Tuan D seorang Pangeran dari bangsa Drakula, ia harus menikah dengan seorang gadis dari bangsa manusia yang lahir di Bulan Purnama.
Hingga pada suatu malam, Tuan D bertemu dengan Liana. Seorang gadis cantik yang kebetulan juga lahir di bulan purnama. Saat itu Liana tengah berlari dari kejaran dua orang penjahat yang hendak membunuhnya.
Tanpa berpikir panjang, Liana meminta pertolongan dari Tuan D, karena tidak ada orang lain yang ditemuinya pada malam itu.
Akankah Tuan D mau membantunya? Adakah Syarat yang Tuan D berikan pada Liana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Penyelamatan ( Part 1)
Di tengah perjalanan mengantar Liana pulang ke rumah, ponsel Rey berkali-kali berdering. Pria itu mengambil ponsel dari sakunya dan melihatnya sejenak kemudian ia menekan tombol diam untuk menghentikan bunyi nada telepon dari ponselnya. Setelah itu Rey meletakkan ponselnya di atas dashboard mobil.
Tak berapa lama ponsel itu kembali menyala dan bergetar tanpa mengeluarkan bunyi. Liana melirik ke arah ponsel genggam milik Rey yang di letakkan di dashboard itu, untuk melihat siapa pemilik nama yang meneleponnya.
Setelah mengetahui identitas si penelepon, Liana melirik ke arah Rey.
"Itu kakakku, kenapa tidak diangkat?" cetus Liana.
"Tidak penting, palingan hanya sekadar menanyakan kabar." Jawab Rey.
"Itu artinya dia peduli padamu, dia kan ingin tahu kekasihnya sedang bersama siapa." Ucap Liana ketus.
"Lalu kamu ingin aku mengangkatnya dan mengatakan kalau Aku sedang bersamamu, membiarkan dia salah paham kemudian menyalahkanmu karena menggoda ku?" tanya Rey kembali.
"Tapi setidaknya kamu mengangkatnya jangan mengabaikannya, terus memberi kabar akan meningkatkan hubungan kalian lebih baik." Ujar Liana menasihati.
Berbicara soal kabar, tiba-tiba wanita itu teringat akan Ayahnya. Sebastian mengabari Ayahnya jika Liana koma di rumah sakit.
"Berhenti Rey!" pekik Liana seraya memegang bahu Rey tanpa sadar. Namun begitu ia sadar, segera dilepaskan tangannya dari bahu Rey.
"Ada apa?" tanya Rey seraya mengerutkan dahinya.
"Kita kembali ke rumah sakit itu! Ayah ku pasti mencari ku, jika sampai Sebastian bertemu dengannya ... " ucapan Liana berhenti karena Rey menyela perkataannya.
"Maksud mu Sebastian akan mencelakai Ayahmu begitu?" terka Rey
"Ya, ayolah putar balik ke rumah sakit sekarang!" perintah Liana seraya melototkan matanya.
Rey menjadi tertawa dibuatnya, mimik wanita itu sangat lucu baginya ketika akan berekspresi marah. Bukannya menjadi takut dan langsunh menurutinya, Rey malah tertawa terpingkal-pingkal. Padahal Liana sedang serius saat itu.
"Kalah kau tidak putar balik dan tidak ingin mengantar ku ke rumah sakit itu. Tidak apa, lebih baik aku turun disini sekarang. Aku bisa tanpa bantuanmu!" ucap Liana dengan nada mengancam seraya membuka pintu mobilnya saat itu juga.
Mantan kekasihnya itu menghentikan tawanya dan menjadi panik ketika Liana sudah akan bersiap membuka pintu mobil.
"Eits ... tunggu-tunggu! Oke aku akan mengantarmu, tolong Liana jangan gegabah." Ucap Rey yang langsung mengambil arah untuk putar balik kembali ke rumah sakit itu.
"Siapa juga yang mau langsung turun saat mobilnya masih jalan, bisa-bisa aku terluka. Haha ternyata ancaman itu ampuh juga," batin Liana
Melihat Liana hanya terdiam, Rey lantas buka suara.
"Maaf Liana, aku hanya ... rindu saat-saat kita bersama, kamu mau memaafkanku kan?" tanya Rey seraya melirik ke arah Liana sejenak kemudian kembali fokus menyetir.
"Iya." Ucap Liana singkat tanpa ekspresi.
Sesampainya di rumah sakit, Rey mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lahan parkir di halaman Rumah Sakit itu sangat penuh dan membuat Liana menjadi tidak sabar untuk segera turun dari mobil. Tangan kanan Liana sudah meraih tombol pembuka kunci dan tangan kirinya sudah bersiap untuk membuka pintu mobil tetapi Rey menghentikannya.
"Lian tunggu ... ! Aku akan menemanimu di dalam. Jika sesuatu terjadi padamau lagi, maka aku tidak bisa memaafkan diriku." Ucap Rey sembari masih mencari tempat parkiran.
