Princess A Tyrant General

Sebelum Leandra pergi ke kediaman Selir Ivory, ia menyempatkan diri untuk membersihkan diri dan berganti pakaian dengan gaun elegan.

Kenapa wanita itu harus memakai gaun elegan? Jawabannya.... agar tidak disepelekan.

Sesampainya di ruangan pribadi Selir Ivory, Leandra masuk ke dalam ruang minum teh milik Selir ketiga.

"Ibu, aku datang. Apa aku terlambat?"

"Kemarilah, sayang. Tentu saja kamu tepat waktu... Putri Alika dan Lady Rose pun baru saja datang."

Leandra menatap wajah Lady Rose yang mampu membuatnya terpesona meski dirinya adalah seorang wanita. Wajah Lady Rose sama cantiknya dengan wajah Selir Ivory, sangat menawan bak seorang Dewi.

Saat Leandra mendengar dari Putri Alika jika Lady Rose pernah menaruh hati pada Pangeran Drake, sejujurnya ada sedikit rasa cemburu dalam hatinya.

"Halo, Lady Rose. Bagaimana kabarmu hari ini?" Leandra berusaha ramah meski beberapa kali Lady Rose menatap dingin padanya.

Leandra masih berpikiran positif sebab Selir Ivory mengatakan Lady Rose adalah calon istri dari Pangeran Garrick. Lady Rose juga sahabat baik dari Putri Alika, yang memang sudah akrab dengan Selir Ivory sejak kecil meski Putri Alika adalah anak dari Selir Pertama.

"Saya baik, Putri Clarence. Anda sendiri?"

"Saya juga, Baik."

"Kak, aku merindukan mu." Putri Alika langsung menggandeng lengan Leandra. Beberapa kali bertemu meski sekilas, Putri Alika sangat lengket padanya.

"Kita selalu bertemu disini, kenapa masih rindu?"

Bibir Putri Alika cemberut, "Aku minta diajari menyembuhkan luka seperti Kakak menyembuhkan aku dari racun ular, tapi kak Clarence selalu bilang sibuk. Hanya disini, aku akhirnya bisa bertemu."

"Tunggu kakak punya waktu luang, nanti kakak ajari kalau kamu mau menjadi Dokter hebat." Jawab Leandra mengelus kepala Alika seperti pada adik perempuan.

"Kakak udah janji, jangan ingkari."

"Sudah, kakakmu masih ada perlu dengan Ibu. Pergilah, dan ajak Lady Rose ke kamar mu." Ujar Selir Ivory.

Latihan meracik teh memang dirahasiakan oleh Selir Ivory dari setiap orang. Sebenarnya saat pertama kali Leandra datang padanya dan meminta diajari untuk menyeduh teh ala kerajaan, ia terkejut. Namun saat mengingat Leandra bukalah Putri Clarence yang sesungguhnya akhirnya Selir Ivory mengerti jika Leandra tidak ahli dalam meracik teh.

"Saya permisi, Selir Ivory." Pamit Lady Rose, namun sebelum calon istri dari Pangeran Garrick itu berbalik pergi matanya menatap dalam pada Leandra.

Kedua wanita muda itu pun keluar ruangan, kini hanya ada Leandra dan Selir Ivory.

"Mari mulai, Lea." Selir Ivory tersenyum lembut.

"Ya, Ibu."

Leandra menghabiskan waktu sekitar 1 jam di dalam ruangan, tata cara menyeduh serta memilih teh yang segar dan baik untuk di minum sudah Leandra kuasai. Hanya saja cara menyajikan teh ke dalam cangkir yang masih butuh latihan, sebab air teh masih terpecik kemana-mana.

"Tidak apa-apa, besok masih bisa latihan lagi. Kamu sudah hebat, berlatih hanya dalam waktu beberapa hari. Ah! Besok pesta pernikahan Pangeran Garrick dan Lady Rose akan diadakan di Mansion Duke Erland, nanti pelayanku akan membawakan gaun untuk kamu pakai ke acara itu. Ibu juga akan mengirim perias wajah untukmu, karena ibu lihat kamu jarang memoles wajah."

"Iya, Bu. Di dunia-ku, aku sedikit tomboi. Aku memang fashionable, aku tahu tentang fashion terbaru... tapi soal mempercantik wajah dengan make-up, aku tidak terlalu menyukai nya. Hehe...."

