Ayla Navara, merupakan seorang aktris ternama di Kota Lexus. Kerap kali mengambil peran jahat, membuatnya mendapat julukan "Queen Of Antagonist".
Meski begitu, ia adalah aktris terbersih sepanjang masa. Tidak pernah terlibat kontroversi membuat citranya selalu berada di puncak.
Namun, suatu hari ia harus terlibat skandal dengan salah seorang putra konglomerat Kota Lexus. Sialnya hari ini skandal terungkap, besoknya pria itu ditemukan tewas di apartemen Ayla.
Kakak pria itu, yang bernama Marvelio Prado berjanji akan membalaskan dendam adiknya. Hingga Ayla harus membayar kesalahan yang tidak diperbuatnya dengan nyawanya sendiri.
Namun, nyatanya Ayla tidak mati. Ia tersadar dalam tubuh seorang gadis cantik berumur 18 tahun, gadis yang samar-samar ia ingat sebagai salah satu tokoh antagonis di dalam novel yang pernah ia baca sewaktu bangku kuliah. Namun, nasib gadis itu buruk.
“Karena kau telah memberikanku kesempatan untuk hidup lagi, maka aku akan mengubah takdirmu!” ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
'Tenang, Ayla. Berpura-pura jahat akan membuat Aldric kembali membencimu dan bisa memancing orang yang membuat Alice menderita menunjukkan batang hidungnya.'
.
.
.
Edric menghela napasnya, meski tidak sering bertemu tapi ia dan Aldric memiliki hubungan yang cukup baik dan tidak pernah beradu argumen. Tapi kini karena seorang wanita mereka harus bersaing.
Merasa tidak ada jalan kembali karena telah melabuhkan genderang perang pada sang adik, Edric juga tidak bisa mundur lagi.
Di antara kegamangan yang melanda, tangannya tidak sengaja menyenggol sebuah buku. Buku yang ditinggalkan Nico si playboy.
Sedikit penasaran ia membalik buku itu, terlihat sebuah judul yang tercetak miring di sana, "100 Kiat Mendekati Dia".
Membaca itu membuat Edric memutar bola matanya malas, menurutnya kiat-kiat seperti itu sama sekali tidak berguna.
.
.
.
Hari berlalu, Alice sedang dalam perjalanan ke ruangan Edric. Seperti biasa ia akan membantu pria untuk merawat lukanya di waktu istirahat. Di kejauhan Melysa, kakak sepupunya sedang menatapnya tidak suka.
Setelah di usir ia memang malas berhubungan lagi dengan Alice, namun karena ada gosip yang mengatakan Alice berusaha menggoda dosen mereka membuat Melysa geram.
Ia yang sudah lama masuk ke kampus ini masa kalah dengan bocah yang baru beberapa bulan di sini. Dari awal ia memang menyukai Edric, berbagai upaya sudah ia lakukan agar dekat dengan sang dosen termasuk mengambil mata kuliah yang di ampu oleh Edric.
Namun pria itu tak sekalipun mau melirik padanya. 'Dasar wanita penggoda, gagal menggoda Aldric sekarang mau goda gebetan aku,' gerutunya di dalam hati.
...
Edric baru kembali ke ruangannya setelah mengajar, ia lirik jam yang terpasang di dinding kemudian duduk di kursinya sembari membaca buku.
Ya, buku yang menurutnya tidak berguna akhirnya coba ia baca.
1. Menjaga penampilan agar selalu terlihat keren.
Kiat pertama tercetak tebal di halaman awal, ia kemudian berdiri, merapikan kemeja yang ia pakai kemudian rambut, lalu berkaca dengan kamera ponsel. Konyol memang, bahkan dia sendiri merasa aneh dan geli.
"Aku memang selalu keren," gumamnya dengan narsis sembari memperhatikan wajahnya di kamera ponsel.
Setelah puas menatap diri ia lalu beralih pada halaman kedua.
2. Selain Penampilan, Pastikan Juga Kalau Kamu Selalu Wangi.
Ia pun membaui dirinya, agak apek memang. Maklum lah, namanya kerja dari pagi, apalagi dia mudah keringatan. Segera ia raih tasnya, mencari parfum kesukaannya dengan wangi sisilia.
Ia semprotkan ke seluruh tubuh lalu membaui diri lagi, "Hmm, sudah wangi," ujarnya dengan percaya diri.
Penampilan sudah oke, wangi juga iya. Sekarang mari lihat kiat ketiga.
Tok. Tok. Tok.
Namun ketukan pintu membuatnya mengalihkan perhatian, terburu-buru ia tutup buku itu dan menyembunyikannya di dalam tas.
"Hem, masuk!" pintanya datar seperti biasa.
Alice pun masuk, baru saja menjejakkan kaki.
"Uhuk, uhuk, uhuk." Ia terbatuk-batuk karena bau menyengat yang menyerang. Ya, bau bukan lagi wangi karena Edric yang menyemprot terlalu banyak.
"Pak, Bapak pakai apa? Kenapa bau sekali?" protesnya sembari menutup hidung, ia buka pintu ruangan Edric lebar-lebar agar udara di luar dapat masuk.
Edric hanya diam dengan wajah malu yang tak berdosa, sejujurnya dalam hati ia sedang merutuki Nico. Ia tidak akan baca buku itu lagi pikirnya.
Pria itu pun melirik kesana kemari, menghindar dari tatapan Alice yang penuh tanya. Sementara Alice ingin sekali tertawa setelah menyadari tingkah sang dosen killer dan tua itu, bisa-bisanya menunjukkan wajah malu seperti itu.
