MAAFKAN AKU, ISTRIKU
"Menikahlah dengan Rena, Bim, dia perempuan baik. Ibu yakin, kamu akan bahagia bersamanya."
"Ibu bicara apa? Aku tidak mungkin menikah dengan dia, Bu. Aku tidak mencintainya. Lagipula, aku sudah punya Shinta. Aku tidak mungkin meninggalkan dia, Bu."
Abimanyu, atau biasa dipanggil Bima, menatap sang ibu yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Untuk terakhir kalinya, ibu mohon, penuhi permintaan ibu, Nak ...." Tangan lemah Erika, perempuan yang melahirkannya itu terulur menggenggam tangan Bima.
"Waktu ibu sudah tidak lama lagi, Bim, ibu sudah tidak ku-at ...."
"Ibu ... ibu tidak boleh bicara seperti itu. Ibu harus kuat! Ibu pasti sembuh ...." Bima mencium tangan sang ibu. Kedua matanya yang sedari tadi berkaca-kaca kini meneteskan air mata.
Dia sungguh tidak sanggup mendengar ucapan sang ibu.
Erika adalah orang tuanya yang tersisa. Semenjak sang ayah meninggal beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan, Bima hanya tinggal berdua dengan ibunya.
Namun, seiring bertambahnya usia sang ibu dan juga pekerjaan Bima yang semakin bertambah, ia kemudian mencari seseorang untuk merawat ibunya.
Bi Yati, asisten rumah tangga mereka tidak sanggup bila harus mengerjakan semua tugas rumah tangga sekaligus menjaga ibunya.
Perempuan berusia empat puluh lima tahun itu kemudian membawa sang putri untuk membantu pekerjaannya.
Kebetulan sekali, putrinya yang bernama Rena baru saja lulus sekolah. Anak gadisnya itu juga sangat baik dan juga penyabar. Makanya Bi Yati berani membawa putrinya untuk membantu merawat majikannya.
"Bim, Ibu ingin ada yang menjaga kamu setelah ibu pergi."
"Ibu ... Ibu tidak boleh bicara seperti itu. Ibu pasti sembuh."
"Bim ...."
Bima memeluk tubuh sang ibu. Laki-laki itu menangis.
Sementara, dua orang perempuan di belakang Bima, ikut menangis sesunggukan melihat keadaan Erika.
Mereka berdua adalah Rena dan Bi Yati, asisten rumah tangga yang selama ini mengabdi di keluarga Bima.
"Bim, menikahlah dengan Rena, ibu mohon ...."
"Bu, aku tidak mungkin menikah dengan Rena. Aku tidak mencintainya. Aku sudah punya Shinta, aku akan menikah dengannya, Bu."
"Shinta bukanlah perempuan yang baik untukmu, Bim ...."
"Kenapa Ibu bicara seperti itu?"
"Ibu bahkan belum mengenalnya dengan baik." Bima mencoba menjelaskan tentang kekasihnya pada Erika.
"Ibu hanya ingin kau menikah dengan Rena, Bim, bukan perempuan lain."
"Ibu-"
"Ibu mohon ... menikahlah dengan Rena, agar ibu bisa tenang."
"Ibu ...." Bima tak kuasa menahan tangisnya. Pria itu menatap ke arah Rena yang sedang menangis di pelukan Bi Yati.
Dalam hati dia sangat kesal. Mana mungkin dia menikah dengan gadis yang merupakan pembantu rumahnya sendiri?
"Ibu mohon ... menikahlah dengan Rena, Bim."
"Nyonya, saya tidak mungkin menikah dengan Tuan Bima. Saya tidak pantas-"
"Rena ... kamu tidak mungkin menolak keinginan orang yang sebentar lagi sekarat bukan?"
"Bu!"
"Nyonya!" Mereka bertiga berteriak bersamaan.
"Waktu ibu sudah tidak banyak lagi, Bim. Ibu sudah lelah. Ibu hanya ingin melihatmu menikah dengan perempuan pilihan ibu, Nak ...." Erika menggenggam erat tangan putranya.
"Ibu ingin menyaksikan kamu menikahi Rena di sini."
"Ibu ...."
"Nyonya ...."
Erika meneteskan air mata di wajah tuanya.
"Ibu mohon ... kali ini saja turuti keinginan ibu.
"Ibu ...." Bima ikut menangis melihat sang ibu memohon padanya.
"Ibu mohon ...."
Bima akhirnya mengangguk saat melihat tatapan sayu ibunya.
"Terima kasih, Bima. Kamu memang anak yang berbakti," ucap Erika.
Perempuan tua itu merasa lega karena putranya mau menyetujui menikah dengan Rena.
Erika tahu, kalau Bima memang sudah punya kekasih. Namun, dia juga tahu kalau kekasih Bima itu bukanlah orang yang baik.
