"Apa! Aku! Kau gila Ya! Aku hanya menghias calon pengantin. Bukan menghias diriku sendiri lalu menikah dengan kakakmu," ucap Nara seakan tak percaya.
"Aku mohon Ra. Tolong bantu aku, keluargaku akan malu. Kamu sahabat terbaikku kan! Menikahlah dengan kakakku!" pinta Chelsea dengan air mata menetes membuat yang melihatnya iba.
Anara putri berprofesi sebagai perias pengantin biasa. Ia sangat bahagia dan antusias ketika di minta untuk terlibat dalam acara pernikahan kakak sahabatnya dengan seorang model cantik ternama.
Merias seorang model cantik terkenal di pernikahannya, sungguh kesempatan emas yang tak akan mungkin dia sia-siakan, karena itu mampu membuat namanya dalam karier meriasnya ikut melambung. Job meriasnya akan semakin banyak. Itu fikirnya.
Namun siapa sangka di hari H karena sesuatu calon pengantin wanita tidak bisa meneruskan pernikahan yg membuat pernikahan terancam batal.
Demi menolong keluarga sahabatnya dari malu, Di hari itu Si culun pun mendadak menikah dengan kakak sahabatnya. Pemuda yang anti padanya, bahkan tidak pernah ingat siapa namanya.
Bagaimana Nara menjalin pernikahannya dengan pemuda dingin dan jutek seorang presdir ternama Milan Kalingga ...
Dapatkah Milan menerima Nara Si culun sebagai istrinya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syakira Sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rahasia
Foto preweding dengan tema alam terbuka telah berlangsung di sebuah taman bunga.
“Ya. Tahan. Satu, dua, tiga,” ucap Vino mengarahkan kameranya, membidik bayangan sepasang calon pengantin.
Chelsea baru sampai di tempat itu. Ia pun menikmati dari kejauhan, Menatap Vino yang sibuk memotret.
Gadis cantik ini menarik napas berat. Memasang wajah sendu teringat foto preweding yang pernah di jalani oleh kakaknya Milan beberapa bulan yang lalu. Seketika sebuah kenangan rahasia terkenang.
“Maafkan aku.”
“Mengapa kau melakukan itu!”
“Aku bersalah.”
“Hentikan pernikahan ini. Pergi jauh darinya.”
“Baiklah, aku akan meninggalkannya.”
Itulah kenangan yang tertoreh dalam pikiran Chelsea.
Ya dialah yang membuat cinta kakaknya pergi, mengatur agar pernikahan itu menjadi batal. Andai Milan tahu, kakaknya pasti akan murka padanya.
“Jangan melamun.” Suara bariton memecahkan lamunan Chelsea.
Ia pun mengarahkan pandangannya pada lelaki tampan yang berdiri tegap di hadapannya lalu beralih duduk di sampingnya.
Gadis ini memutar bola mata malas. Sungguh dia sedang tak ingin bertemu dengan lelaki menyebalkan ini.
“Kau sedang melamun apa? Memikirkan aku ya,” goda Kay.
“Untuk apa kau kemari?” ketus Chelsea.
“Aku sedang melihat bagaimana prewednya,” alibi Kay padahal dia tahu Chelsea pasti akan berada di tempat ini juga.
“Bukankah kau seharusnya di kantor,” sosor Chelsea.
“Ini kan akhir pekan.” Kay mengusap kepala Chelsea gemas.
“Kak Kay hentikan!” pekik Chelsea berdecak sebal.
Kay tersenyum saat Chelsea merapikan rambutnya sambil mengoceh. Kay memang senang sekali menggoda adik sahabatnya yang galak ini.
“Rambutku jadi berantakan nih,” gerutu gadis cantik ini.
Kay menatap ke depan, arah pemotretan.
“Kau yang mengatur tempat ini?” tanya Kay.
“Emm.” Jawabnya dengan deheman.
“Taman bunga ini kaya kamu.”
Alis Chelsea berkerut tak mengerti. Menatap Kay.
“Indah,” ucap Kay singkat dengan terkembang.
Chelsea mendengus merotasi mata jengah. Kay selalu saja menggodanya.
“Dan aku suka. Kita juga akan prewed di sini," goda Kay mengerlingkan mata membuat Chelsea semakin kesal saja.
“Jangan mimpi,” balas Chelsea kemudian beranjak pergi.
“Sea!” panggil Kay.
Kedua sudut bibir Kay tertarik menatap kepergian Chelsea yang lagi-lagi kesal padanya.
****
Jika Kay menghabiskan akhir pekannya dengan ikut melihat proses preweding adiknya bersama tiga sahabat itu. Berbeda dengan Milan.
