Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28_Morning Kiss
Pagi harinya Sheila merasakan perutnya yang seperti tertimpa beban berat pun membuka pelan matanya, saat matanya sudah terbuka betapa terkejutnya ternyata tangan kekar Brian sudah bertengger di pinggangnya.
Sheila yang awalnya membelakangi Brian langsung memposisikan tubuhnya agar berhadapan dengan sang suami.
Saat sudah saling berhadapan Sheila melihat wajah teduh Brian yang tetap tampan bahkan saat masih tidur, perlahan Sheila pun memegang wajah Brian dengan pelan agar tidak membangunkannya.
"Sangat tampan," gumamnya pelan.
Dia mengelus pelan dari dahi turun ke hidung ke pipi kemudian menuju ke bibir yang sangat menawan bagi Sheila, bibir ini juga lah yang mengambil first Kiss dari Sheila.
Saat sedang asyik menelusuri wajah tampan sang suami tiba-tiba suara berat nan mempesona terdengar parau khas seperti orang bangun tidur.
"Sudah puas memandangi wajah tampan suamimu?" tanya suara tersebut yang ternyata Brian yang mengatakan hal itu.
Buru-buru Sheila menarik tangannya agar tidak menjelajahi lagi wajah sang suami.
Namun belum sempat tangannya turun Brian sudah menarik tangan tersebut sehingga sekarang tangan Sheila bertengger di dada kokoh dari Brian.
Dengan tatapan yang tidak bisa di artikan Sheila melihat ke arah Brian dengan sedikit khawatir, apa lagi pesona Brian yang sangat kuat membuat dia sepertinya akan sangat cepat untuk luluh.
Sheila mencoba untuk menghindari dari tatapan Brian yang sudah membuka matanya melihat ke arah Sheila.
"Kenapa menghindar?" goda Brian yang sudah pasti membuat rona merah di pipi Sheila.
"Lepasin!" pekik Sheila agar Brian mau melepaskan tangannya.
"Biarkan seperti ini saja sebentar," sahut Brian dengan memejamkan matanya lagi yang sekarang tangannya malah memeluk erat Sheila seperti tidak ingin Sheila pergi dan kepalanya yang sudah menyeruak di leher putih nan mulus Sheila.
Sheila yang merasakan deru nafas Brian di lehernya memberikan sensasi geli di sana, dia sangat ingin menghindar namun Brian tetap tidak beranjak dari posisinya yang sekarang.
"Maaf!" hanya itu yang terucap dari mulut Brian kata maaf, bayangkan seorang mafia kejam mau susah payah untuk meminta maaf padahal biasanya akan mengacungkan pistol ke arah lawannya.
"Brian, seharusnya aku yang minta maaf. aku sebagai seorang istri yang tidak bisa mengontrol emosi kemarin membuat kamu harus pergi malam-malam," ucap Sheila dengan sendu.
"Hey, aku kemarin bukan marah sama kamu, aku memang ada pekerjaan penting dan juga kalau aku pergi kamu bisa sedikit tenang, tetapi aku tidak tahu kalau kamu malah menangis!" ujar Brian yang memang baru tahu kalau istrinya menangis saat sang mami menelepon nya kemarin malam.
"Dari mana kamu tahu aku nangis?" tanya Sheila.
"Dari mata kamu yang bengkak ini aja aku udah tahu," jawab Brian dengan mengecup kedua mata Sheila bergantian, sedangkan Sheila yang merasakan kecupan itu pun hanya diam membeku karena belum terbiasanya dengan perlakuan Brian kepadanya.
Cup
Kecup Brian sekilas pada bibir tipis Sheila yang sudah menjadi candu untuk Brian, sedangkan Sheila rasa masih saja tegang dengan perlakuan sang suami padahal ini bukan lah ciuman pertama mereka berdua.
"Morning kiss!" sahut Brian.
Kalau dia punya riwayat penyakit jantung bisa di pastikan bahwa dia akan langsung serangan jantung, untung saja dia tidak ada riwayat tersebut, namun itu adalah morning kiss pertama buat Sheila karena biasanya dia hanya melihat dari novel-novel tentang seperti itu tetapi sekarang dia malah yang mengalami kejadian itu sendiri.
"Bri, aku mau bangun. sekarang udah pagi, aku harus bantuin mami di dapur!" sahut Sheila mencoba melepaskan pelukan Brian kepadanya dan juga karena malu.
"Biarkan bi Nana saja yang mengurusnya, lebih baik kamu mengurus aku saja." sahut Brian.
