NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"Apa yang membuatmu ingin menikahi putriku? Apa hanya karena sebagai bentuk tanggung jawab karena kamu sudah menyentuhnya lebih dulu?"

Pertanyaan Gilang membuat Rafa menatap semua orang yang ada di ruangan itu secara bergantian. Keraguan tergambar jelas dalam tatapannya.

Kepercayaan diri pun semakin runtuh setelah pandangannya saling bertemu dengan Pak Vino, sosok yang selama ini sangat ia hormati.

"Kalau hanya sebatas tanggung jawab karena sudah menodainya, tidak usah. Aku bisa menjaganya lebih dari siapapun," imbuh Gilang.

Rafa kembali tertunduk lesu. Nyaris hilang harapan.

Mata cokelat itu seketika tertuju pada sang ayah.

Joane merespon dengan anggukan kepala, sebuah gerak isyarat kecil yang seolah membawa pesan agar Rafa lebih jantan dan lebih kuat di hadapan semua orang.

Dukungan dari Joane pun selalu membuatnya merasa lebih baik, lebih berani.

Menarik napas dan menghembus perlahan, Rafa menatap mata Gilang yang duduk tepat di hadapannya.

"Aku sangat menyayangi Mia, Om. Aku mencintainya, entah sejak kapan. Mia Aurora adalah nama yang selalu mengisi doaku. Nama yang tidak pernah hilang dari ingatanku. Satu-satunya yang selalu kuharap bisa menjadi wanita halalku."

Rafa nyaris menjatuhkan air mata saat mengucapkan kalimat itu.

Butuh keberanian besar untuk mengungkapkan cinta yang selama ini dipendamnya seorang diri di hadapan orang tua dan seluruh keluarganya.

"Kalau mencintai putriku kenapa tidak datang langsung padaku sejak dulu?" Kali ini Gilang menatapnya tajam.

"Aku malu."

Sebuah jawaban singkat yang membuat mata Gilang mengembun.

"Aku tidak pantas. Aku tidak layak berdiri di sisinya. Tidak layak berada di tengah-tengah keluarganya. Bagaimana dia dan keluarganya bisa begitu baik padaku dan Ibuku sendiri selama ini, padahal aku adalah anak dari orang yang sudah berbuat jahat pada mereka."

Rina menjatuhkan air mata, sementara Joane memandang anak lelakinya. Ingin rasanya ia peluk saat itu juga.

"Apa pernah kamu menyimpan sedikit rasa kecewa atau dendam karena aku adalah orang yang sudah memenjarakan Ayahmu?" sambung Gilang lagi.

Rafa menggeleng. "Ayah dipenjara bukan karena Om, tapi karena kejahatannya sendiri."

Gilang mengangguk dengan hela napas panjang mendengar ucapan Rafa. Satu tangannya mengulur menyentuh pundak.

"Nak, aku tidak peduli kamu anak siapa, lahir dari mana, berasal dari mana dan apa statusmu. Bagiku kamu anak yang mengagumkan. Kamu laki-laki yang baik dan bertanggungjawab."

"Aku minta maaf, Om. Aku sudah menghancurkan semuanya. Aku selalu berharap bisa menjaga Mia, tapi justru aku sendiri yang sudah mengotorinya dengan dosa."

Gilang menarik napas dalam-dalam. Mengusap ujung matanya yang basah.

"Kamu pasti tahu saat ini aku sangat marah, sedih dan kecewa. Tapi apa yang sudah terjadi atas seizin Allah. Aku pun tidak akan bisa melindungi putriku kalau Allah sudah berkehendak."

Rafa kembali membungkam.

"Tapi, aku tidak bisa putuskan semua sendirian. Aku harus bicara dengan keluargaku dulu. Kejadian ini terlalu mendadak dan semua orang butuh berpikir tenang. Pulanglah dulu, setelah aku berbicara dengan keluargaku, aku akan menghubungimu."

Rafa masih diam dalam posisinya. Menunduk lesu.

"Tapi bagaimana dengan Mia?" tanya Rafa, setidaknya ia tidak bisa meninggalkan rumah itu sebelum memastikan keadaan Mia.

