Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Gegana (Gelisah, Galau, Merana)
1 bulan kemudian....
Cinta dan Reynold saat ini menjalani kehidupan masing-masing. Cinta dengan profesi dokternya dan Reynold yang sebagai Abdi negara. Keduanya masih saling mengingat satu sama lain tapi mereka tidak berani mengakui jika diantara keduanya sudah tumbuh perasaan suka satu sama lain.
Cinta saat ini sedang melamun di dalam ruangannya. "Aku yakin, jika waktu aku mau operasi aku mendengar suara Kapten Reynold tapi rasanya tidak mungkin jika dia datang ke Singapura untuk menemaniku. Ya, Allah kenapa khayalanku ke mana-mana," gumam Cinta sembari menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri.
"Hayo lagi ngapain geleng-geleng kepala kaya gitu?" goda Hugo yang langsung masuk ke dalam ruangan Cinta.
"Ckckck, kebiasaan sekali tidak ketuk pintu dulu," kesal Cinta.
"Yaelah, gitu aja ngambek," goda Hugo.
"Hugo, aku penasaran banget memang waktu aku di operasi gak ada Kapten Reynold di sana?" tanya Cinta dengan memajukan tubuhnya mendekat ke arah Hugo.
Hugo mendorong kening Cinta dengan jari telunjuknya untuk menjauh darinya. "Harus ya, bertanya sedekat itu," ledek Hugo.
"Ayo jawab saja jangan banyak basa-basi," kesal Cinta.
"Apaan sih, yang ditanya setiap hari kenapa itu-itu saja? Jangan-jangan kamu suka ya, sama Kapten Reynold?" goda Hugo cekikikan.
"Ish.. ish.. ish.. aku cuma penasaran saja soalnya waktu itu aku merasa jika ada suara Kapten bicara sama aku. Kamu sama Lucy tinggal jawab ada atau tidak ada, gitu aja repot kenapa mesti banyak ngeles sih," kesal Cinta.
"Ngeles apaan, memangnya kamu berharap jika Kapten Reynold ada di sana?" tanya Hugo.
Cinta terdiam dan gelagapan. "Sudah ah, aku ada pasien operasi," ucap Cinta sembari bangkit dari duduknya.
"Cie... wajahnya merah," goda Hugo.
"Ih, apaan sih."
Cinta segera keluar dari ruangannya, tapi Hugo terus saja mengikuti Cinta dan menggodanya. "Sudah sana kerja, jangan ikutin aku," kesal Cinta.
"Ayo ngaku, kamu suka 'kan sama Kapten Reynold." Hugo terus saja menggoda Cinta membuat Cinta semakin malu.
"Woi, kalian mau ke mana?" tanya Lucy yang baru saja keluar dari ruangan pasien.
"Lucy, tolong kamu suntik bius dia biar mulutnya bisa diam," kesal Cinta.
"Memangnya kenapa?" tanya Lucy.
Baru saja Cinta mau menjawab, tiba-tiba Alan memanggilnya. "Cinta, kamu ke ruangan Papi sebentar," seru Papi Alan.
"Ok, Pi."
Cinta pun dengan cepat pergi mengikuti langkah Papinya. "Ada apa, Pi?" tanya Cinta pada saat masuk ke dalam ruangan Papinya.
"Loh, bukanya tadi Mami bilang kamu yang ingin bicara sama Papi tapi Papinya tadi berangkat duluan karena ada pertemuan dengan pemimpin rumah sakit lain," ucap Papi Alan.
"Begini Pi, Cinta ingin minta sesuatu hal sama Papi," ucap Cinta.
"Apa sayang?"
"Boleh tidak jika Cinta kembali ke kampung Asoka? Cinta ingin mengabdikan diri di sana, banyak hal yang ingin Cinta benahi di kampung itu. Listrik, air, sekolah, semuanya serba terbatas, Cinta ingin menolong orang-orang yang ada di kampung itu setidaknya dalam hidup Cinta ada sesuatu yang Cinta lakukan dan berguna untuk orang lain," pinta Cinta.
"Tapi Cinta, di sana jauh dari mana-mana, memangnya kamu bisa bertahan di sana?" tanya Papi Alan merasa khawatir.
"Insya Allah Cinta bisa bertahan di sana. Papi dan Mami juga tidak usah khawatir karena sebulan sekali Cinta usahakan untuk pulang ke Jakarta," sahut Cinta.