Di sisi lain, Olivia sudah mulai menjaga jarak dari Haven. Haven yang tidak tahu apa-apa menjadi bingung karena merasa tidak punya salah pada gadis itu.
"Hey, Oliv. Kenapa menghindar dariku?" tanyanya sembari mencekal tangan Olivia.
"Tidak apa-apa, saya hanya ingin menjaga jarak dari orang berada seperti kalian."
"Apa? Kenapa seperti itu? Aku tidak pernah membeda-bedakan seseorang dari status sosialnya."
"Sekarang memang tidak, tapi tidak tahu nanti kan?"
"Hey, dengar aku!" Haven meraih kedua tangan Oliv dan memandang kedua manik indah gadis itu lekat.
"Aku tidak pernah membedakan siapapun! Entah itu di masa lalu, sekarang maupun di masa depan. Jika tidak percaya kau boleh bertanya pada teman-temanku, bahkan keluargaku juga tidak pernah memandang orang dari statusnya. Percayalah padaku! Aku tulus padamu, dan aku menyukaimu Olivia Bayle."
Oliv tertegun, apa ia baru saja ditembak?
Oliv tidak sadar bahkan saat Haven mengecup kedua tangannya. Jika tidak ada sorak sorai dari mahasiswa lain maka ia masih akan hanyut dalam pikirannya sendiri.
"Terima, terima, terima ... ," sorak para mahasiswa di sana.
Oliv merasa bingung, di satu sisi ia harus sadar diri dalam lingkungan orang berada ini. Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa ia menyukai pria ini.
"Bagaimana? Apa kau mau membalas perasaanku?" tanya Haven dengan mata berbinar, penuh harapan.
"Hmm, a-aku. Ya, aku juga menyukaimu," jawab Oliv lirih dan terbata.
"Apa? Aku tidak dengar."
"Aku juga menyukaimu Haven Hall."
"YESSS," pekik Haven sembari menggendong Oliv dan berputar-putar, membuat mahasiswa yang menyaksikan siaran langsung ini semakin bersorak.
Alice yang baru kembali dari ruangan Edric menyaksikan sedikit akhir dari drama ini. 'Huh, udah susah-susah provokasi malah jadian mereka.'
Merasa malas untuk ikut serta, gadis itu pun melangkah pergi.
"Hey, guys. Lihatlah mahasiswi ganjen itu! Baru keluar dari ruangan pak Edric tuh," teriak Sylvia di keramaian. Sudah gadis itu putuskan, ia akan menyerang Alice terang-terangan mulai sekarang.
Apalagi melihat Oliv yang mendadak menjadi Cinderella, membuat hatinya semakin memanas. Dan kini ia butuh pelampiasan, kebetulan Alice yang akan menjadi objeknya.
Alice tetap melangkah, baginya bualan tidak penting seperti itu hanya akan membuang waktu saja.
"Hey, mau kemana? Setelah gagal sama Aldric jadi pindah haluan ke pak dosen ya?" sinis Sylvia sembari menggenggam lengan Alice kuat.
"Apa sih? Lepasin!" Alice menepis tangan gadis itu dan berbalik menatapnya dengan tajam.
Baru saja ingin membuka mulut, sudah ada yang lebih dulu mendorong Sylvia. "Kau berani mengganggu adikku?"
"Hahaha, sejak kapan kau mengakuinya sebagai adik?" tanya Sylvia dengan senyum mengejek.
"Dari dulu dia adalah adikku, dan sekarang aku akan melindunginya dari kalian para sampah."
"Hah, Melysa... Melysa, sampah teriak sampah. Apalagi rencanamu sekarang? Mungkin kita bisa jadi rekan?"
"Aku tidak butuh rekan sepertimu!"
"Ayo, Alice. Kita pergi, jangan hiraukan para sampah ini!"
Alice mengerutkan kedua alisnya, kemudian tersenyum penuh arti. "Terima kasih, Kakak Sepupu," ujarnya dengan riang disertai senyuman manis.
'Haha, mau bersandiwara? Aku adalah ratunya.'
.
.
.
Di sisi lain, seorang pria tampak melempar sebuah buku. Buku itu terbuka di halaman terakhir, terlihat jelas tulisan The End di akhir halaman.
"Huh, novel yang menyedihkan," gumamnya menyesali apa yang terjadi di dalam novel.
Ia lalu membuka televisi, mencari tayangan berita. Namun berita terus menyiarkan satu topik hangat dari beberapa bulan yang lalu. "Pemirsa, saat ini aktris ternama kita Ayla Navala masih berada dalam perawatan intensif, untuk yang lebih jelasnya masih dirahasiakan oleh pihak internal."
"Hah, ini lebih menyedihkan lagi," gumamnya lagi sembari menggeleng.
Bagaimana tidak menyedihkan? Beberapa bulan lalu gadis itu dikejar sampai ke ujung dunia sekalipun, namun setelah ditemukan dan hampir dibunuh malah dinyatakan tidak bersalah. Sungguh malang nasibnya.
Tring ... Tring ... Tring
Sebuah panggilan membuatnya mengalihkan perhatian, "Ya, Bro?"
"...."
"Baiklah, aku berangkat sekarang."
"...."
"Ya, jangan khawatir! Asal kau pastikan aku tidak mati, aku akan baik-baik saja."
Ia lalu menutup telpon, keluar dan menatap langit biru yang indah. "Mari kita coba hidup yang baru," gumamnya dengan senyuman lebar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tbc.
🌼🌼🌼🌼🌼
tembak tembak tembak
🤣🤣🤣