21+
Pernikahan yang dianggapnya sempurna telah ternoda dengan pengkhianatan , membuat Yuda seakan mati rasa dan tak percaya lagi dengan yang namanya cinta .
Tapi ...demi sang buah hati yang begitu merindukan sosok seorang ibu , ia rela melakukan apapun , bahkan untuk membuat perjanjian pernikahan dengan seorang wanita yang baru dikenalnya .
Apa ia bisa menerima orang yang baru dikenalnya untuk menjadi ibu baru anaknya ?
Atau ia akan mempertahankan cintanya hanya untuk seseorang yang pernah sangat menyakitinya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon difadipho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Romantic Cafe ...
Hampir 10 menit disini ...Arya menikmati ice coffelatte nya sambil sesekali melihat pesan masuk di ponselnya .
Tidak ada pesan masuk dari Luna juga .
Memang tadi ia hanya menghubungi pagi sebelum ke kantor dan memberi tahukan tempat ini saja .
" Maaf Pak saya telat ."
Arya mendongak . Luna sudah berdiri di depannya .
" Ah iya ...duduk ."
Luna duduk di depannya , lalu Arya memanggil waiters dan Luna minta pesanan yang sama dengannya .
" Bapak sudah lama ?" Tanya Luna lagi .
Arya menggeleng . " Baru 10 menitan . "
Tak lama , pesanannya datang .
" Kamu minum dulu aja . "
" Makasih Pak ." Luna hanya meminumnya sedikit .
" Jadi gimana ?" Arya menyandarkan punggungnya di kursi sambil menyilangkan kakinya .
" Saya sudah bicara sama Mama ."
Arya mengangguk . " Terus ..."
Luna menatapnya ." Mama menyerahkan semua keputusan pada saya ."
Arya menurunkan kakinya dan ia memajukan badannya , sehingga mereka berhadapan dalam jarak yang cukup dekat saat ini .
" Jadi keputusan kamu ...?"
Luna mengangguk .
" Maksudnya ?" Tanya Arya lagi . Masih dengan terus menatapnya .
" Iya saya mau ."
" Kamu serius ?" Lagi-lagi Arya mengulang pertanyaan , sambil sedikit mendekatkan badan nya dan membuat mereka berhadapan semakin dekat , Luna sedikit gemetaran .
" Iya Pak ."
Arya mengangguk , lalu memundurkan badannya . Rupanya ia sadar posisinya sekarang membuat Luna sedikit tidak nyaman .
" Kamu sudah benar-benar yakin ?"
" Iya Pak ." Jawabnya tegas .
Untuk beberapa saat mereka diam dan menikmati minuman masing-masing .
" Tapi kamu nggak keberatan kan kalau saya membuat perjanjian tertulis , untuk ke depannya biar tidak ada masalah ."
Luna menarik nafas panjang . Yah ...ini hanya sebuah perjanjian pernikahan . Mungkin bisa dibilang bukan pernikahan sesungguhnya . Hanya tuntutan sebuah pekerjaan .
" Iya Pak ."
Arya mengambil map yang ada dikursi sampingnya . Mengeluarkan selembar kertas di dalamnya .
" Ini hanya contoh isi surat kontrak kita nanti , bisa kamu baca dulu ..ini hanya berlaku untuk 1 tahun ."
Luna mengambil dari tangannya dan mulai membaca .
" Nanti kita sama-sama tanda tangan disana , setelah kita resmi menikah ."
Luna menatapnya sebentar , lalu kembali sibuk membaca kertas ditangannya .
Sebenarnya tidak terlalu memberatkan .
Poin intinya hanya mewajibkannya menomor satukan kepentingan Sasa dan keluarganya .
Poin berikutnya yang membuatnya tercengang .
Tak ada kewajiban apapun yang harus dilakukan untuk suaminya .
Begitupun sebaliknya ..
Ia pun tak berhak meminta nafkah sebagai suami istri seutuhnya .
Iya ...mereka hanya suami istri di atas kertas , bukan sebenarnya .
