HIDDEN WIFE
“Lepaskan aku, Dirga! Aku lagi capek, lain kali saja.” Tangan Alika mendorong kuat-kuat dada suaminya hingga bergeser dari posisi yang nyaris menindihnya. Alika bangun dan duduk di tepi pembaringan, kemudian memasang kembali kancing-kancing kemeja yang baru saja dibuka dengan sedikit memaksa oleh suaminya.
Wanita cantik bak model terkenal itu pun beranjak dari tempat tidur yang tampak berantakan setelah pergulatan berujung penolakan, menuju meja rias untuk menyisir rambutnya yang kusut.
Ekspresi kesal, marah dan kecewa terlukis di wajah Dirga. Untuk kesekian kali, Alika menolak saat ia meminta haknya sebagai suami. Dirga bahkan hampir lupa kapan terakhir kali Alika menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat tidur.
“Kamu kapan sih punya waktu luang untuk aku?"
Alika menatap Dirga melalui pantulan cermin sambil menyisir rambut panjangnya. Kendati dapat membaca raut kekecewaan di wajah sang suami, nyatanya Alika tak begitu peduli.
“Kamu yang harusnya lebih mengerti aku, Dirga. Aku capek habis kerja! Apa itu tidak bisa kamu pahami?”
“Alika ... Aku tidak pernah meminta kamu untuk bekerja. Aku lebih dari mampu untuk membuat kamu hidup nyaman.” Meskipun kesal dan kecewa, tetapi Dirga selalu berbicara dengan nada lembut terhadap istrinya.
Ya, Anggareksa Dirga Mahendra, pria berusia 29 tahun yang merupakan seorang pengusaha di bidang konstruksi. Tentu saja ia sanggup membuat istrinya hidup nyaman dengan harta yang dimilikinya. Namun, memiliki harta berlimpah nyatanya tak cukup untuk membuat rumah tangganya jauh dari pertengkaran.
“Aku sedang tidak mau ribut dengan kamu. Dua jam lagi jadwal pesawat aku.”
“Apa, kamu mau keluar kota lagi?” Mata Dirga berkilat marah. Tatapannya menikam dengan tajam. “Apa-apaan kamu, Al? Bukannya baru minggu lalu kamu pulang dari luar kota?”
“Lusa ada Wedding Expo. Aku sudah daftar dari jauh-jauh hari. Tidak mungkin kan, aku batalkan. Ini adalah kesempatan besar aku untuk mengenalkan diri di dunia WO.”
Dirga tak habis pikir dengan rencana keberangkatan Alika keluar kota demi mengikuti sebuah ajang Wedding Expo. Karena Alika tidak pernah memberitahu tentang rencana itu sebelumnya.
Dirga mendesahkan napasnya frustrasi. Selama beberapa bulan ini, Alika berbuat sesukanya. Ia datang dan pergi seenaknya sendiri tanpa memikirkan suaminya.
“Tapi, Alika … Aku kan juga butuh menghabiskan waktu bersama kamu. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali kamu melayani aku!”
“Apa kamu menikahi aku hanya sebagai pemuas di ranjang saja?” tanya Alika seolah menantang.
“Dan kamu sendiri bagaimana? Menurut kamu pernikahan itu apa? Kamu selalu beralasan capek, kerja, sakit dan banyak alasan lain untuk melalaikan tugas kamu sebagai istri. Sekarang kamu seenaknya mau keluar kota tanpa minta izin dari aku,” ujar Dirga dengan amarah yang tertahan.
"Stop, Dirga! Stop!” pekik Alika dengan kemarahan memuncak.
Keduanya saling diam selama beberapa saat. Dirga menarik napas dalam-dalam sebelum berkata,
"Alika ... jujur saja, aku mulai capek sama kamu. Ingat, jangan salahkan aku jika selingkuh!”
Dirga pun memilih keluar dari kamar dengan membanting pintu keras, sehingga Alika terlonjak dibuatnya.
Wanita itu menghempas tubuhnya di pembaringan. Ucapan Dirga sebelum keluar kamar terus terngiang di telinga.
"Ingat, jangan salahkan aku jika selingkuh!"
"Tidak!" Dirga sangat mencintai aku. Dia tidak akan pernah selingkuh," gumam Alika meyakinkan dirinya.
****
Setelah pertengkaran hebat dengan Alika, Dirga enggan pulang ke rumah, sebab kepulangannya hanya akan berujung pada pertengkaran saja. Malam ini Dirga memilih beristirahat di ruko milik Alika.
Ia memasuki bangunan berlantai tiga itu. Baru saja membuka pintu besi, hal tak terduga tiba-tiba terjadi.
