El-Syakir namanya. kehidupannya biasa saja sama seperti manusia pada umumnya. hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan dan akhirnya ia dapat melihat mereka yang tidak terlihat
mata batinnya terbuka dan bahkan banyak dari mereka yang meminta bantuan padanya. berbagai rangkaian kejadian ia alami.
ia bertemu dengan hantu anak remaja laki-laki yang akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
"bantu aku mencari siapa pembunuhku dan aku akan membantumu untuk menolong mereka yang meminta bantuan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
"kalian lama sekali. aku sampai bosan menunggu" gerutu Adam
"tadi kami masih harus jadi hero, makanya lama" jawab Vino
"belum sadar juga dia...?" tanya El menghampiri Andri
"sudah, tapi mungkin dia tidur lagi" jawab Adam
"melatiku mana...?" tanya Adam
"tuh" tunjuk Leo ke arah sofa
hantu itu melayang mendekati kantung yang berisi bunga melati.
"enak dam...?" tanya starla melihat hantu itu sedang menikmati bunga melatinya
"enak. mau...?" Adam menyodorkan ke arah starla
"nggak elu aja" tolak starla
karena merasakan ribut di dalam kamarnya, Andri perlahan membuka matanya. yang pertama ia lihat adalah El yang sedang duduk di sampingnya sambil memainkan handphonenya.
"dia bangun" tunjuk Adam ke arah Andri
mereka semua langsung menoleh dan mendekat ke ranjang Andri.
"kamu sudah bangun...?"
"kalian siapa...?" tanya Andri melihat mereka sedang mengelilinginya
"apakah dia amnesia juga seperti aku...?" tanya Adam yang masih mengunyah melatinya
"apanya yang amnesia. dia memang nggak kenal dengan kita" jawab Vino
"bagaimana keadaan mu...?" tanya El
"kakiku sakit, perutku sakit" ringis Andri
"dam, pencet tombol yang ada di sampingmu" ucap Leo
"yang mana...?" Adam celingukan mencari tombol yang dimaksud Leo
"itu, dekat ranjang" tunjuk Leo
"kamu bicara dengan siapa...?" tanya Andri yang melihat Leo menyuruh seseorang tapi ia tidak melihat siap-siap di sampingnya
"ah...eh itu, aku lagi suruh El untuk pencet tombol disamping ranjangmu agar dokter datang memeriksamu. iya kan El, pencet tombolnya El" Leo mengedip-ngedipkan matanya ke arah El
"sudah" ucap Adam kembali lagi ke sofa
tidak berapa lama datanglah seorang dokter wanita yang menangani Andri dan juga mengoperasinya sampai harus mengambil darah Vino.
"kamu sudah sadar. bagaimana, apa yang kamu rasakan...?" tanya dokter dengan ramah
"sakit dokter" jawab Andri
"aku periksa dulu ya" ucap dokter dan Andri mengangguk
dokter wanita itu memeriksa Andri. mulai dari cairan infusnya yang sudah habis, luka diperutnya dan juga kakinya yang cedera.
"nanti aku akan suruh suster untuk datang membawakan obat. untuk sekarang jangan terlalu banyak gerak dulu ya agar lukamu jahitannya tidak bermasalah. dan untuk kakimu, untuk sementara waktu kamu harus memakai tongkat" ucap dokter
"apa aku akan lumpuh dokter...?" tanya Andri was-was karena pembunuh itu melukai kakinya dengan parah
"tidak sampai lumpuh. hanya saja mungkin 2 sampai 3 bulan kamu harus memakai tongkat" jawab dokter
"separah itu dokter...?" tanya El
"iya. tapi jangan khawatir, kaki kamu pasti akan sembuh seperti semula. kalau begitu aku permisi dulu ya. perawat akan datang membawakanmu obat dan juga makanan"
"terimakasih banyak dokter" ucap El
"sama-sama"
dokter wanita itu keluar dari kamar rawat Andri.
selang beberapa menit seorang suster datang membawakan Andri obat dan juga makanan seperti yang dikatakan dokter tadi.
"di habiskan ya makanannya, setelah itu kami minum obat yang ini" ucap suster
"baik sus" jawab Andri
suster itu pun keluar. kini El mengambil mangkuk bubur yang dibawakan suster tadi dan berniat menyuapi Andri.
