Lindsey harus menjalankan sebuah misi tetapi dia malah tidur dengan target misinya!
—————————————————————————————————
Lindsey bergabung ke dalam sebuah “geng”
kelompok kejahatan yang bekerja memenuhi keinginan kliennya. Karena keahliannya dalam berakting, dia bertugas sebagai pemeran utama dalam kelompoknya dan terjun langsung menghadapi targetnya.
Suatu hari, Lindsey dan kelompoknya mendapat sebuah misi yang dimana targetnya adalah Jarvis, sang Mafia kaya bergelimang harta namun kejam dan berdarah dingin. Saat Lindsey sedang dalam penyamarannya, dia terjebak ke dalam hubungan cinta terlarang dan malah tidur dengan Jarvis yang merupakan target misinya sendiri!
Akankah Lindsey sebagai pemeran utama berhasil menyelesaikan misinya? Ataukah kekuatan cinta malah menggagalkan misinya? Penuh ketegangan, saksikan perjalanan cinta Lindsey dan Jarvis di novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvina Stephanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pamer
“Jarvis!” pekik Lindsey.
Jarvis mengesampingkan rambut Lindsey bagian kanan hingga menampilkan leher Lindsey yang tadinya mulus namun sekarang tidak lagi. Jarvis mengendus leher Lindsey.
“Hem, wangi sekali.” ucap Jarvis lalu kembali ke leher Lindsey untuk sekedar mengendus.
“Jarvis! Kamu harus kerja. Ayo, keluar..” balas Lindsey.
“Kamu mau temani aku kerja?” tanya Jarvis.
“Hah? Memangnya boleh?” balas Lindsey.
“Aku kan pemiliknya.” jawab Jarvis.
Ting.. tong.. “Lindsey!” ucap Kapten dari luar.
“Gawat, Jarvis! Kamu harus sembunyi!” Lindsey segera turun dari pangkuan Jarvis dan menarik Jarvis sembari melihat seluruh bagian di hotel yang tepat untuk menyembunyikan Jarvis.
“Lindsey, ini aku!” Ting.. tong..
Dengan tergesa-gesa, Lindsey menyembunyikan Jarvis di benchtop dapur hotel. Didudukkan manusia itu di sana dan memastikan keberadaannya sudah tidak terlihat.
“Itu kakakmu?” tanya Jarvis.
“Tunggu di sini.” bisik Lindsey.
“Kenapa aku harus bersembunyi? Aku bisa bertemu kakakmu.” balas Jarvis.
“Tidak bisa. Diam di sini.” balas Lindsey.
“Lindsey!” Kapten terus memanggilnya dari luar.
“Iya, sebentar.” Lindsey berjalan ke pintu dan membukakan pintu. Kapten pun masuk ke dalam.
“Sendiri saja?” tanya Lindsey.
“Iya, aku mau mengambil hard disk dan laptopnya. Aku haus. Bisa tolong ambilkan minum?” balas Kapten.
“Ok. Sebentar.” Lindsey berjalan ke dapur dan mencari keberadaan gelas. Lindsey membuka satu persatu kabinet dapur untuk mencarinya. Hingga menemukan gelas di salah satu kabinet dapur. Tempatnya agak tinggi bagi Lindsey yang tingginya hanya 160cm. Lindsey berjinjit untuk mengambilnya dan ternyata masih kurang 1 sampai 2 cm lagi untuk meraih gelas. Lindsey menjinjitkan kakinya lebih tinggi lagi, berusaha meraih gelas yang tinggal sedikit lagi dia dapatkan.
Jarvis ingin sekali membantunya mengambil namun apa daya, Lindsey sudah memerintahkannya untuk diam.
Tangan Lindsey akhirnya menyentuh gelas dan ketika ingin mengambilnya, gelasnya hampir terjatuh jika Kapten tidak menangkapnya dari belakang. ”Hampir saja wajah cantikmu hancur karena kejatuhan gelas.” ucap Kapten.
