Perjuangan Abimanyu untuk mendapatkan kembali cinta Renata, sang istri yang telah berulang kali disakitinya.
Tidak mencintai gadis yang menjadi wasiat terakhir ibunya membuat Abimanyu seringkali menyiksa dan menyakiti hati Renata hingga berkali-kali.
Akankah Bima bisa kembali mendapatkan cinta istrinya? Sementara hati Renata telah mati rasa akibat perbuatan Abimanyu yang telah menyebabkan buah hati dan ibunya meninggal dunia.
"Mas Bima-"
"Panggil aku Tuan seperti biasanya, karena kau hanyalah seorang pembantu di sini!"
"Ta-tapi Mas, kata Nyonya-"
"Ibuku sudah meninggal. Aku menikahimu karena keinginan ibuku, jadi kau jangan berharap dan bermimpi kalau aku akan menuruti keinginan ibuku untuk menjagamu!"
"I-iya, Tu-Tuan ...."
Yuk! Ikutin ceritanya, jangan lupa siapin tisu karena novel ini banyak mengandung bawang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 MENCOBA MENGABAIKAN
Renata tersenyum saat masuk ke dalam ruangan Kenzo. Perempuan itu membawa nampan berisi makanan yang dipesan oleh Alea.
"Silakan, Nona."
"Terima kasih Renata." Alea tersenyum saat Renata mulai menghidangkan makanan yang dipesannya di atas meja.
"Sayang, makan dulu. Makanannya sudah disiapin sama Renata."
Kenzo yang masih asyik dengan pekerjaannya langsung menatap ke istrinya sambil menganggukkan kepala.
Tanpa menunggu lama, pria itu beranjak dari kursi kebesarannya, mendekati Alea dan Renata.
"Saya permisi dulu, kalau butuh apa-apa lagi, Nona telepon saya saja," ucap Renata saat kedua bosnya itu sudah bersiap untuk makan siang.
"Terima kasih, Renata."
"Sama-sama, Nona, Tuan. Saya permisi dulu." Renata menundukkan kepalanya, wajah cantiknya menyunggingkan senyum.
Kenzo dan Alea tersenyum menatap kepergian gadis itu.
"Kamu bilang ingin berbicara dengan dia, kok nggak jadi?" Kenzo menatap sang istri tercinta yang yang masih menatap kepergian Renata sampai akhirnya gadis itu menghilang di balik pintu.
"Aku masih ragu untuk menceritakan kisahku padanya, tapi aku juga merasa kasihan saat melihat dia."
"Semoga saja dia tidak bernasib sama sepertiku." Alea menatap wajah tampan suaminya.
"Sepertinya dia perempuan yang tangguh, tidak seperti aku yang bisanya cuma menangis." Alya tertawa kecil, menertawai kebodohannya saat itu.
Sementara Kenzo mengusap kepala istrinya dengan penuh cinta.
"Semua hanya masa lalu. Kenapa kau harus mengingatnya kembali?"
"Entahlah! Setiap kali melihat gadis itu aku teringat kembali masa laluku, apalagi jika yang Aldrian katakan adalah benar, Renata menikah dengan pria yang tidak mencintainya." Alea menatap suaminya.
"Sudahlah! Ayo kita makan. Jangan berpikiran yang tidak-tidak." Alea menganggukkan kepalanya, kemudian mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.
***
Seperti biasanya, Renata datang ke rumah besar Abimanyu untuk membersihkan rumah dan memasak. Beruntung, beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan Bima dan Shinta.
Setiap kali perempuan itu datang, kedua majikannya itu sepertinya masih tertidur, hingga tidak mengetahui kedatangannya.
Berkali-kali Bima menelepon. Namun, Renata mengabaikannya. Semenjak kejadian pagi itu, Renata sama sekali tidak melihat pesan ataupun mengangkat panggilan telepon dari Bima.
Renata benar-benar sudah berniat untuk mengakhiri semuanya. Gadis itu juga sudah menghubungi pengacara keluarga Abimanyu. Akan tetapi, berhubung sang pengacara saat ini sedang berada di luar negeri, Renata terpaksa mengundurkan niatnya.
Setelah sang pengacara pulang, Renata baru akan menemuinya untuk membicarakan nasib pernikahannya dengan Bima.
Kalau boleh jujur, Renata memang sangat mencintai Bima. Namun, memang benar apa yang dikatakan oleh Alea semalam.
Percuma saja kita mengharapkan seseorang yang tidak pernah mencintai kita. Apalagi, jelas-jelas pria itu telah memilih perempuan lain yang lebih dicintainya.
Tadi malam, Renata dan Alea membicarakan banyak hal, termasuk tentang pernikahan Alea sebelum perempuan itu menikah dengan Kenzo dan akhirnya mereka berdua hidup bahagia seperti sekarang.
Renata sungguh tidak menyangka, kalau di balik kesuksesan Alea, ternyata perempuan itu pernah mengalami kejadian yang sangat tragis dalam hidupnya.
Cinta itu tidak bisa dipaksakan, dan itu memang benar. Seperti dirinya yang tidak mungkin memaksa Bima untuk mencintainya.
Pria itu jelas-jelas mencintai perempuan lain, tidak mungkin dia memaksa Bima untuk mencintainya dan melupakan Shinta, cinta sejatinya.
Pernikahan mereka memang sah secara agama dan negara. Namun, pernikahan itu tidak ada artinya karena hati mereka tidak bersatu. Renata mencintai Bima, tetapi, Bima mencintai orang lain.
Oleh karena itulah, Bima menganggap kalau pernikahan mereka hanyalah pernikahan di atas kertas.
Tidak berharga dan tidak ada artinya sama sekali. Akan tetapi, berbeda dengan Bima, Renata justru menganggap pernikahan itu adalah pernikahan yang sangat sakral.
Awalnya dia berharap kalau pernikahan itu akan menjadi awal untuk kebahagiaannya karena dia menikahi laki-laki yang diam-diam dicintainya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Renata berubah pikiran.
Mengharapkan cinta dari seseorang yang tidak mencintai kita adalah hal yang sangat menyakitkan. Apalagi, saat kita dengan kedua mata kita sendiri menyaksikan kemesraan orang yang kita cintai bersama dengan perempuan lain yang dicintai oleh orang yang kita cintai.
Renata menghembuskan napas panjang. Dia baru saja selesai menghidangkan semua makanan yang dimasaknya di atas meja makan.
Renata baru saja akan beranjak dari dapur, saat suara seseorang menghentikan langkahnya.
"Heh, Pembantu! Mau ke mana kamu?"
Bersambung ....