Di Klan Xiao, nama Xiao Chen adalah sinonim dari kegagalan. Pernah menjadi jenius, kultivasinya tertahan di Lapisan ke-3 Ranah Kondensasi Qi selama empat tahun. Dia menjadi aib, dihina oleh sepupunya, Xiao Long (seorang jenius di Lapisan ke-14), dan pertunangannya dengan Su Qingyue (seorang ahli muda di Ranah Pembangunan Fondasi) dibatalkan secara publik.
Di ambang keputusasaan, dia membangkitkan roh Kaisar Alkemis kuno, Yao Huang, dan mempelajari kebenaran tentang fisiknya yang legendaris. Dibimbing oleh Yao Huang, Xiao Chen bangkit dari keterpurukan. Perjalanannya membawanya ke dalam konflik dengan faksi-faksi kuat, membentuk aliansi tak terduga dengan Lin Zihan dari Paviliun Harta Karun, dan akhirnya menaklukkan panggung yang lebih besar.
Setelah melalui berbagai pertarungan hidup dan mati, dari arena turnamen hingga belantara liar Pegunungan Binatang Jatuh, Xiao Chen terus menempa dirinya. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keterampilan alkimia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Kaisar dalam Manik-Manik
Malam menyelimuti kompleks Klan Xiao dengan selubung kegelapan yang pekat. Bulan sabit yang pucat bersembunyi di balik awan tebal, seolah enggan menampakkan sinarnya pada dunia. Di halaman kecil yang paling terpencil dan terlupakan, suasananya terasa lebih menekan. Rumput liar tumbuh tak terurus di sela-sela bebatuan, dan sebuah meja kayu yang lapuk tergeletak miring di sudut.
Di tengah halaman itu, Xiao Chen duduk bersila di atas sebuah batu besar yang dingin. Wajahnya pucat, matanya yang biasanya memancarkan keteguhan kini kosong, menatap kegelapan tanpa fokus. Penghinaan yang terjadi di siang hari terus berputar di benaknya seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan.
Wajah dingin Su Qingyue. Senyum mengejek Xiao Long. Tatapan kasihan dan cemoohan dari klannya sendiri. Semuanya terukir jelas, membakar jiwanya. Sumpah tiga tahun yang ia ucapkan dalam amarah kini terasa seperti lelucon pahit. Dengan dantian-nya yang bocor, apa yang bisa ia capai dalam tiga tahun? Apa yang bisa ia lakukan untuk mengubah takdirnya?
"Apakah langit benar-benar ingin aku menjadi sampah seumur hidup?" bisiknya pada angin malam, suaranya serak menahan kepedihan. Rasa putus asa yang dingin dan berat menyelimuti hatinya, lebih dingin dari batu yang ia duduki. Ini adalah titik terendahnya.
BUKK!
Dia meninju batu di bawahnya dengan sisa tenaga yang ia miliki. Rasa sakit yang tajam menjalar di lengannya saat kulit di buku-buku jarinya robek dan darah segar kembali mengalir. Darah itu menetes ke bawah, jatuh tepat di atas manik-manik hitam di dadanya.
Pada saat itu, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi.
WENGGGGG!
Manik-manik hitam yang selama ini diam seperti batu mati tiba-tiba bergetar hebat. Ia melepaskan cahaya hitam pekat yang bukan menyinari, melainkan menelan semua cahaya di sekitarnya. Sebuah kekuatan isap yang dahsyat dan tak tertahankan muncul dari manik-manik itu, menarik kesadaran Xiao Chen ke dalam pusaran kegelapan.
"Apa yang terjadi?!"
Xiao Chen bahkan tidak sempat berteriak. Pandangannya menjadi hitam, dan ia merasa seolah-olah jiwanya ditarik keluar dari tubuhnya.
Ketika ia bisa merasakan dirinya kembali, ia tidak lagi berada di halamannya yang kumuh. Ia melayang di tengah ruang hampa yang tak berujung. Di sekelilingnya ada kegelapan total, tetapi di kejauhan tampak titik-titik cahaya redup seperti bintang-bintang di galaksi yang jauh. Tempat ini terasa kuno, luas, dan sunyi.
Di hadapannya, partikel-partikel cahaya mulai berkumpul, perlahan membentuk sosok transparan seorang pria tua yang mengenakan jubah alkemis kuno. Wajahnya penuh keriput, tetapi matanya bersinar dengan kebijaksanaan yang seolah telah menyaksikan pasang surut zaman. Aura yang dipancarkannya begitu agung dan tak terbatas, membuat jiwa Xiao Chen gemetar. Di hadapannya, ia merasa sekecil sebutir debu di alam semesta.
"Si-siapa Anda? Di mana ini?" tanya Xiao Chen, berusaha menekan rasa takutnya dan tetap waspada.
Pria tua itu tersenyum tipis, sebuah senyuman yang sepertinya mengandung ribuan tahun kesepian. "Sudah tiga ribu tahun... akhirnya ada setetes darah dengan keengganan yang begitu murni untuk membangunkanku dari tidur panjangku. Bocah, kau bisa memanggilku Yao Huang."
Xiao Chen terkesiap, matanya melebar tak percaya. "Yao Huang... Maksud Anda... Yao Huang sang Kaisar Alkemis dari Era Kuno?" Nama itu adalah legenda, sebuah mitos dari teks-teks sejarah paling kuno, seorang ahli yang konon bisa menciptakan pil yang membangkitkan orang mati dan menantang para dewa.
"Sepertinya namaku belum sepenuhnya terkikis oleh waktu," kata Yao Huang dengan nada nostalgia. "Dan tempat ini adalah dunia spiritual di dalam artefak dewa yang kau kenakan, Cincin Kekacauan."
