Please follow akun Lady Orlin dulu sebelum baca ya😉
Seusai dicerai suami sultannya, Sofia memilih meninggalkan keglamoran, memulai hidup dari nol meskipun ia mendapatkan kompensasi senilai miliyaran dari sang mantan suami.
Saat melamar sebagai pekerja biasa, nyatanya jalan hidup Sofia semakin rumit ketika dihadapkan oleh CEO tampan arogan dan juga manager HRD yang menganggap Sofia saingan.
Tak hanya itu, setelah beberapa hari resmi berpisah, secara diam-diam mantan suami kembali mengusik.
Akankah Sofia menemukan kebahagiaan?
S1 (Bab 1-31)
S2 ( mulai bab 32)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Orlin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Dentingan tuts keyboard saling beradu kala jemari Jayden menari-nari di atas laptop kerja. Tak seperti kebanyakan pria muda seusianya yang biasa menghabiskan malam akhir pekan dengan hang out atau clubbing, pria beraut teduh itu memilih fokus untuk mengerjakan pekerjaan yang belum usai jumat malam ini. Baginya, perusahaan adalah prioritas kedua setelah sang ibu.
Namun, malam ini nampak tak biasa. Pikiran yang sedari tadi ia fokuskan mengerjakan laporan akhir pekan selalu tersela oleh bayang-bayang sebuah sosok.
"Argh! Mengapa kau tak mau enyah dari otakku, Sofia."
Bukan Azyla atau wanita lain, melainkan nama Sofia lah yang sukses terpatri dalam angan saat ini.
"Apa ini karma untukku akibat menurunkannya di pinggir jalan tadi? Ya, ini pasti gara-gara tadi." Jayden kembali bermonolog sedikit sesal. Mengantar Sofia sampai ke depan rumah adalah niat yang sebenarnya. Namun, egonya terlalu tinggi untuk itu. Jayden tak ingin terlihat serupa sosok calon bos yang ramah dan gampangan. Ia ingin tetap memperlihatkan wibawa yang terkenal angkuh dan dingin. Namun, tetap saja kepikiran.
TOK ... TOK!
Angan Jayden sontak buyar tatkala suara ketukan pintu menggema. "Mama."
Sosok sang ibu sudah menghadirkan presensi di ambang pintu yang tidak terlalu ditutup rapat sebelumnya. Wanita paruh baya bersanggul itu pun segera menghampiri puteranya menggunakan kursi roda elektrik yang dioperasikan otomatis hanya dengan memijat tombol saja.
Jihan mulai bertanya kepada putranya menggunakan bahasa isyarat menggerakkan kedua tangannya. "Kau kenapa, Nak? Kau terlihat seperti sedang gusar? Apa sesuatu sedang mengganggumu, kah?"
Jayden merespon dengan senyuman seraya memegang kedua tangan Jihan dengan penuh kelembutan. "Aku baik-baik saja, Ma. Aku hanya sedang banyak pekerjaan."
Tentunya, Jihan tak percaya seratus persen ucapan Jayden. Ditiliknya lekat-lekat raut putra bungsunya itu. Ditutupi serapat apapun, Jihan akan selalu dapat merasakan jika putranya sedang bimbang dan gusar. Terlebih, Jayden dan Jihan memiliki ikatan batin yang sangat kuat semenjak sang putra masih bayi.
Jihan lantas merespon dengan kekehan kecil dan mulai mengeluarkan gerakan isyarat yang artinya Jayden tak bisa berbohong padanya. "Ah, aku tau. Kau sedang jatuh hati, ya?" tambah Jihan menerka.
"Jatuh hati? Tidak. Tentu tidak."
Mendengar ucapan sang mama, Jayden terkesiap. Kedua tangan ia kibaskan di depan sang mama, menandakan penolakkan.
Sementara itu, sunggingan senyum tak henti-hentinya berseri dari wajah Jihan seraya menatap sang putra. Ia merasa bahagia karena Jayden yang tak gampang jatuh hati, kini mengalami hal sebaliknya.
"Jangan menatapku seperti itu, Ma. Aku sudah mengatakan yang sejujurnya bahwa aku tidak sedang jatuh hati dengan siapapun," terang Jayden mengelak.
