Menjalin asmara bertahun-tahun tak menjanjikan sebuah hubungan akan berakhir di pelaminan.
Begitulah yang di alami oleh gadis bernama Ajeng. Dia menjalin kasih bertahun-tahun lamanya namun akhirnya di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Namun takdir pun terus bergulir hingga akhirnya seorang Ajeng menikahi seorang duda atas pilihannya sendiri. Hingga akhirnya banyak rahasia yang tidak ia ketahui tentang suaminya?
Bagaimanakah Ajeng melanjutkan kisahnya??
Mari kita ikuti kisah Ajeng ya teman2 🙏🙏🙏
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🙏. Mohon jangan di bully, soale Mak othor juga masih terus belajar 😩
Kalo ngga suka ,skip aja jangan kasih rate buruk ya please 🙏🙏🙏🙏
Haturnuhun 🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. Khalis Hilang
Rasa lapar menyerang perut Bhumi ketika malam tiba. Ia memang belum makan sejak pulang bekerja tadi sore. Besok ia masih jadwal pagi. Tapi tak jarang pula ia mendapat jatah jaga malam.
Suasana rumah sudah gelap. Khalis juga sudah tertidur lelap sambil memeluk boneka teddy bear peninggalan ibunya semasa almarhumah berpacaran dengan Bhumi.
Bhumi pun menutup pintu kamarnya dengan lembut agar Khalis tak terganggu. Tujuan Bhumi saat ini adalah dapur. Ia membuka magicom, ternyata sudah tak ada nasi. Lelaki gagah itu menghela nafas panjang. Kalau nasi saja tak ada, bagaimana mungkin ada lauk di balik tudung saji?
Bhumi pun membuka kulkas, hanya ada sayur sawi di dalam sana. Tak ada stok telur, sosis apalagi nuget. Padahal ia serimg mengisi kulkasnya agar ibunya lebih simpel menyajikan lauk untuk Khalis.
"Pasti Dafi yang menghabiskan persediaan makanan! Rakus sekali anak itu!'', monolog Bhumi. Lalu, ia pun menuju ke warung yang memang tak ada pintu pembatasnya. Ia mengambil mie instan dan juga sebutir telor untuk mengganjal perutnya malam ini.
Tanpa menimbulkan suara berlebih,Bhumi pun selesai memasak mie instan tersebut.
"Kamu ngambil mie lagi dari warung, Mi?'', tiba-tiba ibunya sudah ada di dekat meja makan.
"Lagi? Bhumi baru pertama kali ngambil! Itu pun gara-gara ngga ada nasi apalagi lauk!'', sahut Bhumi yang mendadak kesal karena tuduhan ibunya. Bu Tini berdehem kecil. Memang tadi Resti pulang kerja menghabiskan nasi dan lauknya berdua dengan suaminya.
"Mungkin di pikir kamu sudah makan, Mi! Dari pada mubadzir, mending di makan kan?'', tanya Bu Tini. Bhumi tak merespon ucapan ibunya. Semarah apa pun pada sang ibu, ia tak mau menjadi anak durhaka....di usahakan seperti itu! Entah suatu hari lagi jika memang sikap ibunya yang sudah keterlaluan.
Bhumi mencuci sisa makannya tadi lalu ia pun kembali ke kamarnya. Bu Tini yang merasa terabaikan pun memilih ke kamar mandi lalu setelah itu, ia pun beristirahat lagi.
Pagi sudah menyapa, kegiatan di rumah itu sudah mulai terlihat. Resti berteriak-teriak membangunkan Dafi yang harus bersiap sekolah. Bu Tini sendiri sibuk di dapur menyiapkan sarapan keluarganya.
Keriweuhan itu usai setelah Resti, suami dan anaknya berangkat. Suami Resti bekerja sebagai sales di sebuah brand makanan, jadi...jangan terlalu berharap seberapa besar gajinya itu.