"Brian, aku mohon!" ucap Sheila dengan menata mata Brian seperti memohon sangat dalam.
Brian juga memandang Sheila dengan tatapan tajam kemudian berganti ke tatapan kasih sayang, dia semakin mempersempit jarak antara mereka hingga Sheila bisa merasakan deru nafas sang suami yang sangat teratur sedangkan deru nafasnya sendiri sudah tidak bisa di kondisikan lagi.
Di detik selanjutnya Sheila merasakan bi*ir Brian sudah menempel di bi*irnya dengan sangat lembut, sungguh memabukkan buat Sheila.
Brian bergerak dengan lembut, Sheila merasa seperti melayang di buatnya hingga tanpa sadar dia pun mengalungkan tangannya di leher sang suami sehingga Brian bisa leluasa bergerak.
Brian bergerak semakin berani dengan menggigit bi*ir bawah Sheila hingga sang empunya membuka mulutnya mempersilahkan Brian untuk menjelajahinya lebih dalam lagi.
Sheila yang merasa terlena pun sesekali membuat desa*an halus membuat Brian semakin gencar melakukan aksinya.
Mereka berdua ingin melakukan hal lebih namun tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan kegiatan panas mereka.
TOK TOK TOK
"Sayang!" dari suaranya bisa di tebak itu adalah mami Salma yang berada di luar.
"Kalian udah bangun?" panggil mami Salma lagi.
"Bri, mami panggil. Biar aku buka ya," ucap Sheila beranjak dari tidurnya dan merapikan pakaiannya yang terlihat berantakan karena ulah sang suami tadi.
"Iya, mi. Ada apa?" tanya Sheila saat dia sudah membuka pintunya, sedangkan Brian memilih untuk beranjak dan pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan sesuatu yang harus segera di tuntaskan. (udah silahkan pikir sendiri ya).
"Sayang, kamu lama banget sih gak turun! Ayo sarapan terus sebentar lagi mami mau ngajak kamu buat ke acara arisan mami salam temen-temen mami buat ngenalin kamu ke mereka." ucap mami antusias.
"Ya udah kalau gitu Sheila siap-siap dulu ya mi," ucap Sheila meminta izin.
"Iya, kalau gitu mami ke bawah dulu!" pamit mami Salma dan mendapat anggukan dari Sheila.
Segera Sheila masuk ke dalam dan menunggu sang suami selesai dengan mandinya karena ia juga harus segera mandi bukan, namun sebelnya dia sudah menyiapkan pakaian untuk Brian bekerja dan keperluan Brian lainnya.
Tak berapa lama Brian keluar dari handuk yang melilit tubuh bawahnya menyisakan tubuh atasnya yang tidak di tutupi apapun di biarkan otot-otot kerasnya terpampang begitu saja.
Melihat hal itu Sheila segera menutup matanya dengan tangannya agar tidak melihat pemandangan indah di depannya.
"Aaaa, apa yang kamu lakukan Bri?" tanya Sheila dengan masih menutup matanya, sedangkan Brian malah bingung dengan ucapan Sheila.
"Apa maksudmu?"
"Mengapa kau keluar dengan seperti itu?" dengus Sheila kesal.
"Ini kan kamar aku dan kamu adalah istri ku, seharusnya tidak ada masalah bukan." ucap Brian kemudian pergi ke walk in closet untuk bersiap.
Sedangkan Sheila mencerna ucapan Brian dan memang benar apa yang di ucapkan Brian, setelah sadar Sheila pun masuk ke dalam kamar mandi,
Setelah selesai urusan di kamar mandi Sheila keluar dan mencari keberadaan Brian yang sepertinya sudah tidak ada di sana karena bisa di lihat kamar sudah sangat sepi.
Dengan berat hati Sheila pun segera bersiap juga untuk menuju ke bawah, pasti semuanya sudah menunggunya untuk sarapan.
Benar saja saat Sheila turun semua sudah menunggu bahkan Brian sudah duduk manis di kursinya.
"Pagi, semuanya!" sapa Sheila di pagi hari mendapat senyuman manis dari mami Salma dan juga papi Boni.
"Pagi, sayang." ucap mereka berdua berbarengan.
Mereka pun memulai sarapan dengan tenang dan sesekali bercerita banyak hal, atau lebih tepatnya mami Salma yang bercerita dan anggota keluarga yang lain nya hanya mendengarkannya saja.
.
.
TBC
dikaji dlu deh klo ngomong gak usah kyk bocil
over all cerita ny bagus 😍