Istri Tak Dihargai

...Mau Bikin Cerita Yang Lebih Panjang Tapi Gak Ada Yang VOTE Nih🥺...

...Segini Dulu Aja Ya...

...YO VOTE YO...

...***...

"Sayang bagaimana jika kita pergi liburan?" Ucap Albert yang kini tengah menikmati senja di balkon bersama Dara.

"Liburan?"

"Iya, kita nikmati waktu berdua kita. Aku juga butuh refresing dari kegiatan kantorku"

Dara menyesap minuman yang ia bawa tadi sembari mencerna kata kata yang Albert ucapkan.

"Memangnya kita mau liburan kemana?" Sambil menatap wajah Albert di sampingnya.

"Mmm.... Bagaimana jika kita liburan ke Paris?"

"Paris??!!"

Dara terperangah, dirinya tidak percaya jika Albert mengajaknya untuk liburan ke luar negeri.

Seumur hidupnya ia tidak pernah pergi ke luar negeri, berkhayal pun rasanya Dara tak berani apalagi sampai kepikiran untuk pergi ke sana.

"Maksudmu Paris Perancis?" Tanya Dara yang menyakinkan lagi jika pendengarannya tidak salah.

"Iya"

Kali ini Dara benar-benar yakin jika telinganya memang masih berfungsi dengan baik.

Entah Dara harus mengekspresikan nya bagaimana, yang jelas dirinya masih belum percaya jika Dara sungguh ditawari liburan ke negara romantis tersebut.

Albert menatap Dara yang tidak merespon apa apa, ekspresi wanita itu terlihat biasa saja bahkan seperti tidak bersemangat.

"Sayang apa kau tidak mau berlibur kesana? Jika tidak kita bisa pergi ke tempat lain. Katakan saja tempat apa yang ingin kau kunjungi"

"Tidak Al, bukan begitu maksudku. Aku hanya tidak menyangka saja, seumur hidupku aku belum pernah pergi ke luar negeri, berkhayal pun rasanya aku tidak pernah" Jelas Dara pada Albert.

Albert terkekeh mendengar penuturan gadis yang sedang bersamanya ini, rasanya Dara seperti tidak punya tujuan dalam hidupnya.

"Tidak ada yang tidak mungkin sayang, bahkan keliling dunia pun kau bisa jika bersamaku. Tapi kau tau aku tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar liburan, maka dari itu aku hanya bisa mengajakmu ke satu tempat saja"

Dara tersenyum haru mendengarnya, Albert selalu memperlakukannya dengan baik bahkan sangat baik Dara rasakan.

"Tidak apa al, aku akan ikut kemana pun itu"

Hati Albert merasa meleleh dengan kata-kata itu, ia seperti punya teman hidup yang akan selalu mendampingi hari hari suramnya.

Semenjak kedua orang tuanya bercerai Albert seakan selalu dikelilingi oleh kesepian.

Walaupun ia dibebaskan untuk melakukan apapun tetapi itu justru membuat Albert seakan tidak dipedulikan lagi hingga ia masuk kedalam kehidupan gelap dan sering meniduri berbagai wanita di sebuah club.

Lalu hidupnya ditemani oleh pekerjaan yang membuatnya kini bisa membangun perusahaan-perusahaan di seluruh Asia.

Tetapi kini ia seperti punya kehidupan baru yang membuatnya mempunyai tujuan tujuan indah yang telah ia rencanakan.

Tentunya bersama wanita disisinya ini.

Mereka pun terdiam dengan pikiran nya masing masing, menatap pemandangan kota dari atas sini.

"Sayang aku ingin bertanya sesuatu padamu, tapi aku harap kau jangan tersinggung dengan pertanyaan ku"

"Iya al bicaralah" Ujar Dara yang mempersilahkan Albert untuk bertanya.

"Berapa lama kau tinggal di panti?"

"Sejak aku masih bayi" Jawab Dara dengan jujur.

"Maaf jika aku lancang, apa orang tuamu meninggal?"

Dara menatap kosong kedepan, ia juga sebenarnya tidak tau pasti tentang kebenaran yang ada.

"Kata Ibu panti saat dulu aku masih bayi aku dibawa oleh seorang perempuan yang mengaku sebagai tetangga orang tuaku, perempuan itu bilang jika dia dan para tetangga menemukan kedua orang tua ku sudah tak bernyawa dengan luka tembak di sekujur tubuhnya. Lalu perempuan itu menemukan ku yang masih berumur sekitar satu minggu dikamar lantai atas, setelah itu perempuan itu membawa ku ke sebuah panti dimana aku tumbuh sampai sekarang. Hanya itu yang aku tau" Jelas Dara dengan suara yang sedikit bergetar seperti ingin menangis.

"Kau sudah pernah pergi ke makam orang tuamu?"

"Belum, setelah perempuan itu membawaku ke panti dia tidak memberi tahu apa apa tentang makam kedua orang tua ku atau dimana dulu aku tinggal. Semua kabar tentang siapa diriku hilang begitu saja"

Albert menatap pedih lalu menggenggam tangan Dara berusaha memberinya kekuatan, Albert kini tau bahwa ada orang yang kehidupannya lebih pedih dari dirinya.

Dirinya masih bisa melihat kedua orang tuanya walau mereka sudah berpisah, berbeda dengan dara yang sedari kecil tidak pernah melihat bagaimana bentuk serta wujud Ibu dan Ayah-nya.

"Aku tidak apa apa Al, percayalah" Dara tersenyum pada Albert, ia seakan tau jika Albert merasa kasihan pada dirinya.

"Aku tau kau wanita yang kuat. Sekarang jangan ada air mata lagi, ayo kita hadapi ini bersama sama"

"Kau benar, lagipula bukankah kita akan liburan ke Paris?" Tanya Dara yang mengalihkan pembicaraan sedih mereka.

"Jadi kau sungguh ingin pergi kesana sayang?" Goda Albert.

"Bukankah kau yang menariwari aku untuk berlibur kesana?" Merasa sedikit kesal karna Albert sengaja menggoda dirinya.

"Hahaha.... Maaf maaf, kau tenang saja aku akan atur waktunya dalam waktu dekat ini"

"Oke, terserah kau saja"

"Tapi kau itu tidak gratis, kau harus membayarnya" Ucap Albert yang langsung membuat Dara melotot seketika.

"Tapi aku tidak punya uang"

"Eitss...Bukan dengan uang" Ujar Albert.

"Lalu dengan apa?"

"Cium aku sampai aku puas" Dengan seringai licik disudut bibir pria itu.

"Tidak mau" Tolak dara dengan lantangnya.

Kini giliran Albert yang melotot, ia dibuat kaget karna dara menolak untuk menciumnya.

"Ow... Kau sudah berani membantah ya"

Albert berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah Dara. Dan....

...***...

...HALLO KESAYANGAN MAMIE SEMUA 😃...

...MAKIN PENASARAN GAK NIH SAMA KELANJUTAN CERITANYA? 🤔...

...KALAU PENASARAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN JADIKAN KARYA INI MASUK DAFTAR RANGKING YA GUYS 🏆...

...SARANGHAEYO 😘😍...