"Ah terlalu lama Rey. Aku turun di sini, kamu cepatlah!" sahut Liana yang keras kepala dan tetap pada keinginannya.
Liana turun dengan buru-buru dan segera masuk ke dalam Rumah Sakit. Rey semakin jengkel di buatnya dan buru-buru memarkirkan mobilnya, tetapi ia malah menabrak salah satu mobil yang terparkir di depannya.
"Aaarghh, malah nabrak lagi huuufff." Teriak Rey dengan nada kesal dan di akhiri dengan hembusan napas.
Di dalam Rumah Sakit masih di padati pengunjung yang ingin berobat atau pun ingin menjenguk kerabatnya yang sedang sakit. Liana terus memasang matanya ke segala arah, mencari keberadaan Ayahnya atau pun Sebastian.
Wanita itu bisa saja meminta pertolongan pada Tuan D. Namun ia mengurungkan niatnya, ia tidak ingin membuat pria drakula itu kesulitan. Pasalnya terakhir kali Liana melihatnya saat perkelahian itu. Tuan D yang di hantam dengan beberapa beton membuat hatinya menangis miris dan ingin segera tahu keadaanya. Liana berharap keadaan pria itu baik-baik saja.
Liana kembali menyusuri lorong ke arah kamar yang semula Sebastian tunjukkan. Dengan langkah hati-hati dan terus melihat ke kanan dan ke kiri.
Sebuah tepukan di punggungnya membuatnya terkejut. Liana tidak sengaja berteriak dan segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Kemudian segera berbalik untuk mengetahui siapa yang ada di belakangnya.
"Steve! Ahh kau mengejutkan ku!" hardik Liana dengan suara setengah berbisik.
"Kenapa berbisik? kau sedang bersembunyi dari siapa?" tanya Steve yang ikut berbisik juga.
"Aku tidak ingin bertemu ... ," ucapannya terhenti ia takut jika Steve suruhan Sebastian juga.
"Aku takut bertemu dokter, takut disuntik." Timpalnya segera dengan alasan aneh.
Liana kemudian memperhatikan penampilan Steve yang berbeda. Kali ini Steve tidak memakai setelan kemejanya yang kotor tadi, sekarang ia memakai kaos putih dengan celana panjang berwarna hitam jenis chino dan dipadukan dengan sepatu sneakers serta jaket denim yang membuat Steve terkesan makin keren meskipun pakaian yang digunakan sangat sederhana.
"Kamu dari rumah?" tanya Liana yang sedikit terpukau dengan penampilan baru pria itu.
Steve menganggukkan kepala kemudian meminum minuman bersodanya dalam kemasan botol yang sedari tadi dibawanya. Setelah menghabisunya dengan beberapa tegukan kemudian membuangnya di tempat sampah.
"Aku pulang sebentar dan kembali kemari karena Nona Tri memintaku untuk menjaganya, kamu sebaiknya menemui Nona Tri juga agar dia terhibur." Jawab Steve yang di akhiri dengan ajakan.
"Baiklah kalau begitu, tapi kamu jalan di depan ya?" pinta Liana
Sebelum sampai ke ruangan Tri, Liana melewati kamar yang tadi dipersiapkan oleh Tuan Sebastian. Dia dengan tidak sengaja menarik baju Steve dan membuatnya mundur ke belakang.
Liana memundurkan langkahnya dan menepi di ikuti Steve karena pakaiannya yang ditarik paksa oleh Liana.
"Berhenti sebentar," pinta Liana yang mencoba mengintip di dalam kamar yang tertutup. Steve diam tanpa bicara ia hanya mengikuti Liana.
Pintu ruangan tersebut sebagian terbuat dari kaca dan di tengah kaca tersebut bertekstur buram. Liana mencoba mengintip dari celah kaca yang jernih meskipun sedikit terlihat tapi dia bisa melihat jika yang di dalam adalah Ayahnya yang sedang terbaring dan Sebastian.
"Ayah," gumamnya lirih
Steve menyenggol lengan Liana dengan lengannya dan bertanya dengan isyarat kepala.
"Ayahku di dalam, sepertinya di tangkap om Sebastian. Aku tidak tahu kenapa dia menangkapnya." Ucap Liana berbisik.
Kemudian Steve meraih bahu Liana seraya membuka pintu ruangan itu dan mendorong tubuh Liana pelan.
"Tuan Sebastian, diakah orang yang Anda cari?" Ucap Steve.
"Steve, kamu pintar sekali. Padahal baru saja saya akan memberikanmu fotonya, haha ... " Ucap Sebastian seraya tertawa menyeringai dan menepuk bahu Steve dengan bangga akan bodyguardnya.
Liana merasa terbodohi, tebakannya tentang Steve benar. Ternyata Steve juga suruhan Om Sebastian.
****
Mas Steve please jangan jahat🤧