Bugh Bugh Bugh
Serangan bertubi-tubi mendarat di tubuh Dirga. Keterkejutan membuatnya tak memiliki waktu untuk bertanya apa yang terjadi. Yang ia pikirkan hanyalah rasa sakit dari hantaman benda tumpul yang sialnya semakin lama semakin kuat. Dirga hanya dapat melindungi kepalanya dengan kedua tangan.
“Mau maling ya, kamu?! Rasakan ini!” teriak seorang wanita dalam pencahayaan temaram—yang terus memukul-mukul punggung Dirga dengan gagang sapu.
“Stop! Apa-apaan ini? Kamu siapa dan sedang apa di ruko istri saya?”
Hah istri? Orang ini suami Bu Alika? Gawat. dalam batin Lula.
Serangan itu tiba-tiba terhenti. Dirga merampas paksa benda yang digunakan orang itu untuk memukulinya, menghempasnya ke lantai hingga patah jadi dua bagian. Kemudian berjalan menuju sudut ruangan dengan terburu-buru dan menyalakan lampu.
Tampak seorang gadis muda berdiri di sana. Dirga menatapnya dari ujung kaki ke ujung kepala.
“Siapa kamu?”
Gadis itu menundukkan kepala, setelah menyadari kesalahannya menyerang suami dari bosnya.
“Ma-maaf, Pak. Saya karyawan baru di sini. Saya sedang lembur. Saya pikir yang buka pintu ... maling.”
“Enak saja kamu mengira saya maling.” Dirga mengusap bagian tubuhnya yang tadi menjadi sasaran empuk gadis itu. “Kamu baru berapa lama kerja di sini?”
“Satu minggu, Pak.”
“Oh ...” Dirga menganggukkan kepala pelan. “Nama kamu?”
“Lu-Lula,” jawabnya terbata. “Saya minta maaf. Tolong jangan minta Bu Alika memecat saya.”
Meskipun kesal, namun Dirga tertawa dalam hati setelah melihat wajah gadis itu tampak memucat dan ketakutan. Mungkin sedikit menjahilinya akan sangat menyenangkan, sebagai pembalasan atas serangan mendadak tadi.
“Kenapa? Kamu takut kehilangan pekerjaan? Saya akan bilang ke istri saya, bahwa karyawannya sudah berani memukuli saya dengan gagang sapu sampai patah,” ancam Dirga seolah bersungguh-sungguh.
Jantung Lula seolah sedang berlomba. Ia melirik sapu di lantai yang sudah patah. "Tapi bukan saya yang bikin sapunya patah. Kan Bapak yang banting."
"Tapi kira-kira istri saya akan lebih percaya siapa? Kamu atau saya?"
Lula mengusap punggung lehernya yang terasa meremang. Ia lalu mengatupkan tangan di depan dada.
Lupakan harga diri, Lula! Kamu butuh pekerjaan ini untuk bertahan hidup.
"Ampun, Pak! Saya benar-benar minta maaf," ucap Lula dengan mata berkaca-kaca, yang mana membuat Dirga terkekeh. Menjahili gadis itu cukup menghiburnya.
Lula menatapnya tanpa berkedip, seolah senyuman menawan Dirga menghipnotisnya.
Kalau senyum ganteng sekali. Bu Alika beruntung ya punya suami ganteng begini. pikirnya dalam benak.
"Woy! Malah melamun."
Lula mengerjapkan mata, tersadar dari lamunan. Dirga kembali terkekeh dibuatnya, entah mengapa gadis itu sangat menggemaskan baginya.
“Saya akan memaafkan kamu dengan satu syarat.”
"Apa, Pak?" tanya Lula penuh semangat.
“Jangan bilang siapa-siapa kalau saya di sini. Termasuk istri saya.”
“Ba-baik, Pak.”
Dirga lalu meninggalkannya menuju ruangan pribadi Alika. Sementara Lula masih mematung di tempatnya berdiri. Sorot matanya mengikuti kemana Dirga melangkah. Tatapannya menyiratkan rasa kagum. Tidak pernah ia bertemu secara langsung dengan pria setampan suami bosnya itu.
Hidung mancung, alis tebal dan garis rahang kuat. Selain itu, Dirga memiliki postur tubuh tinggi dan atletis.
Kening Lula pun berkerut saat melihat Dirga membawa sebuah paper bag dan Lula dapat melihat itu adalah beberapa botol minuman beralkohol.
Ia tiba-tiba merinding.
***
Assalamu Alaikum teman-teman. Selamat datang di karya baruku.
Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam cerita ini.
terima kasih Readerlicious Cantikly
.........
...salam hangat...
...Otorlicious Lovely...
.........
...Wassalam...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Soritua Silalahi
akhirnya ketemu jg cerita ini ❤️❤️❤️
udah pernah baca suka banget Ama cerita ini 👍
2024-08-24
0
Syifa Nur
wa'alaikum salam author
2024-08-09
0
Rika Hari
kayak nya seru cerita nya nih😁
2024-08-02
1