Alan berpikir sejenak, dia tahu jika sifat anaknya itu sangat keras dan bagaimana pun Cinta tidak akan bisa dilarang. "Tapi kalau kamu sendirian, Papi tidak mengizinkan kecuali kalau kamu sama teman-teman yang lainnya," ucap Papi Alan.
"Lucy sama Hugo saja, Pi," sahut Cinta nyengir.
Sudah Alan duga, ketiganya memang tidak bisa dipisahkan. "Terserah kamu saja, yang penting kamu bisa jaga diri kamu dan selalu berhati-hati," ucap Papi Alan.
"Tenang Pi, di sana masih banyak Tentara yang jaga kok karena itu 'kan daerah perbatasan jadi masalah keselamatan Papi jangan terlalu khawatir," sahut Cinta.
Alan hanya mengangguk-anggukan kepala saja, Cinta bangkit dari duduknya dan memeluk Papinya itu. "Terima kasih, Papi," ucap Cinta.
"Semoga di sana kamu dapat jodoh, kamu itu sudah dewasa dan sudah saatnya menikah lalu punya anak bukannya manja dan masih kaya anak kecil seperti ini," goda Papi Alan.
"Ih, Papi apaan sih," sahut Cinta malu-malu.
Setelah bertemu dengan Papinya, Cinta pun mengajak Lucy dan Hugo ke ruangannya. Cinta dengan semangat memberitahukan mengenai rencananya dan seketika membuat Lucy dan Hugo terkejut.
"What? kamu gila, Cinta," teriak Lucy.
"Kalau gila, aku gak bakalan jadi dokter," sahut Cinta.
"Cintaku yang cantik dan baik hati, lebih baik kita bekerja di sini saja. Di sini 'kan enak, mau makan tinggal gofood, mau jalan-jalan tinggal ke Mall, mau nongkrong pun tinggal pergi. Sedangkan di sana, jangankan mau hiburan, mau makan saja susah," seru Hugo.
"Justru itu, aku mengajak kalian untuk mengabdikan diri di sana membantu warga di sana, pahalanya berlipat ganda loh," ucap Cinta.
"Bukan masalah pahalanya Cinta, tapi----" Lucy menggantung ucapannya.
"Ya, sudah kalau kalian tidak mau, aku pergi sendiri saja," sahut Cinta.
Lucy menghembuskan napasnya kasar. "Sebenarnya kita bukanya tidak mau tapi kita trauma dengan kejadian tempo hari, iya 'kan Go?" seru Lucy sembari menoleh ke arah Hugo.
Hugo menganggukkan kepalanya. "Semuanya sudah berlalu dan di sana sekarang sudah aman tidak akan ada lagi yang memberontak bahkan sekarang status pulau itu sudah termasuk zona aman," sahut Cinta.
Lucy dan Hugo saling pandang satu sama lain, Cinta menghampiri keduanya lalu merangkul mereka. "Kita tidak selamanya tinggal di sana, hanya untuk sementara waktu saja. Mau ya, temani aku," bujuk Cinta.
"Ah, pasrah sudah kalau sudah begini," sahut Hugo lemas.
Cinta hanya bisa terkekeh, dia sudah tahu jika kedua sahabatnya itu pasti tidak akan menolak.
Berbeda dengan Cinta, di belahan dunia lainnya Reynold tampak gelisah bahkan dia tidak fokus. "Rey, kamu kenapa? perasaan akhir-akhir ini aku perhatikan kamu gelisah terus," tanya Dean.
"Ah, tidak apa-apa," sahut Reynold sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Reynold pun bangkit dari duduknya, dia berniat pergi tapi selembar kertas jatuh dari dalam map yang dia bawa. Dean segera mengambilnya dan tersenyum kala melihat kertas itu ternyata sebuah lukisan wajah Cinta yang Reynold gambar sendiri.
"Ciee.... sekarang aku tahu kenapa kamu gelisah, kamu rindu ya, sama Cinta?" goda Dean sembari memperlihatkan kertas yang dia pegang.
Reynold melotot, dia ingin mengambil kertas itu tapi Dean malah lari. "Dean, kembalikan!" teriak Reynold.
"Ambil saja kalau bisa," sahut Dean sembari terus berlari.
"Ah, kurang ajar kamu. Aku hukum ya!" teriak Reynold.
"Bodo amat."
Keduanya saling kejar seperti anak kecil membuat anggota tim Reynold tertawa melihat kelakuan ketua tim mereka kejar-kejaran seperti itu.
kalo tentara bukannya tegas dan keras