NovelToon NovelToon
HIDDEN WIFE

HIDDEN WIFE

Status: tamat
Genre:Romantis / Poligami / Cinta Dramatis Yang Sedih / POV Pelakor / Menikah Karena Anak / Tamat
Popularitas:25.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Akibat kesalahan satu malam, ia terjerat dalam sebuah pernikahan dengan seorang pria beristri.

Kebencian istri pertama membuatnya diabaikan, tak dianggap, bahkan dirampas haknya sebagai istri dan ibu.

Mampukah Lula bertahan dengan status sebagai istri yang disembunyikan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Panik!

Mama Diana belum sanggup mengucapkan sepatah kata pun sejak lima menit lalu. Akal sehatnya seakan belum mampu menerima sesuatu yang baru didapatinya secara tak sengaja. Matanya tiba-tiba berair, yang kemudian ia seka dengan selembar tissue. Wanita paruh baya itu bahkan belum mempercayai sebuah fakta bahwa wanita yang kini berada di pangkuannya adalah istri dari putranya.

Bagaimana bisa Dirga menikah lagi secara diam-diam? Sementara selama ini ia terus berusaha menjauhkan putranya dari Alika dengan memintanya menikah lagi, tetapi Dirga selalu saja menolak dengan sebuah alasan yang tak dapat dibantah.

"Istri kamu? Tapi bagaimana bisa kamu menikah lagi tanpa memberitahu mama?"

Tak ingin kehilangan konsentrasinya, Dirga memilih diam. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Lula dan bayinya.

"Ceritanya panjang, Mah. Aku janji akan cerita nanti." Ucapan Dirga berhasil membungkam Mama Diana.

Ia hanya dapat memandangi wajah dan tubuh wanita yang masih mengerang kesakitan itu. Mengusap puncak kepalanya pelan. Wajah pucat itu membuat Mama Diana dibelenggu kekhawatiran.

*

*

*

Begitu tiba di rumah sakit, Lula langsung mendapat penanganan dari petugas medis. Tampak beberapa perawat wanita menangani dan melakukan beberapa upaya agar Lula tetap tersadar. Sementara Dirga tak beranjak sedikitpun dari sisinya. Sementara Mama Diana menunggu di depan ruangan.

Erangan demi erangan terdengar ketika rasa sakit itu semakin menjalar. Lula mencengkram kuat lengan suaminya demi melepas rasa sakit. Matanya berkerut, juga kening dan alisnya.

Dirga pun merasakan ketakutan yang teramat besar. Tak pernah sebelumnya ia sepanik ini. Melihat Lula yang tengah berjuang antara hidup dan mati membuat jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga.

"Mas, aku tidak kuat lagi," rintih Lula yang kini terbaring di ruang persalinan. Jarum infus sudah menancap di pergelangan tangan kirinya.

Beberapa perawat wanita juga tampak mendampingi. Mereka masih menunggu kehadiran seorang dokter ahli kandungan yang masih menangani pasien di ruangan lain.

"Maafkan aku, Sayang." Hanya kalimat itu yang beberapa kali dibisikkan Dirga ke telinga Lula. Sesekali menyeka peluh yang membasahi wajah dan leher istrinya.

Dirga membuang membuang sisa tissue ke tempat sampah, lalu menggenggam tangan istrinya erat sambil membenamkan kecupan di kening.

"Kamu harus kuat, kamu pasti bisa. Maafkan aku."

Lula menjatuhkan setitik air matanya, meskipun tengah dalam keadaan menahan rasa sakit, namun bentuk kepedulian suaminya membuat perasaannya menghangat. Rasa cinta yang kuat mengalir melalui sentuhan dan bahasa tubuh Dirga dan Lula dapat melihat itu.

"Jangan tinggalkan aku, Mas," lirih Lula membuat Dirga memeluknya.

"Tidak akan! Aku akan tetap di sini menemani kamu. Sini, aku usap punggungnya, ya."

Dirga mengusap punggung sang istri. Entah akan membantu atau tidak, tetapi perawat sempat menyarankan tadi.

Tak lama berselang, dokter pun tiba. Tak dipungkiri kehadiran dokter membuat Dirga sedikit lega. Ia menatapnya penuh harap.

"Allan, cepat tolong istriku! Dia sedang kesakitan!" pinta Dirga dengan tatapan memelas.

"Tenang dulu, jangan panik!" ucap sang dokter santai sambil membaca sebuah kertas berisikan hasil pemeriksaan Lula.

"Sudah bukaan berapa, Sus?" tanya sang dokter kepada perawat.

"Sudah bukaan delapan, Dok."

"Oh ..." Ia melirik arah jarum jam di pergelangan tangannya. "Berarti kita masih harus menunggu beberapa jam lagi."

