Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 24 - Mendapat Beasiswa
Sembari menunggu ijazah keluar, siswa - siswi yang lain biasanya berlomba-lomba untuk mengikuti tes di universitas-universitas yang mereka incar. Aktivitas mereka sangat berbeda denganku.
Aku sadar dengan kemampuan keluargaku, sehingga Aku tidak berharap bisa kuliah seperti teman yang lainnya. Setiap hari Aku selalu mengikuti ayahku menarik angkot sembari mempersiapkan lamaran pekerjaan. Sudah saatnya Aku membantu perekonomian keluargaku. Membantu Ayah membiayai pendidikan adikku.
"Kamu yakin tidak mau kuliah Nduk?"
"Yakin Yah. Mending Khansa kerja aja Yah, nanti kalau sudah ada uang yang cukup Khansa bisa kuliah tahun depan Yah."
"Kalau Kamu mau kuliah, Ayah bisa usahakan buat cari utangan. Ayah bisa taruh sertifikat rumah ini di koperasi..."
"Aduh nggak usah Yah. Ini rumah peninggalan kakek nenek, jangan di apa-apain. Kalau pun bisa berhutang, belum tentu nantinya Kita kuat bayar. Buat makan sehari-hari saja sudah kurang-kurang. Ayah tenang saja, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Doakan Khansa bisa cepat dapat kerjaan, biar bisa bantu-bantu Ayah. Siapa tahu juga uangnya bisa ditabung buat kuliah."
"Kamu beneran nggak apa-apa Nduk? Teman-temanmu yang lain kuliah semua, Kamu nggak minder nggak kuliah? Nilaimu bagus Nduk, sayang kalau nggak kuliah..."
"Beneran nggak apa-apa. Ayah nggak usah khawatir masalah itu. Ayo Kita pulang Yah, sepertinya hari ini dapatnya lumayan ya."
"Iya, hari ini Kita bisa beli nasi goreng Nduk. Rejeki ini pasti karena putri Ayah ikut kerja." Ayah mengelus-ngelus rambutku dengan sayang. Tampak penyesalan dan ketidakberdayaan di wajahnya. Aku tersenyum ceria, berusaha menyemangati beliau.
***
Waktu menunjukkan pukul delapan malam ketika Kami tiba di rumah. Aku baru akan membuka pintu ketika tiba-tiba datang tetangga sebelah rumah.
"Khansa tadi ada yang datang mencarimu."
"Eh, siapa Bu?"
"Katanya guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolahmu. Besok Kamu disuruh ke sekolah untuk menghadap beliau. Kalau tidak salah namanya Bu Ekha."
"Eh beneran Bu?"
"Iyalah, mana mungkin Ibu bohong. Ya sudah, itu saja pesannya. Besok jangan lupa ke sekolah."
"Iya Bu, terima kasih banyak Bu."
Kemudian Aku masuk ke dalam rumah. Otakku bertanya-tanya, untuk apa guru BK mencariku? Selain mengatasi anak-anak bermasalah (yang jarang ada di sekolahku), tugas guru BK lainnya adalah menerima setiap curhatan siswa-siswinya misal mengenai ketidakmampuan membayar uang sekolah, pilihan kampus yang ingin dituju dan lain-lain. Selama ini Aku tidak pernah ke ruang BK karena memang tidak ada hal yang membuatku harus kesana.
Aku tidak ingin menduga-duganya. Aku ingin segera hari esok agar Aku tahu alasan guru BK memanggilku.
***
Keesokan harinya Aku ke sekolah menggunakan baju bebas namun sopan. Sekolah tampak sepi karena merupakan hari libur kenaikan kelas serta libur kelulusan untuk siswa kelas 3.
Setiap ke sekolah selalu mengingatkanku pada Alex. Sosoknya selalu berada dimana-mana. Begitu banyak kenangan yang telah Kami lewati bersama. Dari kenangan lucu sampai menyedihkan sekalipun.
Mungkin sekarang Alex tengah bingung, memilih universitas mana yang akan dia masuki. Mendapat nilai UN tertinggi tentu akan membuat beberapa universitas tidak sungkan-sungkan untuk meminangnya.
Apakah Alex dan Diana akan kuliah di tempat yang sama? Kalau mereka kuliah di tempat yang sama, tentu hubungan mereka akan semakin dekat. Mereka sudah ditakdirkan untuk berjodoh, Aku tidak perlu mengingat-ingat mereka lagi.
Aku sampai di ruang BK dan mengetuk pintu.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk." Terdengar suara keibuan dari dalam. Aku membuka pintu dan melongokan tubuhku. Aku melihat wanita berusia sekitar akhir 40an sedang duduk di kursinya.
"Ehm..." Aku bingung mau memulai.
