Muridku Suamiku

"Iya aku tahu, tapi kartu apa ?" Wulan membolak-balik kartu berwarna hitam tersebut

"Hadiah pernikahan"

"A...apa ?" hati Wulan mencelos mendengar kata-kata Alex. Wulan sungguh tidak rela, apalagi setelah perbuatan yang Alex lakukan barusan membuatnya ingin memiliki Alex seutuhnya.

🌹🌹🌹

Gilang baru saja melajukan mobilnya menjauhi rumah Wulan. Gilang merasa kesal, ia sudah capek-capek menjemput gadis itu, tapi ia malah meninggalkannya tanpa memberi kabar. Padahal tadi malam Gilang menelpon Wulan, seharusnya gadis itu bisa memberitahunya. Ia geram, Wulan seolah menghindari dirinya.

Gilang pun menelpon seseorang.

"Jangan berangkat kekantor, tunggu aku di apartemen" ujar Gilang pada orang diseberang telpon. Ia kemudian melajukan mobilnya ke suatu tempat.

Tak lama kemudian, Gilang memarkirkan mobilnya di halaman sebuah apartemen. Ia pun berjalan masuk kedalam lift dan menekan tombol lima belas. Lift pun bergerak naik menuju lantai lima belas. Tak berapa lama lift pun terbuka dan Gilang berjalan menuju sebuah pintu dan menekan sandi kunci lalu masuk kedalam apartemen.

Gilang langsung menuju kekamar dan melihat pemandangan yang membuat bagian bawahnya mengeras. Didepannya berdiri seorang gadis cantik yang mengenakan lingerie sangat seksi berwarna coklat, sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih. Gadis itu tersenyum genit pada Gilang.

Gilang tidak tahan lagi, ia segera mengulum dan melumat bibir sang gadis yang sangat menggoda dan mengangkat tubuhnya ke atas ranjang. Terjadilah pergumulan panas sepasang anak manusia. Terdengar erangan dan desahan yang memenuhi setiap sudut kamar.

Keduanya sudah polos dan saling berpacu mengejar nikmatnya dunia. Tak berapa lama terdengar erangan keras keduanya tanda tercapainya puncak keinginan.

Gilang pun merebahkan diri disamping sang gadis.

"Terimakasih sayang, kau memang tidak pernah mengecewakanku Kinan" Gilang membelai rambut Kinanti lembut. Gadis itu pun tersenyum.

"Kapan kau batalkan pernikahanmu dengan gadis itu ?"

"Sabar sayang, kau tahu mama seperti apa, ia akan mengamuk jika itu terjadi" jawab Gilang menenangkan Kinanti

"Sudah lama aku bersabar mas, bahkan semua perselingkuhan mu aku maafkan" Kinanti merengut.

Kinanti dan Gilang telah berpacaran semenjak mereka SMA. Bahkan ia ikut menyusul Gilang ke Las Vegas kuliah disana, agar mereka tidak terpisahkan.

Gaya berpacaran mereka berdua memang telah melampaui batas. Kinanti menyerahkan kesucian dan kehormatannya semenjak awal kuliah kepada Gilang. Ia benar-benar mencintai pria itu.

Sementara Gilang tetap bermain perempuan walaupun sudah mendapat kebutuhan lahir bathin dari Kinanti. Ia memang seorang casanova, bertualang dari satu wanita ke wanita lain bahkan pernah ia berhubungan badan dengan istri orang.

Tapi Gilang tetap mempertahankan Kinanti. Bagi nya Kinanti adalah rumahnya. Kemanapun ia hinggap tetap Kinanti lah tempatnya berlabuh.

"Aku tidak mau kau menikahi nya mas, apalagi waktu nya tidak sampai tiga minggu lagi" Kinanti cemberut

"Aku yakin kau hanya penasaran padanya, tiduri saja dia secepatnya kemudian batalkan pernikahan kalian, aku juga yakin dia tidak lagi perawan seperti semua gadis-gadis yang pernah kau tiduri" Kinanti mencoba membujuk Gilang.

Mendengar ucapan Kinan, Gilang tersenyum lebar. Sebenar nya ia memang tertarik untuk mencicipi tubuh Wulan dan tidak berniat menikahinya. Ia masih ingin bebas berkeliaran dengan mencoba berbagai macam wanita. Untuk apa menikah jika kebutuhan biologis nya selalu terpenuhi pikir Gilang.

Kinanti pun tidak keberatan asal ia kembali padanya. Gilang pun mengusap-usap dagu nya dan berpikir.

"Baiklah sayang, aku memang penasaran padanya, gadis itu tidak pernah ku lihat memakai pakaian seksi, bajunya selalu tertutup"

Kinan mendengus kesal mendengar Gilang memuji gadis itu. Melihat perubahan wajah Kinan, Gilang segera melumat bibirnya lembut.

"Aku mencintaimu sayang" dan Kinan pun tersenyum.

🌹🌹🌹

Eve sedang berjalan keparkiran mobil, ia sedang berada dipanti asuhan menjalankan hukumannya. Hari ini Eve sengaja izin pulang lebih cepat dengan alasan tidak enak badan.