‘Wajah cantikmu?’ Setahuku tidak ada saudara yang saling memuji. batin Jarvis sambil mengerutkan dahinya dengan menaruh curiga sekaligus cemburu.
Jarvis melihat kedekatan keduanya dengan mata kepalanya sendiri. Jelas sekali mereka sangat dekat dan tidak menyisakan jarak seperti kedua orang yang sedang berpelukan.
Lindsey berbalik badan, menghadap Kapten tanpa menyadari jarak mereka sangat berdekatan. Bahkan sangat dekat hingga jaraknya hanya tipis saja. Lindsey mengkhawatirkan Jarvis yang akan ketahuan bersembunyi karena jika Kapten berbalik badan, dia pasti langsung melihat Jarvis.
“Terima kasih! Tunggu saja di sana!” ucap Lindsey lalu mendorong Kapten agar menjauh dari dapur.
Lindsey kembali ke benchtop dapur untuk menuangkan air minum dari teko ke gelas. Dan di bawah sana ada Jarvis yang sedang bersembunyi. Ketika Lindsey ingin mengantarkan minum, Jarvis menahan kaki Lindsey, memeluk dengan erat sehingga Lindsey tidak bisa berjalan.
Bukan Jarvis namanya kalau tidak jahil. Lindsey mengernyitkan dahinya ke arah Jarvis. Sedangkan tangan Jarvis mulai meraba-raba paha mulus Lindsey.
Kapten selesai memasukkan hard disk dan laptop ke tas. Dia berjalan menuju dapur dan mendapati sebuah gelas yang sudah terisi air. “Ini.” ucap Lindsey. Kapten meneguk airnya.
Jarvis membuka sebuah kancing dan resleting, menurunkan celana pendek yang dikenakan Lindsey. Membuka kedua kaki Lindsey dengan lebar dan mulai bermain di organ tubuh wanita yang berada di antara kedua kakinya. Salah besar sudah menyembunyikan Jarvis di sana. Jarvis gila. Kapten sedang berada tepat di hadapanku. batin Lindsey.
Lindsey menahan dan menutup mulutnya sekuat mungkin meski rasanya dia ingin sekali mendesah dengan hebatnya. Dia juga mengontrol tubuhnya di depan Kapten.
“Aku sudah memesan makanan dan sebentar lagi akan diantar. Jika bosan, pergi saja bersama Katie.” ucap Kapten.
“Um, baiklaahhh!” balas Lindsey.
“Aku pergi dulu. Kabari aku kemana kamu pergi nantinya.” ucap Kapten.
“Iyaaahh.. akan aku kabariih!” balas Lindsey.
Kapten pergi keluar dari kamar hotel. Setelah memastikan Kapten keluar dan mendengar suara pintu kamar yang menutup, Lindsey pun turun, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Jarvis.
“Kamu sudah gila?” ucap Lindsey lalu menaikkan kembali celananya.
“Tapi enak kan, rasanya?” balas Jarvis.
Lindsey berdiri.
“Cukup, Jarvis. Lebih baik kamu keluar sekarang. Aku tidak akan mengulang kalimatku.” ucap Lindsey lalu berjalan hendak membukakan pintu. Namun Jarvis menangkapnya dan memeluk perutnya dari belakang.
“Temani aku bekerja.” ucap Jarvis di telinga Lindsey.
“Atau aku akan—” sambung Jarvis sambil menelusuri leher Lindsey.
“Iya aku temani!” ucap Lindsey.
“Tapi tunggu aku di luar. Aku akan ganti baju dulu.” sambung Lindsey.
“Ok!” Jarvis berjalan keluar dengan sendirinya. Bahkan tadi Lindsey sudah menarik tangannya, menyuruhnya keluar, Jarvis menolak.