Dari awal pun memang sudah dijelaskan , pernikahan ini hanya untuk kebahagiaan Sasa dan disini ia memang akan menikah . Tetapi kewajibannya bukan sebagai istri , melainkan ibu buat Sasa , itu saja .
Arya masih terus menatapnya dan melihat perubahan raut wajahnya saat membaca surat kontrak pernikahan mereka nantinya .
Sementara di rumah ...
Widya selesai melayani pembeli dan sudah sepi karena sudah lewat jam makan siang sekarang .
Ia membersihkan meja dengan lap ketika sebuah motor masuk teras rumahnya .
Ia hanya menduga itu pelanggan warung , karena pengemudinya mengenakan helm teropong .
Setelah memarkir motornya , laki-laki itu turun dan melepaskan helm .
Sesaat Widya tersentak melihat siapa yang datang .
" Siang tante ." Sapanya . Berjalan mendekat dan mengulurkan tangan , tapi tak ada balasan disana .
Ia menurunkan tangannya lagi .
" Mau apa kamu kesini ?" Tanya Widya ketus .
Dimas terbahak , merasa menang . Dengan susah payah akhirnya ia bisa menemukan alamat rumah ini .
Tanpa dipersilahkan , ia duduk dikursi panjang .
Widya tetap berdiri di sampingnya , dengan wajah kesal .
" Tante ...aku kemarin bertemu dengan Luna .."
Widya sama sekali tak merespon dan hanya terus menatapnya .
" Bersama seorang wanita ...dia bilang kalau Luna menantunya , apa benar Luna sudah menikah ?"
Widya diam , dalam hati menduga ...mereka bertemu saat Luna bersama Bu Karina dan apa benar kalau Bu Karina yang bilang kalau Luna itu menantunya ...?
" Ya ." Jawab Widya singkat .
Mungkin lebih baik bilang begitu , agar Dimas berhenti mengganggu hidup Luna lagi .
Dimas memicingkan matanya ." Tante nggak bohong ?" Selidiknya .
Widya menatapnya tajam ." Buat apa saya membohongi kamu ..." jawabnya tegas .
" Memang dia menikah dengan siapa ?" Tanya Dimas lagi .
" Bukan urusan kamu !"
" Tante ...aku kembali kesini hanya mau menunjukkan sesuatu ..."
Widya lagi-lagi hanya diam .
" Apa dia menikah dengan orang kampung disini ?" Tanyanya terus .
Widya melengos .
" Aku sudah punya rumah besar dan tabungan yang cukup , pastinya itu bisa untuk memenuhi kebutuhan Luna kalau dia mau kembali , aku siap menikahinya ."
Widya melotot , sama sekali tak menyangka Dimas bicara seperti itu . " Kamu pikir Luna itu matre ...!" Sentaknya .
Dimas terbahak . "Tante ...mana ada wanita di dunia ini yang nggak matre ."
" Maaf ..sekali lagi saya tegaskan , Luna sudah menikah dan kamu tolong jangan mengganggunya lagi ."
" Aku hanya mau membuat penawaran tante ..." jawabnya santai , sambil menyilangkan kakinya . " Karena aku yakin lebih bisa membahagiakan Luna ketimbang suaminya ."
" Cukup !!" Sentak Widya , kali ini lebih mendekat ." Jangan pernah ganggu anak saya lagi ..sebaiknya kamu pergi sekarang , atau saya panggilkan orang kampung biar mengusir kamu ..!!" Sentak Widya , kali ini tak bisa lagi menyembunyikan amarahnya .
" Tenang ..iya aku akan pergi dari sini ." Jawabnya masih santai , seolah tidak terjadi apa-apa . Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya .
" Ini kartu nama aku , tolong Tante simpan . " Ucapnya dengan wajah sangat percaya diri ." Kalau Luna berubah pikiran , bisa hubungi nomor disitu ...karena aku yakin lebih bisa memberikan apapun daripada suaminya ." Pungkasnya , lalu berdiri dan berjalan keluar , tanpa berpamitan .
Widya hanya menggelengkan kepala , masih tak habis pikir dengannya .
Setelah Dimas pergi , ia berjalan masuk ..tanpa melihat ataupun berniat mengambil kartu nama yang diletakkan di meja .