"makanlah" ucap El
"kalian belum menjawab ku. kalian siapa...?" tanya Andri
"kami pahlawan yang menyelamatkan mu. berterimakasih lah kepada kami" jawab Vino
"kalian juga yang membawaku ke mari...?"
"iya. kamu sekarat. untung ada dia yang mendonorkan darahnya untukmu" tunjuk starla ke arah Vino
"terimakasih. aku pikir, malam itu adalah ajalku. aku sangat takut"
"nggak ada yang perlu kamu takutkan sekarang. karena pembunuh itu sudah di jebloskan ke dalam penjara" timpal El
"sekarang makanlah, terus minum obat. ada banyak pertanyaan yang akan kami berikan untukmu" lanjut El
El menyuapi Andri sampai bubur yang ada dalam mangkuk itu tidak tersisa. setelah itu, membuka obat dan memberikannya dengan segelas air minum dan langsung di minum oleh Andri.
"sekarang ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan padamu. apakah di sini ada nomor keluargamu sehingga kami bisa menghubungi mereka...?" El memperlihatkan handphone Andri yang mereka cas semalam
"keluarga...?" tanya Andri
"iya. orang tuamu atau kakakmu mungkin" jawab El
"aku sudah tidak punya orang tua, kakakku juga telah meninggal sebulan yang lalu" jawab Andri menunduk
"maaf, aku tidak bermaksud membuat hatimu terluka karena mengingat mereka. lalu kalau kamu tidak punya lagi keluarga, mungkin ada saudara ayah atau ibumu yang bisa dihubungi" ucap El
"aku tinggal bersama tanteku. dia mempunyai toko bunga di jalan xxx. nama tokonya toko flowers. tapi aku...aku tidak mempunyai nomornya"
"kamu tinggal bersama tantemu tapi nomornya saja kamu tidak simpan. sungguh terlalu" ucap Vino geleng kepala
"dia disiksa" timpal Adam, sontak membuat mereka semua beralih menatapnya
"Kenapa kalian melihatku seperti itu...?" tanya Adam pura-pura polos
"disiksa bagaimana maksudmu...?" tanya Leo
"kalian nggak tau arti kata disiksa. sini aku tunjukkan bagaimana" Adam melayang mendekati Leo dengan senyum penuh arti
Leo langsung was-was dan mengindari hantu itu.
"kenapa kabur. baru juga aku mau mencontohkan" Adam mengerucutkan bibirnya
"ogah banget gue jadi bahan percobaan mu. gue tau ya rencana licik mu " kesal Leo tau maksud dan tujuan Adam
"kamu bicara dengan siapa lagi...?" tanya Andri lagi yang sudah dua kali melihat Leo seperti berbicara dengan seseorang namun Andri tidak melihat siapapun ke arah yang dihadapi Leo
"kamu punya masalah di rumah...?" kini starla bertanya untuk mengalihkan perhatian Andri dari Leo
"aku...kabur dari rumah" jawab Andri
"kabur, kenapa...?" tanya El
"aku disiksa terus oleh tante dan suaminya. setelah ayah dan ibu tiada, aku dan kakakku perempuan tinggal bersama mereka. namun kami tidak pernah diperlakukan baik. kami selalu di siksa setiap melakukan kesalahan kecil atau tidak mengerjakan sesuatu yang tidak mereka suruh" jawab Andri
"tuh kan, ucapanku benar" ucap Adam
"hingga kakakku meninggal. aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. karena tidak tahan terus-menerus di siksa, aku akhirnya kabur dari rumah. sayangnya di jalan aku malah bertemu pembunuh itu" Andri menghapus air matanya yang telah jatuh
"sebenarnya rumah yang kami tinggali itu adalah rumah yang dibeli ayah untukku tapi setelah ayah dan ibu pergi rumah itu malah dikuasai oleh tante ku dan suaminya"
"ckckck, keterlaluan sekali mereka. ingin rasanya gue tenggelamkan mereka di sungai Amazon" ucap Vino terlihat kesal mendengar cerita Andri
"kamu tidak punya keluarga yang lain selain tante mu itu...?" tanya El
"sebenarnya ayah punya saudara laki-laki. tapi mereka sudah lama sekali tidak bertemu bahkan sampai ayah meninggal mereka tidak pernah bertemu. itu karena dulu ayah kabur bersama ibu karena hubungan mereka di tentang oleh kakekku"
"lalu tantemu itu saudara dari ibumu...?" tanya Leo
"iya. aku takut kembali lagi ke sana. aku tidak mau lagi ke sana" Andri memohon agar mereka tidak menghubungi tantenya
"aduh, dilemah nih gue. kalau kita hubungi tantenya, bisa-bisa Andri di bunuh tapi kalau kita nggak hubungi nanti siapa yang urus dia" ucap Vino
"kalian tau namaku...?"