Eve pun masuk kedalam mobil dan mobil melaju meninggalkan panti. Tanpa mereka sadari ada yang mengikuti dari belakang. Mobil Eve terus melaju membelah keramaian kota, semakin lama mobil melewati jalanan yang semakin lengang. Eve tidak kembali ke mansionnya.

Tak berapa lama mobil pun memasuki kawasan perumahan kosong yang terbengkalai. Banyak sekali rumah yang telah rusak dan hancur. Mobil terus melaju semakin kedalam.

Kemudian mobil berhenti disebuah rumah yang berada tepat di tengah perumahan. Rumah tersebut telah berlumut dan penuh semak belukar seolah tidak ada kehidupan disana.

Eve pun turun dan melangkah masuk ke dalam rumah. Didalam Eve disambut anak buahnya dengan menunduk hormat.

"Apa dia masih pingsan ?" tanya Eve pada anak buahnya

"Sudah bangun nona muda"

Eve pun melangkah kedalam kamar. Disana terlihat Tary yang diikat kesebuah kursi. Wajah nya penuh lebam dan ada darah yang telah mengering disudut bibirnya.

Semalam nyonya Cassandra tidak membawa mereka kembali ke mansion, tapi membawa mereka kerumah kosong dan mereka pun terpisah. Tary di paksa masuk kerumah ini sedangkan ibunya ia tidak tahu dimana.

Tary yang melihat kedatangan Eve berusaha membuka mulutnya.

"Ma...maaf nona" Tary berucap dengan sangat pelan. Tenggorokannya terasa kering. Sejak semalam ia tidak diberi makanan dan minuman.

Eve pun tersenyum jumawa, Ia kemudian mendekati Tary dan menendang perutnya. Tary hanya bisa mengaduh menahan sakit yang teramat sangat.

Sejak semalam tubuhnya telah banyak mendapat siksaan dan hinaan. Ia dipukul dengan tangan, dicambuk dengan tali ikat pinggang bahkan ditendang bertubi-tubi oleh Eve. Gadis itu benar-benar melampiaskan kemarahannya pada Tary sampai Tary pingsan.

Tary kemudian menangis dan meminta ampun. Eve pun tertawa keras.

"Rasakan kau gadis tak tau diri, kau dibesarkan oleh keluargaku dan berani menghianati kami, dasar kurang ajar" teriak Eve. Ia kemudian mengambil balok kayu dan akan memukul kepala Tary, tiba-tiba ada yang mendobrak pintu hingga pintu terlepas dengan kuat.

Braaakkkk

Eve dan anak buahnya kaget. Mereka melihat ada banyak pria bertubuh tegap dan kekar berbaju hitam dan bermasker hitam masuk kedalam kamar. Di lengan baju mereka terdapat simbol bulatan penuh seperti gambar bulan dan menghajar semua anak buah Eve tanpa ampun hingga mereka babak belur dan pingsan.

Eve tercekat, ia kaget dan ketakutan. Semua anak buah nya telah tumbang dan ia yakin anak buahnya yang berjaga diluar pasti juga mengalami nasib yang sama.

Eve kemudian melihat seorang pria dengan mata yang memerah membuka ikatan ditubuh Tary dan menggendongnya keluar kamar. Eve hanya terpaku dan tiba-tiba

Plaaaakkkkk...

"Aauuuuu....sakit" Eve berteriak, ia kaget ada seorang wanita yang menamparnya. Wanita itu menggunakan pakaian yang sama dengan pria yang mengalahkan anak buahnya. Ia menatap dengan tatapan marah dan benci. Eve pun ketakutan. Eve sama sekali tidak tahu wajah mereka, karna mereka semua memakai masker. Setelah mereka pergi, Eve pun berteriak keras saking kesalnya. Ia menjambak-jambak rambutnya frustasi.

Sementara didalam mobil, Tary berusaha memfokuskan pandangan matanya. Ia sedang berada dalam dekapan seorang pria yang tidak ia kenal. Pria tersebut menggunakan masker. Tary mencoba berontak tapi ia tidak memiliki tenaga.

Tary melihat pria tersebut melepas maskernya dan ia pun kaget.

"Do...Doni" Tary tercekat

"Maafkan aku Tary, aku telah lalai menjagamu" air mata Doni berjatuhan. Ia tidak kuasa melihat kondisi Tary yang sangat memprihatinkan. Tary berusaha tersenyum.

"Bukan salahmu Doni, terima kasih karna datang menolongku" Tary membelai pipi Doni dan mengusap air matanya. Tary melihat Doni sangat gagah dalam balutan baju serba hitam. Tary ingat dulu pernah menonton film polisi intel luar negri, bajunya juga serba hitam sama dengan yang Doni gunakan. Tiba-tiba muncul perasaan gelisah dalam diri Tary. Ia tidak ingin Doni dimiliki siapapun.

Tary kemudian tersenyum dan mencium pipi Doni. Doni terkaget ia melongo. Doni merasa ini adalah signal lampu hijau dari Tary. Ia pun tidak menyia-nyiakannya. Doni melumat bibir Tary dengan pelan dan lembut. Tary hanya bisa pasrah dan menerima. Mereka berdua pun tersenyum bahagia.

...****************...