"Udah sana kamu berangkat, biar Khalis sama ayah!", kata Pak Ali. Bhumi sudah selesai sarapan juga menyuapi Khalis. Jika selama ini ibunya selalu mengadu kalau Khalis tak mau makan, faktanya saat Bhumi menyuapi sang putri makan dengan begitu lahap.
"Iya, Yah!", kata Bhumi. Ayah satu anak itu mengusap lembut kepala Khalis.
"Khalis sama kakek ya, ayah kerja dulu! Yang nurut sama kakek nenek di rumah ya sayang ya ...!", kata Bhumi. Gadis kecil yang sebentar lagi tiga tahun itu mengangguk.
Mungkin sudah hafal betul rutinitas ayahnya yang akan meninggalkannya di rumah untuk bekerja.
"Yayah!", sahut Khalis. Jika anak seusianya sudah banyak yang pandai bicara, Khalis belum mampu!
Bhumi mengecup pipi dan kening gadis kecilnya lalu ia pun tancap gas menuju ke tempat ia bekerja.
💐💐💐💐💐💐💐💐
"Khalis, nenek mau di warung kamu jangan ke mana-mana!", titah sang nenek. Khalis yang sibuk dengan mainannya pun tak menggubris ucapan neneknya.
Melihat sang cucu anteng, Bu Tini pun melayani pembeli di warungnya tersebut. Pak Ali pergi seperti yang ia katakan jika akan mencari pekerjaan.
Warung Bu Tini semakin ramai, bahkan Ajeng turut belanja di sana bersama Ega. Mereka berencana makan mie goreng pagi ini sebelum menjelang sore nanti keduanya masuk kerja di shift yang sama.
Ega dan Ajeng tertawa bersama saat keduanya selesai berbelanja. Dua gadis itu memang periang.
Apakah Ajeng lupa sedang patah hati? Oh ...tidak! Ia tak lupa kesakitan yang Ranu torehkan! Tapi bersama Ega, setidaknya ia merasa kalau sedikit bebannya yang bisa ia hempaskan.
Bu Tini selesai melayani para pembeli. Ia pun kembali ke rumah untuk melihat keberadaan Khalis. Tapi saat ada di ruangan ia meninggalkan Khalis tadi, bocah itu sudah tidak ada di sana.
"Duh, kemana sih tuh anak!", Bu Tini mulai panik saat ia menyadari Khalis tak ada. Ia pun sudah mengecek ke kamar Khalis dan ruangan lainnya.
Bu Tini memijat pelipisnya yang mendadak nyeri.
"Khalis....Khalisa....!", suara Bu Tini melengking. Ia menutup warungnya dan mengunci pintu rumahnya.
Perempuan gempal itu pun menyusuri jalan dan sesekali bertanya pada tetangganya yang barangkali melihat Khalis. Sayang tetangganya tak ada yang melihat Khalis.
"Gimana ini???!!", Bu Tini menjambak rambutnya. Entah apa yang akan Bhumi lakukan padanya kalau Khalis benar-benar hilang karena keteledorannya.
💐💐💐💐💐💐💐
"Barang yang buat seserahan udah ibu siapin, Nu! Mau tambah apa lagi?", tanya Bu Suryati.
"Tinggal cincin nikah aja sih, Bu."
"Lho....kamu ngga mau beli keperluan pribadinya Novita? Bedak atau skincare mungkin?", tanya Bu Yati lagi.
"Nanti aku tanya Novita dulu, aku ngga tahu dia pakai merk apa!", jawab Ranu.
Ia sama sekali tak semangat untuk menjalani pernikahan balas budi ini. Tapi...apa mungkin nanti rasa cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu???
💐💐💐💐💐💐💐
Makasih 🙏🙏🙏
km tuh cm gede mulut doank resti... tpi kenyataan nol besar... krja gaji cm cukup buat beli make up... tpi songongmu g ktulungan...
biar tau rasa tuh ibumu yg pilih kasih...