetangga masih saja membahas tentang Thalia.
"Kamu lihat nggak tadi bayinya mbak Thalia, cakep banget kan???."
"Nggak heran Bu, lah emak bapaknya saja cakep begitu." balas salah seorang ibu yang lainnya.
"Iya juga ya.... hahaha."
Selama ini Thalia mengaku kepada para tetangga kosannya jika suaminya sedang bekerja di luar kota. Semua itu dilakukan Thalia agar dirinya bisa diterima dilingkungan tersebut, tanpa harus mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan, mengingat saat itu ia sedang mengandung Faras.
kamu sih Rasya...bangunin macam tidur...auto di aummin...😆😆😆😆
semoga ringan dan gak belat belit 😍😍😍
Jangan dibuat berbelit-belit ya thorrr
Terima kasih sudah menulis cerita ini 😍😍
lha slm jdi istrimu sja... km sia2kan... km perlakukan dgn bgitu buruknya...
makasih udah up lagi kk...
semoga sering2 update lagi ya kk🤗🙏🏻
ayo deh baby kamu rewel sepanjang malam,biar papa mu bisa tidur dengan mama mu...
udah bolak balik di intip...😅