"tentu tau. kami lihat di kartu pelajarmu. kamu ternyata satu sekolah dengan kita hanya saja beda kelas kamu kelas XI juga kan...?" ucap El
"iya"
wajar kalau mereka tidak saling mengenal. banyaknya siswa di sekolah besar itu tentu saja tidak akan saling mengenal satu sama lain kalau bukan teman kelas mereka.
"jadi apa yang harus kita lakukan sekarang...?" tanya starla
"lebih baik Andri biar kita saja dulu yang urus. kasian dia kalau kita kembalikan kepada tantenya" jawab El
"berarti tiap malam kita tidur di sini dong" timpal Vino
"aku sendirian juga tidak apa-apa" ucap Andri
"kenapa emangnya Vin. elu nggak punya perikemanusiaan banget" cebik starla
"bukan gitu. kalau kita tidur di sini terus, gue akan membeli kasur yang empuk agar nyenyak dan nyaman tidurnya. masa iya tidur di lantai terus" ucap Vino
"aku juga mau ya dibelikan kasur empuk. bosan tau di sofa terus" timpal Adam
"idih, ngelunjak aja dia" cibir Vino
akhirnya mereka sepakat untuk merawat Andri tanpa memberitahu tantenya. hari sudah sore, mereka semua berpamitan kepada Andri untuk pulang ke rumah dan akan datang lagi pada malam harinya.
Andri sebenarnya menyuruh mereka agar menjenguknya siang saja dan tidak perlu menemaninya sampai harus menginap segala namun anak-anak itu tidak setuju. sekarang Andri adalah tanggung jawab mereka.
berhubung besok mereka libur, jadi mereka tidak pelit lagi membawa perlengkapan sekolah.
setelah berpamitan, mereka langsung pulang ke rumah.
Vino membonceng starla. selang beberapa menit, mereka sampai juga di rumah gadis itu. rumah yang tidak kalah besar dari rumah Vino.
"masuklah"
"makasih. hati-hati"
"aku pergi dulu ya. jangan nangis dan kangen" Vino mengacak rambut starla dengan lembut
anak itu pergi meninggalkan starla yang masih berdiri tidak beranjak dari tempatnya.
(jelas bukan dia) batinnya
ia masuk ke dalam rumah besar itu dan langsung menuju kamarnya namun di ruang tengah seseorang memanggilnya.
"sayang"
starla menoleh dan tersenyum
"pah" gadis itu berlari kecil menghampiri papanya dan langsung memeluknya
"papa pulang kok nggak bilang-bilang sama Lala. papa juga lama banget perginya"
"maafkan papa. soalnya di sana kerjaan papa banyak" ia mencium pucuk kepala anak gadisnya itu
"Lala kangen" starla semakin mengeratkan pelukannya
"papa juga kangen. kamu darimana sih, sore banget baru pulang...?"
"Lala dari jenguk teman yang sakit pah. kasian, dia udah nggak punya keluarga. ayah sama ibunya udah nggak ada"
"kasian sekali. terus bagaimana keadaannya...?" mereka kini duduk di sofa
"lumayan baik dari kemarin. rencananya Lala mau ke sana lagi malam nanti. nggak apa-apa kan...?"
"sendiri...?".
"nggak, kita banyak. ada teman-teman Lala"
"nggak apa-apa kalau gitu, asal jangan keluyuran ya"
"siap pak bos"
starla melakukan gaya hormat di depan papan membuat papanya terkekeh
"mamanya kakak, kakak pulang" suara Leo menggema di rumah besar itu
"nggak ada orang" gumamnya. ia terus berjalan menuju dapur
"den" ucap ART
"ssssttt" Leo memberi isyarat agar ART itu tidak berisik karena ia ingin mengejutkan mamanya yang sedang memasak
hap...
ummmaach.... Leo langsung memeluk wanita surganya itu dan mencium pipinya membuat wanita itu terkejut namun kemudian ia tersenyum.
"bikin kaget mama aja kamu kak" ucap mama Leo
"masak apa mah...?" Leo menaruh kepalanya di leher mamanya
"kesukaan mu. mandi sana, sholat setelah itu kita makan"
"papa belum pulang...?"