Xiao Chen menunduk, tetapi yang ia lihat hanyalah tubuh spiritualnya sendiri. Manik-manik itu... adalah sebuah artefak dewa?
Yao Huang menatap Xiao Chen dengan tatapan tajam yang seolah menembus semua rahasianya. "Aku merasakan keputusasaan dan amarah yang luar biasa darimu. Kau berpikir jalan kultivasimu telah berakhir karena dantian-mu yang bocor, bukan?"
Xiao Chen mengepalkan tinjunya. "Benar. Aku ditakdirkan menjadi sampah."
"Sampah?" Yao Huang tertawa pelan, tawanya menggema di ruang hampa itu. "Bocah, orang-orang bodoh di duniamu sama sekali tidak mengerti. Dantian-mu tidak bocor. Ia tidak cacat. Justru sebaliknya, kau memiliki salah satu dari sepuluh Fisik Ilahi paling legendaris yang pernah ada: Tubuh Kekacauan Primordial!"
Dunia Xiao Chen seakan dijungkirbalikkan. "Tubuh... Kekacauan... Primordial?"
"Benar," Yao Huang menjelaskan dengan sabar. "Fisik ini mampu menyerap, memurnikan, dan mengasimilasi semua jenis energi di alam semesta. Alasan mengapa kau tidak bisa menyimpan Qi biasa adalah karena fisikmu secara naluriah menolaknya! Baginya, Qi di duniamu terlalu kotor dan tidak murni. Dantian-mu tidak bocor, ia hanya menolak untuk diisi dengan sampah."
Harapan! Untuk pertama kalinya dalam empat tahun yang panjang dan menyakitkan, secercah harapan yang begitu menyilaukan muncul di jurang keputusasaan hati Xiao Chen. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Fisikmu selama ini dalam keadaan dorman, menunggu energi yang cukup murni atau metode kultivasi yang tepat untuk membangkitkannya," lanjut Yao Huang. "Darahmu, yang bercampur dengan tekad pantang menyerah saat kau mengucapkan sumpah itu, telah menjadi kunci terakhir. Ia membangunkanku, dan aku akan membantumu membangkitkan potensimu."
"Senior..." suara Xiao Chen bergetar, "bisakah... bisakah Anda benar-benar menolongku?"
Yao Huang mengangguk. "Tentu saja. Aku adalah seutas roh yang tersisa. Musuh bebuyutanku menghancurkan tubuhku ribuan tahun lalu, dan aku menyegel diriku di dalam Cincin Kekacauan ini, menunggu seorang pewaris. Dan pewaris itu adalah kau. Aku akan mewariskanmu teknik kultivasi yang kuciptakan sepanjang hidupku, sebuah metode tingkat dewa yang dirancang khusus untuk fisik sepertimu. Namanya adalah Sutra Hati Naga Langit."
Sebelum Xiao Chen bisa menjawab, Yao Huang mengangkat jarinya. Seberkas cahaya keemasan melesat dari ujung jarinya dan menyentuh dahi Xiao Chen.
BOOM!
Sebuah gelombang informasi yang tak terbayangkan membanjiri pikiran Xiao Chen. Teks-teks kuno, diagram meridian yang rumit, dan pemahaman mendalam tentang Dao Agung mengukir diri mereka langsung ke dalam jiwanya. Metode kultivasi ini seribu kali lebih mendalam dan misterius dibandingkan teknik paling berharga di Klan Xiao.
Ketika gelombang informasi itu mereda, kesadaran Xiao Chen ditarik kembali keluar dari Cincin Kekacauan.
Dia membuka matanya. Dia masih duduk di atas batu yang sama, di halamannya yang sama, di bawah langit malam yang sama. Tapi dunia terasa berbeda. Udara yang ia hirup seolah mengandung energi yang bisa ia sentuh. Daun yang jatuh dari pohon seolah bergerak dalam gerakan lambat. Indranya menjadi ribuan kali lebih tajam.
Keputusasaan di matanya telah lenyap, digantikan oleh kobaran api yang membara sepanas matahari.
Dia tidak membuang waktu. Dia langsung duduk bersila, menutup matanya, dan mulai mengikuti instruksi pertama dari Sutra Hati Naga Langit. Dia tidak mencoba menyerap Qi secara membabi buta. Sebaliknya, ia membentuk segel tangan yang aneh dan mulai mengedarkan napasnya sesuai dengan ritme yang diajarkan sutra itu.
Qi dari langit dan bumi di sekitarnya perlahan tertarik ke arahnya. Kali ini, Qi itu tidak langsung menuju dantian-nya. Ia ditarik ke dalam jalur meridian unik yang baru ia sadari keberadaannya, berputar sembilan kali, dan setiap putaran memurnikannya, membuang kotorannya, dan memadatkannya.
Ketika seutas Qi yang telah dimurnikan dengan sempurna, bersinar seperti kristal cair, akhirnya tiba di dantian-nya, sesuatu yang ajaib terjadi.
Qi itu tidak bocor.
Ia menetap dengan tenang, berputar perlahan di pusat dantian-nya, seolah seekor naga yang baru lahir telah menemukan sarangnya.
Meskipun hanya seutas kecil, Xiao Chen bisa merasakan kekuatan yang terkandung di dalamnya jauh melampaui semua Qi yang pernah ia kumpulkan selama empat tahun terakhir.
Xiao Chen membuka matanya. Sebuah kilatan tajam melintas di dalamnya.
"Su Qingyue, Sekte Pedang Giok... Xiao Long..." bisiknya pada malam yang sunyi.
"Tunggu aku. Tiga tahun... tidak, aku tidak butuh tiga tahun. Permainan ini baru saja dimulai, dan kali ini, aku yang akan menulis aturannya."