Cantik dan kaya, dua hal yang tidak dimiliki oleh Anjani. Hal ini membuatnya diperlakukan secara tidak adil oleh suami dan keluarganya. Dihina, diselingkuhi dan diperlakukan dengan kasar, membuat Anjani akhirnya menyerah.
Keputusan bercerai pun di ambil. Sayangnya, sesuatu hal buruk terjadi pada wanita itu dan membawanya bertemu dengan seorang Kelvin Stewart yang merubah hidupnya.
Keinginannya saat ini hanya satu, yaitu membalaskan dendamnya pada Andrew Johanson Sanjaya, mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liburan
“Mas, penerbangan kita jam sepuluh kan?”
“Hemh,” Andrew menghembuskan napasnya dengan malas. Terpaksa ia melepaskan pelukannya dari Anjani. “Padahal aku masih mau melukin kamu.” Laki-laki itu berujar dengan kesal meihat tangan Anjani yang masih sibuk membereskan pakaian mereka dalam sebuah koper.
Wajah Anjani langsung merona mendengar ujaran suaminya. Baru kali ini ia mendengar ucapan manis itu. “Iya, kita kan mau liburan, nanti kita akan menghabiskan waktu sama-sama. Sambil aku beres-beres, sebaiknya Mas sarapan dulu. Biar perutnya gak kosong.” Diusapnya punggung sang suami agar kembali tegak.
“Ya udah, aku nunggu di bawah.” Laki-laki itu akhirnya menurut. Ia mengambil ponselnya juga kunci mobil, lantas beranjak keluar dari kamarnya.
Melihat kepergian suaminya, Anjani jadi termenung. Ia memikirkan berkas ajuan perrceraian yang sudah ia ajukan. Melihat perubahan sikap Andrew terhadapnya, Anjani jadi ragu untuk melanjutkannya.
“Apa aku cabut aja ya, berkasnya?” Anjani berpikir dalam. Ia terduduk di tepian tempat tidurnya sambil memikirkan langkah selanjutnya. Kemarin pengacaranya mengatakan kalau berkas itu sudah ia proses dan jadwal sidang pertamapun sudah keluar. Sekitar minggu depan. Apa bisa kalau ia cabut sekarang saja?
Akhirnya Anjani mengambil ponselnya. Ia hendak menghubungi pengacaranya. Ia rasa, pilihannya sudah yakin kalau ia akan memberi kesempatan kedua untuk suaminya. Satu deringan belum di jawab oleh pengacaranya. Baru deringan kedua ia mendengar suara pria di sebrang sana.
“Selamat pagi, nyonya.” Begitu suara yang terdengar.
“Selamat pagi,” Anjani berusaha tersenyum, agar suaranya enak didengar. Bukankah ia harus terdengar yakin dengan kata-katanya?
“Ada yang bisa saya bantu, nyonya?” Laki-laki itu seolah paham kebutuhan Anjani.
“Iya, mohon maaf saya menghubungi di hari libur seperti ini. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan.” Anjani mengantung kalimatnya.
“Iya, silakan nyonya.”
Anjani menghela napasnya dalam sebelum mengungkapkan keinginannya. “Kalau semisal saya ingin mencabut tuntutan saya, bagaimana caranya?” Anjani bertanya dengan ragu.
“Apa yang Anda maksud, tuntutan perceraian?”
“Ya.”
Laki-laki itu terdiam beberapa saat. “Bisa saja pencabutan itu dilakukan. Hanya saja, berkas Anda saat ini sudah masuk ke pengadilan agama. Empat hari ke depan, tuan Andrew akan menerima panggilan untuk mediasi. Semua proses itu akan tetap berjalan dan saat mediasi, Anda bisa mengajukan untuk pembatalan itu, Nyonya.” Pengacara itu menjelaskan dengan sejujurnya.
Anjani mengangguk pelan. Ia paham benar kalau ada mekanisme yang harus ia lalui.
“Apa Anda bersungguh-sungguh akan mencabut gugatan Anda, nyonya?” Pengacara itu kembali bertanya.
“Iya. Rencananya saya ingin memberikan kesempatan kedua untuk suami saya. Tapi jika seperti itu, sepertinya saya masih harus menunggu beberapa hari ke depan.”
“Benar, nyonya. Kalau Anda sudah yakin dengan keputusan Anda, saya akan mengantar Anda untuk menyampaikan ajuan pembatalan cerai. Hanya saja, kita harus menunggu karena selain dua hari ini hari libur, dua hari kedepan juga ada cuti bersama. Liburnya lebih panjang, minggu ini,” terang laki-laki di sebrang sana.
Anjani mengangguk paham. Libur ini juga yang membuat Andrew memutuskan untuk mengajaknya liburan. Katanya hitung-hitung honeymoon dan usaha untuk memperbaiki hubungan mereka.
“Baik, kalau begitu, terima kasih banyak. Saya akan menemui Anda di hari kerja berikutnya.” Anjani membuat janji.
“Baik, nyonya. Terima kasih kembali.”
Tidak lama panggilan itu pun terputus. Anjani menghembuskan napasnya kasar karena akhirnya ia harus kembali bersabar. Ia berpikir, mungkin ini rencana tuhan untuk membuatnya berpikir ulang tentang banyak hal. Ia juga harus melihat kesungguhan Andrew yang katanya ingin berubah.
****
Perjalanan panjang dilalui Anjani dan Andrew menuju sebuah destinasi wisata di Indonesia timur. Ratusan kilometer jarak mereka arungi melalui perjalanan udara selama kurang lebih dua jam. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan darat, menggunakan mobil SUV yang Andrew sewa agar lebih leluasa.