Rahang Dirga terbuka lebar. Keningnya mengerut, manik hitamnya bergerak mengikuti ke mana langkah sang dokter. Kesal? Tentu saja!

Dalam keadaan genting seperti sekarang, sang dokter masih terlihat cukup santai. Bahkan tak ada sedikit pun kekhawatiran di wajahnya. Terlebih, ia dengan tak berperasaannya meminta Dirga untuk menunggu beberapa jam.

"Apa lagi yang harus ditunggu, Allan?" pekik Dirga tak sabar.

"Menunggu sampai bukaannya lengkap."

"Kenapa begitu?"

"Kalau bukaannya tidak lengkap anak kamu belum bisa keluar. Makanya tenang sedikit, jangan panik!"

"Bagaimana aku tidak panik melihat Lula dalam keadaan kesakitan seperti ini? Cepat, Allan! Lakukan sesuatu supaya bayinya cepat keluar! Setidaknya beri obat atau apapun untuk mengurangi sakitnya."

Dokter Allan pun menghela napas panjang. Kemudian meletakkan kembali kertas di genggamannya ke dalam sebuah map. Keadaan seperti ini sudah biasa dialaminya, di mana suami pasien bersalin lebih membutuhkan pertolongan dibanding pasien itu sendiri. Kadang rasa khawatir terhadap sang istri menghilangkan logika dan akal sehat para suami.

Sangat merepotkan! Begitu isi pikiran sang dokter.

"Persalinan memang seperti ini, Dirga. Lula akan baik-baik saja. Semua wanita yang menjalani persalinan pasti merasakan sakit. Jadi kamu tenang saja, itu normal."

"Bagaimana bisa kamu memintaku untuk tetap tenang dalam situasi seperti ini?"

Dokter Allan menggelengkan kepalanya pelan. Melirik Lula yang tampak menahan kesakitan.

"Salah kamu sendiri yang menghamili."

Jawaban santai itu membuat Dirga mengusap punggung lehernya. Ingin memaki, namun lidahnya tak cukup berani untuk berucap. Bagaimana pun juga, ia membutuhkan pertolongan dokter sekaligus sepupunya itu.

"Tapi dia berdarah, Lan?" ucapnya pasrah.

"Makanya kamu tenang! Serahkan semuanya kepada tim dokter. Kita akan melakukan yang terbaik untuk istri dan anakmu."

Bukannya tenang, Dirga malah semakin gelisah. Ia menjambak rambut hingga akar-akarnya seolah akan tercabut dari kulit kepala.

"Mas, aku haus!" lirih Lula menyadarkan Dirga dari kepanikannya.

"Iya, Sayang! Aku ambilkan."

Dengan tangan gemetar, Dirga meraih sebotol air mineral yang tersedia di atas sebuah meja. Membuka tutupnya dengan tergesa dan meneguk hingga tak tersisa.

Hampir saja Dokter Allan tertawa melihat kelakuan saudaranya itu. Tetapi tentu saja ia tak akan berani, mengingat betapa paniknya laki-laki itu. Dokter Allan pun hanya dapat mengatupkan bibir menahan tawa. Ekspresi panik Dirga terasa menggelitik perutnya.

"Kok malah kamu yang minum?" tanya Dokter Allan seraya menutupi seringai di bibirnya dengan jari.

***

1
Zifa
Luar biasa
Dewa Rana
kalau terlalu cinta jadinya oon
Dewa Rana
baca lagi Thor...
kapan ada karya baru lagi Thor
aryuu
selalu luar biasa ❤️❤️
Muna Junaidi
🤗🤗🤗🤗🤗🤗
Bunda
q mampir lg kak 🙏🏻
Jumriany Aiman R
/Frown//Frown/
Eci Setyo
suamiku tidak demikian kok 😌
Rustan Sinaga
jeff dikerjai suami istri
hahahaha
Rustan Sinaga
yeeee drakor nya baru mulai
Rustan Sinaga
wow, mantap kejutannya kan Dirga?
Rustan Sinaga
skakmat si alika
Rustan Sinaga
😂😂😂😂😂
Rustan Sinaga
rencana yg mantap Lula
Rustan Sinaga
selalu ada cara spy tetap ketahuan mama Diana, semangat Dirga
Yani Rohayani
cerita nya bagus dan nyambung ke cerita dr Allan saya senang bacanya
Khairul Azam
laki laki seperti diga ini menjijikan
Khairul Azam
sungguh mengelikan. aku klo baca novel perempuannua mudah berdebar mudah jatuh cinta itu gimana ya geli aja
Khairul Azam
janji itu klo masuk akal dan berlogika dan tidak merugikan orang lain bisa dijalankan. tp kalo sebaliknya gak perlu jugalah itu pemasakan.
Khairul Azam
lula jg mengharapkan dirga.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!