"Khansa ya? Silakan duduk Khan." Bu Ekha tersenyum ramah. Aku lega melihat senyumnya. Setidaknya Aku tidak sedang bermasalah bukan? Aku duduk di kursi di depan Bu Ekha. Beliau tersenyum menenangkan.
"Ibu kemarin ke rumahmu. Kata tetanggamu Kamu ikut ayahmu kerja ya?"
"Iy-ya Bu..."
"Khansa, Kamu benar-benar anak yang baik ya. Ketika teman sebayamu bingung mencari kampus, Kamu malah ikut ayahmu kerja. Kamu nggak ingin kuliah Khans?"
"Ehm... Untuk tahun ini Saya belum mampu untuk kuliah Bu. Mungkin tahun depan atau dua tahun lagi Saya akan mencoba untuk kuliah..."
"Kenapa tidak tahun ini saja?"
"Keluarga Saya belum mampu untuk membayar uang kuliah Bu..."
"Kalau dibayarin, Kamu mau kuliah?"
"Hah?" Aku mendongak, tercengang mendengar kata-kata Bu Ekha. Beliau tersenyum tipis sebelum melanjutkan.
"Pengajuan BMU mu sudah di setujui (BMU \= Beasiswa Masuk Universitas). Kamu tinggal mencari universitas negeri dan lolos dalam seleksi masuk nasional, maka BMU akan langsung cair. Beasiswa ini tidak berlaku untuk universitas swasta, jadi pastikan Kamu harus masuk ke universitas negeri. Mengerti?"
"Ehmm... Bu, Sa-saya masih tidak paham. Seingat Saya tidak pernah mengajukan beasiswa itu Bu. Apa Ibu tidak salah orang? Mungkin yang Ibu maksud Khansa yang lain?" Aku masih begitu terkejut. Bu Ekha pasti salah. Aku belum pernah mengajukan beasiswa itu, mengapa Aku tiba-tiba bisa menerimanya?
"Ibu tidak salah. Namamu Khansa Aulia kan? Dari kelas 3 E?"
"Iy-ya Bu... Tapi Saya tidak pernah mengajukan beasiswa itu Bu..." Lagi-lagi Bu Ekha tersenyum tipis.
"Ada orang baik hati yang mengajukan namamu. Dia meyakinkanku bahwa Kamu pantas menerimanya. Setelah Ibu lihat, ternyata perkembanganmu juga luar biasa. Kamu berasal dari SMP pinggiran, namun Kamu berhasil meraih peringkat 49 di seluruh kelulusan, itu patut Kami apresiasi. Jarang sekali siswa yang berasal dari SMP pinggiran bisa tembus 50 besar, Kamu menjadi yang pertama Khansa. Kamu berhak mendapatkan beasiswa ini."
Airmataku tiba-tiba merebak keluar. Aku benar-benar tidak menyangka akan mendengarkan kabar membahagiakan seperti ini. Semua ini terasa seperti mimpi.
"Hiks... Be-beneran Bu Saya dapat beasiswa? Be-beneran Saya bisa kuliah?"
"Iya, itu benar. Syaratnya hanya satu, Kamu harus lolos seleksi di universitas negeri, mengerti?"
"Me-mengerti Bu." Aku mengangguk-angguk dengan antusias. Seperti mendapat bongkahan emas, ingin Aku menjerit-jerit saat itu juga.
"Cepat persiapkan dirimu untuk mengikuti tes. Yang Ibu tahu, seleksi akan dilakukan minggu depan. Cepat daftarkan dirimu sesegera mungkin."
"Ba-baik Bu."
"Kamu bisa daftar sendiri? Apa perlu Ibu temani?"
"Sa-saya bisa pergi sendiri Bu. Terima kasih banyak Bu." Aku mengambil tangan Bu Ekha dan mencium tangannya. Beliau balas merangkul tubuhku. Hah, baru kali ini Aku menerima kehangatan ini. Andaikan Aku tahu guru BK di sekolahku sehangat ini, Aku akan selalu betah pergi ke ruang BK.
"Khansa, Kamu anak yang baik. Ibu doakan, semoga Kamu lolos seleksi masuk dan bisa kuliah. Semoga semua cita-citamu segera terkabul ya. Semoga Kamu bisa mengangkat derajat keluargamu..."
"Amin Bu... Terima kasih banyak atas doanya Bu..."
Aku memeluk Bu Ekha sedikit lebih lama. Setelah itu Kami mengobrol ngalor-ngidul, menceritakan kegiatanku selama liburan ini. Menjelang pukul sepuluh pagi, Aku pamit undur diri.
Perasaanku benar-benar sangat lega dan bahagia. Sejenak Aku melupakan Alex karena rasa euforia. Aku mengayuh sepedaku dengan kencang, tidak sabar untuk memberitahu ayahku mengenai kabar bahagia ini.
***
Happy Reading 😊
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/