Biasanya, pembenaran berlebihan adalah pertanda bahwa otak sedang menolak. Namun, hati merasakan hal sebaliknya. Mungkinkah Jayden sedang mengalami hal yang diterka oleh Jihan?
...***...
Kediaman Crish dan Ivy.
"Kau sudah mau berangkat kerja, Sayang?" tanya Ivy manja seraya menyusupkan kedua tangan, mendekap tubuh kekar Crish dari belakang.
Sang suami yang sedang mematut diri di cermin pun membalas dengan anggukan serta terbitan senyum manis kepada pantulan sang istri dari cermin.
Tanpa aba-aba wanita itu melakukan gerakan tak terduga. Hasrat menggebu pengantin baru membawa belah ranumnya mulai menjelajah, mengec*p area ceruk prianya.
"Apa yang kau lakukan, Vy?" Sergah Crish menggeliatkan tubuh karena merasa tergelitik. Sayangnya, hasrat Crish tak semenggebu istrinya pagi itu.
"Aku sedang memanjakan suamiku." Tanpa menghentikan kecupan di leher, jemari Ivy kini bergeliat liar perlahan disusupkan kedalam kemeja Crish yang sudah tertata rapi.
"Uhm, Vy. Sudah, ya. Aku akan terlambat nanti."
"Sebentar saja. Aku menginginkanmu saat ini juga." Bisikan manja sengaja Ivy lontarkan agar suami tergoda untuk memuaskan hasrat liar yang tiba-tiba menyerang pagi itu.
"Vy, please! Aku benar-benar akan terlambat jika kau seperti ini."
Dengan terpaksa, Crish menghentikan kedua tangan sang istri yang nyaris beraksi erot*s pada tubuhnya. Pria itu membalikkan tubuh lalu memberi pengertian bahwa dirinya harus pergi karena hari ini adalah hari pertamanya kembali bekerja setelah resepsi pernikahan.
"Tapi ...."
Crish menjeda Ivy dengan kecupan di kening. Pria berhidung bangir itu lantas bergegas segera meninggalkan Ivy yang masih mematung menggunakan piyama lingerie satin. Sedikit kecewa kini tertoreh di dadanya imbas penolakan dari Crish barusan.
"Arghh! Ini pasti gara-gara Crish bertemu dengan Sofia kemarin. Sikapnya seolah tak ingin disentuh olehku."
Ivy mengusak rambut kasar, napasnya berderu penuh murka. Sang wanita sengaja menguji Crish untuk membuktikan apakah suaminya akan bersikap sama mesra setelah bertemu dengan Sofia beberapa saat yang lalu. Nyatanya, Ivy merasakan perbedaan yang cukup mencolok.
...***...
Baldwin Enterprise
Sesampainya di lantai 20, Sofia disambut oleh staf HRD bernama Amina.
"Halo, Nona Sofia. Perkenalkan aku Amina Estele yang akan menemanimu memperkenalkan lingkungan divisi Humas sebelum kau berakhir di meja yang akan menjadi tempat kerjamu nanti." Gadis berkacamata dengan style rambut kuncir kuda itu menyambut ramah Sofia.
Selain menyembunyikan kehamilan, sang puan juga menyembunyikan identitas aslinya yang sudah pernah menikah. Sofia memang melakukan pernikahan sah secara dokumen di Singapore dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya masih memiliki identitas kartu tanda pengenal serta dokumen saat ia masih berstatus single di tanah air. Wanita itupun menggunakannya untuk kelengkapan dokumen pada CV.
Resiko akan selalu ada. Jika sampai ada yang menelisik lebih dalam data pribadinya, bukan tak mungkin Sofia akan terkena sanksi .
Seusai berkeliling menjelajah lingkungan kantor baru, Sofia akhirnya sampai di tempat mejanya yakni di salah satu kubikal berbentuk segitiga. Terdapat tiga tempat duduk dengan posisi melingkar.
"Ah, dua pegawai di kubikalmu sedang dalam perjalanan dinas. Kau tak usah khawatir, mereka akan segera kembali," tutur Amina saat Sofia menunjuk dua kubikal kosong di hadapannya. Sofia pun merespon dengan anggukan tanpa bertanya lebih jauh.