Andrew melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mereka menikmati perjalanan di jalur yang meliuk-liuk dengan pemandangan laut sepanjang perjalanan mereka. Anjani sengaja membuka jendelanya dan membiarkan udara laut menyapanya. Beberapa gambar ia abadikan melalui kamera ponselnya. Sepanjang perjalanan wanita tambun ini terus tersenyum melihat indahnya pemandangan yang tuhan ciptakan. Pikirannya benar-benar disegarkan setelah setiap hari hanya ruangan dapur yang ia lihat.
“Mas capek gak nyetirnya? Mau gantian sama aku?” tawar wanita itu. Sudah lebih dari satu jam Andrew melanjukan kendaraan sewaannya.
“Gak usah, gak pegel juga kok. Tadi kan di pesawat aku tidur, makanya sekarang tenaga aku banyak. Kamu nikmati aja pemandangannya sebelum nanti malam aku bikin kamu gak bisa turun dari tempat tidur.” Andrew memberi ancaman itu sambil mengedipkan matanya genit.
“Mas, ikh… kok bahas begituan sih? Gak baik tau.” Wanita itu tersipu malu.
“Gak baik apa malu? Tapi kamu suka, kan?” Andrew belum mau berhenti. Menyenangkan membuat wanita ini merasa dirinya penting. Lihat wajahnya yang memerah seperti tomat matang. Pipinya yang bulat benar-benar minta untuk digigit.
“Mas bisa aja.” Hanya itu timpalan Anjani yang malu sendiri melanjutkan kalimatnya. “Aku videoin Mas yaa, nanti mau aku bikin short movie perjalanan kita.” Anjani meminta izin.
“Boleh.”
Anjani dengan semangat memvideo sepanjang perjalanan mereka. Wajah Andrew menjadi bagian paling indah yang terrekam lensa kameranya. Sesekali ia mencandai suaminya dan laki-laki itu hanya terkekeh.
Menjelang sore Andrew dan Anjani tiba di penginapan yang mereka sewa. Pulau besar ini menjadi tempat tujuan wisata utama yang banyak dikunjungi turis dari manca negara. Andrew sengaja memilih tempat ini karena segala hal yang berbau hiburan, ada di tempat ini. Club malam yang buka sampai dini hari, resto yang berjejer di sepanjang tepi pantai dan tentu saja berbagai permainan menantang adrenalin tersedia di tempat ini.
“Sayang, kita keluar pas makan malam aja ya. Aku mau istirahat dulu. Kita tiduran dulu menikmati suasana liburan,” ucap laki-laki yang membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk.
“Iya, Mas. Aku mau beresin dulu pakaian. Mas istirahat aja.” Wanita itu menarik kopernya ke salah satu sudut ruangan dan hendak ia bongkar.
“Udah, nanti aja. Sini, temenin dulu aku tidur dulu.” Andrew menepuk tempat di sampingnya.
Anjani mengalah, ia segera menghampiri suaminya dan duduk di atas ranjangnya. Andrew memindahkan kepalanya ke atas pangkuan Anjani dan menjadikannya bantalan yang empuk. Jantung Anjani berdebar sangat kencang melihat tingkah manja suaminya.
“Pijitin kepala aku dong sayang,” laki-laki itu berujar dengan manja.
“Okey, segini?” Anjani mulai memijat kepala Andrew dengan lembut dan pelan-pelan.
“Emmhh, enak banget.” Laki-laki itu mulai memejamkan matanya, menikmati setiap pijatan lembut yang diberikan sang istri.
Tidak sampai sempuluh menit, Andrew benar-benar tertidur di pangkuan Anjani. Wanita itu memindahkan kepala suaminya pelan-pelan ke atas bantal. Di kecupnya kepala Andrew yang menyisakan bau asam kerigat, tetapi ia menyukainya.
Laki-laki itu sedikit menggeliat dan membalik tubuhnya membelakangi Anjani. Anjani hanya tersenyum kecil melihat tingkah suaminya yang menggemaskan. Akhirnya ia ikut membaringkan tubuhnya di samping Andrew.
Baru akan terlelap, tiba-tiba saja Anjani merasakan getaran ponsel. Ia memeriksa ponselnya dan ternyata tidak berdering. Diperiksanya ponsel Andrew dan benar saja, ada yang menghubungi suaminya.
“My Cheryl,” nama yang muncul di layar ponsel Andrew. Anjani tersenyum kelu melihat nama Cheryl masih begitu istimewa di ponsel suaminya. Ia tidak berniat sama sekali untuk membangunkan Andrew dan memberitahunya kalau Cheryl menghubunginya. Sekali ini saja, ia ingin membantu Andrew menjauh dari wanita itu.
“Maaf Cheryl, dia suamiku. Milikku,” gumam Anjani seraya mematikan layar ponsel Andrew. Menaruhnya di atas meja dan kembali membaringkan tubuhnya. Ia pandangi beberapa saat punggung Andrew yang membelakanginya.
“Mas, apa usaha kita akan berhasil sementara wanita itu terus berusaha mengganggu?” Anjani bertanya dengan ragu. Ia tahu persis bagaimana pesona seorang Cheryl yang bisa dengan mudah meraih hati suaminya.
Entahlah, apa ia sanggup mempertahankan Andrew di tangannya?
****
ingat di ujung cambuk kehidupan ada emas berlian intan menanti mu✌️