Lindsey membuka kopernya. “Ya Tuhan! Baju apa yang harus aku pakai?” ucap Lindsey selagi mengorek isi koper yang disiapkan oleh Katie. Karena keadaannya sangat genting waktu itu, Lindsey tidak sempat kembali ke rumah untuk menyiapkan kopernya.
Lindsey menemukan sebuah setelan di dalam kopernya. Tanpa pikir panjang, Lindsey segera mengganti pakaiannya dengan setelan yang dibawakan Katie.
...****************...
Jarvis menurut dan menunggu di depan kamar hotel. Tidak bisa dideskripsikan betapa bahagianya Jarvis, membayangkan bekerja ditemani Lindsey.
Carlos.
Hey, bos mafia. Lama sekali.
Bertelur kamu?
Atau mandinya pakai sendok?
Jarvis.
Tunggu sebentar.
Tunggu di parkiran saja.
Cklek. Pintu kamar hotel terbuka. Jarvis pun menoleh dan mendapati Lindsey yang sudah berpakaian rapi dan riasan di wajahnya. Jarvis memandangi dari atas kepala hingga ujung kaki Lindsey dengan mata yang berbinar-binar. Sungguh besar kuasa sang pencipta karena kali ini Jarvis benar-benar mengagumi salah satu ciptaan-Nya.
Lindsey berjalan menuju lift, meninggalkan Jarvis yang kala itu berdiri mematung. Jarvis mengikuti arah perginya Lindsey. Ketika masuk ke dalam lift, Jarvis menekan tombol UG untuk ke parkiran.
“Kita berangkat bersama Carlos?” tanya Lindsey.
“Tenang, biar aku yang menangani Carlos.” jawab Jarvis.
Ting...
Lift sampai di parkiran. Mereka berdua berjalan untuk sampai ke mobil Jarvis. Di tengah perjalanan, Jarvis meraih tangan Lindsey dan menaruhnya di lengan miliknya agar Lindsey mau menggandengnya. Lindsey sempat ingin menurunkan tangannya namun dengan sigap Jarvis menangkap dan menaruhnya lagi.
“Wanita itu jalannya harus menggandeng laki-laki.” ucap Jarvis. Padahal sebenarnya Jarvis ingin pamer di depan Carlos yang sudah tergila-gila dengan Lindsey.
“Kenapa? Aku bukan anak kecil lagi.” balas Lindsey.
“Agar tidak kabur-kaburan. Apalagi kalau di mall.” ucap Jarvis.
“Bukannya wanita menggandeng laki-laki karena takut laki-lakinya yang kabur?” tanya Lindsey.
“Tidak berlaku untukku. Karena aku tidak akan kabur.” jawab Jarvis.
“Jadi aku tidak perlu menggandengmu, ya?” tanya Lindsey.
“Jangan dong. Kalau itu tetap harus.” jawab Jarvis.
“Kan kamu bilang kamu tidak akan kabur..?” balas Lindsey.
“Tapi aku ingin digandeng olehmu.” ucap Jarvis.
“Apa sih, Jarvis? Hahaha..” Lindsey tersenyum malu dan memukul pelan lengan Jarvis dengan tangan satunya yang menganggur. Mereka berdua tertawa akan hal kecil.
Carlos sudah mengawasi mereka dari kejauhan. Melihat Jarvis dan Lindsey yang berjalan beriringan, tangan Lindsey yang menggandeng lengan Jarvis, tertawa bersama dan terlihat mesra. Hatinya begitu potek. Rasanya ingin berada di posisi Jarvis sekarang, melangkah bersama dan digandeng oleh wanita yang ia cintai.
Bersambung...
Halo. Terima kasih sudah membaca novel ini. Jangan lupa berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan: like, tips, komentar, dan hadiah vote. Tambahkan novel ini ke favorite kamu agar mengetahui up episode terbaru. Episode terbaru akan segera diupdate hari ini.
Bantu novel ini masuk ke ranking dengan memberikan like dan komentar agar novel ini semakin dikenal banyak orang🤗❤️ Terima Kasih