Perempuan itu hanya menginginkan harta saja. Erika mengetahuinya saat dia tidak sengaja mendengar percakapan Shinta saat perempuan itu sedang berada di rumahnya untuk menemui Bima.
Erika bahkan sudah beberapa kali bertemu dengan Shinta. Namun, nalurinya sebagai ibu mengatakan, kalau perempuan itu bukanlah orang yang baik buat putranya.
"Ibu sudah menyuruh pengacara ibu ke sini. Ibu juga sudah meminta dia untuk membawa penghulu untuk menikahkan kalian secara resmi di sini."
"Ibu ...." Bima menatap tak percaya pada ibunya.
"Percayalah sama ibu, Nak, Rena adalah gadis yang baik. Dia akan menjadi istri yang baik buat kamu." Kembali suara ibunya lirih terdengar.
Bima mengepalkan tangannya. Netranya melirik ke arah Rena yang masih sesunggukan di pelukan Bi Yati, ibu dari gadis itu.
"Rena memang hanya seseorang yang merawat Ibu, Bi Yati juga orang yang telah bekerja pada kita selama bertahun-tahun. Namun, mereka orang baik."
"Ibu tidak pernah memandang seseorang itu dari harta ataupun status sosial. Jadi, Itu Ibu mohon, menikahlah dengan Rena." Kedua mata Erika menatap Rena yang masih menangis.
"Rena ... kamu mau kan, menuruti keinginan Ibu?"
"Nyonya ... sa-saya tidak pantas menikah dengan Tuan Bima, saya hanya-"
"Hanya kamu yang pantas mendampingi Bima. Kamu baik, kamu juga pintar. Ibu yakin, kamu bisa menjadi istri yang baik untuk Bima."
"Ta-tapi, Nyonya-"
"Penuhi permintaan terakhirku, Rena, Ibu mohon ...."
"Nyonya!"
"Ibu!"
Rena dan Bima sangat terkejut saat melihat Erika terbatuk-batuk. Darah segar mengalir dari mulut perempuan itu.
Dokter yang sedari tadi berdiri di belakang Bima segera mengambil tindakan.
Semua orang keluar dari ruangan itu. Mereka semua menunggu dengan cemas.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?"
Sang dokter menggeleng pelan.
"Sebaiknya, Anda turuti semua permintaan ibu Anda sebelum terlambat."
"Apa maksud, Dokter?" Dokter itu menepuk pundak Bima.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi keputusan tetap pada sang Maha Pencipta."
"Maksud Dokter, ibu saya ...."
Dokter itu mengangguk.
"Segera ikuti permintaannya, sebelum semua terlambat." Dokter muda itu kembali menepuk bahu Bima, kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Bima menatap Rena yang terlihat khawatir.
"Tuan, bagaimana keadaan Nyonya?"
"Kita ikuti permintaan ibu."
"Apa maksud, Tuan?"
"Turuti keinginan ibuku. Bukankah itu yang kau mau?"
"Tuan, apa maksud Tuan?"
Rena menatap Bima dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Pak Dika, bawa penghulu yang sudah Bapak persiapkan untuk menikahkan aku dan Rena."
"Baik, Pak," jawab pak Dika, pengacara keluarga Abimanyu.
Sementara Rena menatap majikannya tak percaya. Begitupun Bi Yati.
"Ibu, apa maksud Tuan Bima?"
"Ibu juga tidak tahu." Bi Yati memeluk putrinya.
"Cepat masuk, Rena!" Suara Bima terdengar.
"Ba-baik, Tuan."
Rena dan ibunya masuk ke dalam ruangan.
Mereka kini berkumpul di depan Erika yang terbaring lemah di ranjang pasien.
"Ibu, aku akan menuruti permintaan Ibu. Aku akan menikah dengan Rena."
Sebuah senyuman mengembang di wajah pucat Erika.
"Terima kasih, Nak." Suara Erika terdengar lirih.
"Sesuai keinginan Ibu Erika, saya sudah mempersiapkan semua berkas pernikahan kalian berdua."
"Apa?"
"Ibu Erika sudah beberapa hari yang lalu menyuruh saya untuk mempersiapkan semua berkas persyaratan pernikahan kalian."
"Ibu Erika ingin kalian menikah secara sah bukan hanya menikah siri."
"Ya Tuhan ... jadi ibu sudah mempersiapkan semuanya?"
Bima menatap tak percaya pada Erika. Pandangannya berpindah pada Rena yang tampak terkejut mendengar penuturan pengacara keluarganya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
nenk 'yLa
sprti y bkln mngandung bnyk bwang.. nrah sanggup ap ngga bca lnjutan y
2023-12-12
1
Defi ajja
baru baca sepertinya bagus..coba d8lanjut.. :)
2023-08-30
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
mampir ....
kayaknya byk mengandung bawang nich cerita
2022-12-07
1