"sebentar lagi pulang. udah sana mandi"
"assiaaap komandan" Leo hormat kepada wanita yang telah melahirkannya itu
"dasar"
mama Leo hanya geleng kepala melihat kelakuan anak satu-satunya itu. meskipun Leo tidak mempunyai adik, namun orang tuanya selalu memanggilnya dengan panggilan kakak
"lalalala" Vino masuk ke dalam rumah dengan bernyanyi kecil
prok...prok...prok...
"bagus...baru pulang kamu ya" wanita yang paling membenci Vino bertepuk tangan saat Vino masuk
"seperti yang mama lihat" jawab Vino
"anak nggak tau diuntung. kerjaanmu kelayapan terus. mau jadi apa kamu"
"mau jadi apapun, mama nggak peduli kan"
"jelas saja aku nggak peduli. kamu mau jadi gembel sekalian itu bukan urusanku"
"hummm begitu. jadi sekalipun aku keluyuran harusnya mama nggak usah peduli dong"
"berani melawan kamu sekarang ya" mama Vino terlihat geram
"Vino capek"
Vino segera melanjutkan langkahnya namun terhenti saat mendengar ucapan mamanya
"menyusahkan saja. kenapa kamu tidak mati saja sekalian" teriak mama Vino
lagi dan lagi, Vino harus mendengar kata-kata itu dari mulut wanita yang telah melahirkannya ke dunia namun sangat membenci kelahirannya.
Vino berbalik dan melangkah pelan mendekati mamanya. wanita itu, bahkan mundur beberapa langkah saat Vino sangat dekat dengannya.
"mama mau Vino mati...?" Vino menatap manik mata mamanya dan tidak ada jawaban dari wanita itu.
Vino mengambil pisau yang ada di meja untuk mengupas apel. ia berikan pisau itu kepada wanita yang ada di depannya dan mengarahkan tepat di jantungnya.
"maka bunulah Vino sekarang juga" ucap Vino
"tusuk Vino sekarang juga agar mama puas"
tatapan mata Vino kini berubah tajam. mama Vino bergetar memegang pisau itu. ia tarik pisau itu namun Vino menahannya dengan memegang bagian tajamnya sehingga tangan Vino mulai mengeluarkan darah.
belum sembuh luka yang kemarin, kini tangannya itu harus terluka lagi.
"kenapa diam saja. ayo bunuh Vino. itukan yang mama inginkan. setelah anak pembawa sial ini mati, maka mama nggak akan marah terus setiap harinya" Vino terus menahan pisau itu
sreeet....
mama Vino menarik paksa pisau itu sehingga melukai tangan Vino dengan dalam. darah terus saja mengucur dari tangannya.
mama Vino panik melihat tangan Vino yang berdarah.
"Vino" panggil papa Vino yang baru saja pulang
"ya Allah nak, kenapa dengan tanganmu"
papa Vino segera mendudukkan Vino dan mengobati luka putranya itu. sedangkan mama Vino, wanita itu masih saja bergetar dan meninggalkan suami serta anaknya.
"kakak" panggil Alana saat melihat El memasuki halaman rumah bersama dengan Adam yang melayang di sampingnya
gadis itu bahkan berlari memeluk kakaknya itu.
"kangen" ucap Alana
"perasaan kakak perginya cuma satu hari" El membalas pelukan Alana
"satu hari apanya. kakak pergi terus sampai lupa pulang" cebik Alana
"maaf maaf. jangan manyun gitu dong bibirnya"
"ayah udah pulang...?"
"udah dari tadi. ibu juga sudah pulang"
"tumben ayah pulang cepat"
"bagus dong ayah pulang cepat. bisa ngumpul sama kita. ayo masuk" Alana mengapit lengan El membawanya masuk ke dalam rumah
"lah aku di tinggal" Adam langsung menyusul mereka
setelah makan malam, keluarga itu asik bercanda di ruang tengah. hal yang sudah lama tidak dilakukan karena terkadang ayah Adnan pulang hampir larut malam saat anak dan istrinya sudah tertidur pulas.
untuk hantu Adam, ia malah nongkrong di pohon mangga depan rumah El. ternyata di sana ada hantu yang lainnya sehingga membuat dirinya tidak kesepian saat menunggu El selesai bercerita dengan keluarganya.