Sudah seharian Milan uring-uringan di dalam kamar. Perasaannya resah. Entah kenapa bayangan dua sahabat yang ia lihat dari balkon kamar terus terkenang. Bagaimana Nara dengan sahabatnya tertawa riang bersama di depan pintu gerbang, terus berputar di kepala. Apalagi melihat lelaki itu sangat perhatian pada si culun saat memakaikannya helm membuat hatinya bergejolak.
Rona merah menghiasi langit senja telah menghilang, pemuda tampan ini duduk di balkon menanti kedatangan Nara. Hingga pelayan menghampiri.
“Tuan makan malam telah siap. Anda telah di tunggu oleh nyonya,” ucap pelayan itu.
“Baiklah.”
Milan meninggalkan balkon untuk menyantap makan malam.
Setelah santap malam, Milan menekuri laptopnya, mengecek laporan yang masuk. Nara baru saja masuk ke dalam kamar.
Milan hanya diam memperhatikan gerak-gerik si culun. Saat berada di dalam kamar.
Nara telah membersihkan diri dan bersiap untuk terlelap. Seperti biasa dia telah berada di sofa.
Dret ... Dret ...
Getar ponsel Nara dari meja terdengar, Gadis berkacamata ini pun menahan tubuhnya untuk berbaring. Ia pun meraih ponselnya.
"Iya, Vin,” ucap Nara.
Mendengar nama pemuda yang tadi pagi menjemput si culun membuat Milan menatap Nara lekat, mencoba mencuri dengar. Perhatian dari laptop teralihkan sejenak.
“Ada apa?”
“Besok kamu liburkan. Kita jalan-jalan ke mall,” ajak Vino
“Jalan-jalan.” Suara Nara terdengar senang. “Iya, kebetulan aku juga ingin membeli alat make up yang baik untuk pernikahan Dinda.”
Milan gelagapan pemuda itu mengajak jalan-jalan, si culun mengiyakan.
“Yang nikah kan anak pejabat, aku ingin membeli pakaian baru,” ucap Vino.
“Aku juga Vin, kita coupelan.”
“Ya. Aku yang bayarin.”
Milan memutar bola mata malas. “Coupel. dasar norak.”
“Okey, besok jemput aku, kita jalan-jalan.”
Panggilan terputus, Nara menatap layar ponselnya dengan senyuman lalu kembali meletakkannya di meja. Ia pun berbaring setelahnya, sudah tak sabar menyambut hari esok yaitu jalan-jalan dengan Vino sahabatnya.
Milan mendesah kasar setelah mendengar pembicaraan Nara dengan Vino. Hatinya menjadi gelisah.
Malam telah larut, Nara telah masuk ke alam mimpi. sementara di ranjang king size yang nyaman Milan belum juga terlelap.
“Okey, besok jemput aku, kita jalan-jalan.”
Suara riang si culun yang menerima telepon dari Vino terus terkenang di kepalanya. Bak menghantui hingga membuatnya sulit terlelap.
“Ah culun! Kenapa juga harus peduli dengan jalan-jalanmu itu,” decak Milan mencengkeram selimutnya.
***
Pagi menyambut Milan berada di kantor, termenung dengan menopang dagu. Lensa matanya mengarah pada jam digital yang berada di meja kerja.
“Dia pasti sedang bersenang-senang dengan lelaki itu,” decak Milan hatinya kembali panas mengingat pembicaraan Nara di telepon.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Milan. Menatap sesosok lelaki yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
Lelaki bernama Mark itu mendekat menundukkan kepala tanda hormat.
“Apa yang kalian dapatkan” tanya Milan tak sabar.
"Belum ada tuan,” jawabnya.
Milan menghela napas berat. Mark adalah lelaki yang Milan perintah untuk menyelidiki di mana keberadaan Zeline. Hingga detik ini Milan masih terus mencari Zeline. Hatinya masih tak mengerti mengapa begitu mudahnya Zeline membatalkan pernikahan ini, padahal mereka telah merajut cinta lama.
“Ini sudah berbulan-bulan!” hardik Milan.
“Maaf tuan, sulit mencarinya jejaknya, bahkan rekaman semua cctv telah hilang, data ke berangkatnya pun tak bisa kami dapatkan,” jelas Mark.
“Bagaimana bisa?”
“Saya rasa ada orang yang memiliki kuasa di balik hilangnya nona Zeline, dia sudah merencanakan semuanya rapi, ” tambah Mark.
“Orang berkuasa?” ulang Milan.
“Iya tuan.”
Milan terdiam bertanya-tanya, siapa orang yang mengatur itu?
nguras emosi
Alhamdulillah
harusnya nunggu dijemput dari jerman biar kelihatan kesungguhan Milan
dan harusnya Nara nyuruh Milan ngejar Zeline
kenapa gak dijodohin aja Vino dgn Nana Thor
kemabilah Nara setelah sukses dan Nana pulih total dari oplas wajahnya dan kau punya modal utk buka usaha agar hinaan padamu berkurang dan bisa mengembalikan uang Vino yg kalian pakai