"Ibu mengerti, kamu masih sibuk?"

"Sangat sibuk, tapi aku usahakan untuk datang ke pesta pernikahan Pangeran Garrick besok. Sesuai keinginan Ibu, aku akan berdandan cantik agar tidak mempermalukan keluarga kita."

"Gadis baik, maafkan Ibu yang sejak awal tidak suka padamu ya. Harusnya meski kamu adalah Putri Clarence asli, Ibu nggak memendam rasa benci."

"Ibu sudah beberapa kali meminta maaf, aku mewakili Putri Clarence sudah memaafkan ibu."

Keduanya saling tersenyum, Leandra dapat merasakan kembali kasih sayang dan perhatian dari seorang Ibu.

"Wah! Ternyata kau pintar sekali mengambil hati Ibuku dengan cara menji laat Ibuku, heh!" sinis Putri Anne yang baru mendengar dari Lady Rose jika Leandra sedang bersama Selir Ivory, ibunya.

Lady Rose tahu jika Putri Anne tidak menyukai kakak iparnya itu, jadi Lady Rose terus berusaha mempengaruhi pikiran Putri Anne agar terus membenci Leandra.

"Jangan mulai, Anne! Kau harus menghormati kakak Iparmu...! Ibu tidak pernah mengajarimu menjadi seorang Putri yang ber-attitude buruk...!" bentak Selir Ivory.

"Selir, Putri Anne memang benar. Adikku tidak pantas menjadi menantu Anda, selain dia ceroboh dia juga pandai menji laat orang lain dengan berpura-pura berwajah lugu..." Ternyata Putri Brigitta ikut masuk ke ruangan.

Selir Ivory ingin bersuara kembali, namun Leandra menghentikannya. "Lebih baik aku yang ceroboh dan suka menji laat orang lain, bukan? Daripada orang seperti mu yang jahat pada saudarimu sendiri dan bermuka dua, Brigitta...!"

"Apa maksudmu?!" Brigitta maju mendekat tidak terima dikatakan jahat.

"Daisy...!" panggil Leandra.

Daisy masuk setengah berlari dari arah luar. "Ya, Putri."

"Panggil penjaga dan bawa Putri Brigitta ke penjara. Katakan pada mereka ini adalah perintah dariku...! Putri Brigitta lah yang menyuruh penjaga istal untuk mencelakakan aku saat berkuda. Penjaga Istal pun sudah aku masukkan ke dalam penjara untuk menerima hukuman!"

"Kurang ajar...!! Kau berani memfitnah ku! Dasar adik bodoh!" teriak Brigitta tidak terima.

Tak lama para penjaga merengsek masuk, mereka gegas menangkap Brigitta.

"Lepaskan aku! Aku adalah seorang Putri dari kerajaan East Angela...! Ayahku, Raja Arthur akan meme_nggall kepa_la kalian semua jika berani membawaku ke penjara!"

"Jangan takut! Bawa dia...!" titah Leandra menatap tajam para penjaga. "Kalian sudah mendengar apa posisiku di Istana, bukan?"

"Baik, Putri Clarence. Ayo pergi!" para penjaga menyeret tubuh Putri Brigitta yang masih terus memberontak.

"Arghhtttt...! Sialaaan kau Clarence! Aku akan membunuhmu! Kau berani merebut Pangeran Drake dariku...! Wanita murahhaan! Arghhtttt...!"

Suara Putri Brigitta akhirnya tak terdengar lagi.

Leandra menghela nafas, dia menatap Putri Anne dengan pandangan menusuk. "Masih ingin merendahkan ku dan melawanku, Putri?"

Tubuh Putri Anne bergetar, tanpa mengatakan apapun wanita muda itu memutar tubuh pergi dari ruangan.

"Maaf, Ibu. Aku malah membuat keonaran."

"Bukan salahmu, itu salah mereka berdua. Sekarang istirahat lah."

Leandra mengangguk, lantas bangun dari duduknya. Ia keluar dari ruangan menuju ruang rahasia, namun ia dihadang oleh seseorang.

Kenapa lelaki ini menghadang ku? Tapi wajahnya sungguh tampan! Ck!

_____

Makasih ya semua atas doa-doanya buat bujangku.... Aamiin 😇😍🙏