Amina lantas meminta Sofia untuk menunggu informasi selanjutnya sembari mempersilahkan wanita hamil itu menata barang di atas meja. Selang tak berapa lama, Amina pun pamit berlalu.
"Ekhm, Sofia Wilson?"
Tak lama setelah kepergian Amina, sebuah dehaman menyeruak saat dirinya sedang kusyuk menata barang.
"Kau?"
Sofia sedikit tersentak dan spontan mengambil posisi berdiri. Netranya bersikap awas saat tahu sosok yang berdeham adalah Azyla. Gadis yang nyatanya telah abai terhadap wanita paruh baya dan hampir membuatnya celaka di supermarket beberapa hari yang lalu.
"Halo, Sofia. Aku Azyla Leanor, Manager HRD dan Humas Baldwin Enterprise," tutur Azyla memperkenalkan diri dengan gestur elegan.
"Kau bekerja di sini?" Sofia malah menimpali dengan pertanyaan di luar konteks.
"Benar. Aku adalah atasanmu langsung," jawab Azyla terdengar sedikit angkuh kali ini. "Ah, sebelum kau bekerja, ada satu hal yang ingin kusampaikan secara personal."
Azyla mulai mendekati tubuh Sofia perlahan dan lalu berbisik, "Jika ingin bekerja dengan tenang di sini, kuperingatkan jangan sekali-kali membocorkan kejadian beberapa hari lalu tentangku pada siapapun, mengerti?"
Bukannya takut, dada Sofia justru menggebu-gebu. Ia sangat marah karena belum apa-apa dirinya seolah diancam dengan alasan tak jelas. Padahal, Sofia sendiri tak berniat melakukan apapun dengan menggunakan alasan perilaku abai Azyla.
"Ch! Kau mengancamku?" Sofia berdecih muak. "Hati-hati, kau mengancam orang yang salah," tantang Sofia tak gentar.
Keduanya kini saling bersitatap cukup sengit sebelum akhirnya ....
"Kau rupanya di sini, Zy." Suara bariton khas Jayden menyeruak di antara momen Azyla dan Sofia. Pria itu terlihat berjalan cepat menuju kubikal Sofia.
Seperti bunglon yang pandai menyamar, dengan cepat Azyla merubah mimik kesal menjadi netral dalam sekejap.
"Pagi juga untukmu, Jay. Aku sedang menyapa staf humas baru kita. Ada yang bisa kubantu?" tutur manis Azyla kepada Jayden.
Ch! Dasar rubah berbulu domba. Bisa-bisanya dia pintar bersandiwara.
"Aku akan membawa Sofia untuk langsung bertemu dengan klien hari ini." Baik Sofia maupun Azyla sama-sama terkesiap atas penuturan Jayden. Raut kebingungan tergambar jelas di wajah keduanya.
"What! Tapi ... bukankah Sofia baru pertama kali masuk kerja? Aku bisa menemanimu, Jay," tutur Azyla menawarkan diri.
"Tidak. Keputusanku sudah bulat. Segera bersiap dan ikuti aku, Sofia."
Tanpa berbasa-basi lagi, Jayden pun melesat pergi diikuti dengan sosok Sofia yang segera menyusulnya dari belakang.
"Sial, sial, sial!" Azyla merutuk frustrasi.
Awas kau, Sofia! Kupastikan dalam beberapa hari kau akan dipecat dari Baldwin Enterprise
ykin deh,sofia bkln d uji kli ni....
up lagi thor/Rose//Rose//Determined//Determined/
Akhrnya up jg....
konflik bkln d mlai y kk,stlh sblmnya nkah kntrak trs b'psah....trs brsma lg krna cnta,tp skrng d uji dgn ktrunan....
mngkin kh kai b'pling dgn wnta lain????
hmmm
tolong mereka biarin bahagia dulu thor/Sob/
sbr deh nunggu S2....smngttt.....
ini pasti si sonya itu wanita yg di cintai kaivan, trus di tolak...
lanjut thor/Determined//Determined/