"Biar kami yang mengurusnya. Pulanglah dulu dan tenangkan diri. Kamu juga pasti syok dengan kejadian ini."

"Benar, Raf. Kita semua butuh menenangkan diri. Kami akan menghubungimu kalau sudah berembuk," tambah Pak Vino menatap lelaki itu.

Joane yang sejak tadi diam akhirnya ikut bicara.

"Terima kasih untuk pengertian kalian. Aku benar-benar minta maaf atas kejadian ini. Aku sudah memerintahkan orang-orangku untuk menyelidiki keadaan di vila dan mencari pelaku yang sudah berusaha menjebak Mia."

Gilang dan Pak Vino mengangguk. "Terima kasih sudah bergerak cepat."

Setelah pembicaraan itu, Joane dan Rina membawa pulang putranya.

Rafa sempat menolak dan ingin tetap di sana untuk memastikan keadaan Mia.

Namun, Joane berhasil membujuknya.

**

**

Sementara itu keadaan di vila masih belum kondusif setelah Rafa dan Mia menghilang secara tiba-tiba.

Para mahasiswa sempat kebingungan mencari, namun orang-orang suruhan Joane datang tepat waktu dan memberitahu keadaan Mia pada pembimbing tanpa menyebut masalah sebenarnya.

Mereka meminta izin untuk melakukan pemeriksaan dan menanyai satu-persatu dari puluhan mahasiswa yang ikut dalam kegiatan itu.

Berbekal nama besar keluarga Hadiwijaya, tentu mudah untuk mendapat izin.

Dua vila yang disediakan untuk mahasiswa itu pun diperiksa.

Hingga menjelang larut malam, para mahasiswa masih belum diizinkan masuk.

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kita semua diperiksa?" tanya salah seorang mahasiswi.

"Katanya ada yang berusaha berniat jahat pada Mia. Mereka yang datang itu anak buah Ayahnya Mia dan kemari untuk mencari tahu siapa yang sudah menjahati Mia."

"Memangnya Mia kenapa?"

"Tidak tahu pasti. Katanya pingsan karena ada yang mencampur sesuatu ke dalam minumannya."

"Tapi kenapa Kak Rafa ikut?"

"Sepertinya Kak Rafa yang mengantar Mia pulang."

Di sudut lain, Leon mendengkus kasar sambil menatap beberapa pria berpakaian hitam yang sedang menggeledah vila.

Namun, ia tampak cukup tenang dan sama sekali tak menunjukkan reaksi khawatir.

"Leon, apa kamu tahu apa yang terjadi dengan Mia? Tadi kan kamu juga tidak ke masjid," tanya salah satu mahasiswa.

"Mana aku tahu? Aku ketiduran di kamar," jawabnya santai.

**

**

"Apa di vila itu tidak ada CCTV?" tanya Joane pada anak buahnya yang ia hubungi melalui telepon.

"Tidak ada, Bos! Ini hanya vila sederhana dengan fasilitas seadanya," jawab lelaki itu.

Vila yang disediakan pihak kampus memang hanya sebuah hunian biasa menyerupai rumah pribadi.

"Bagaimana dengan pengakuan mahasiswa lain?"

"Mereka mengaku tidak tahu ada kejadian apa, karena saat kejadian berlangsung mereka masih di masjid. Selain Mia dan Rafa, hanya satu mahasiswa yang tidak ikut ke masjid. Tapi, dia mengaku ketiduran di kamar karena kelelahan."

Joane mengerutkan dahi.

"Siapa?"

"Namanya Leon. Dia sekamar dengan Rafa."

"Selidiki anak itu dan cari informasi tentangnya," perintah Joane.

"Baik."

"Apa kalian sudah tanyakan dari mana Mia mendapatkan jus jeruk itu?"

"Sudah, katanya jus itu dibuat oleh beberapa mahasiswi, tapi tidak ada yang mengalami gejala setelah meminumnya. Berarti hanya dari gelas Mia saja efeknya."

Joane mendesahkan napas kasar. Hingga saat ini Mia masih belum terbangun sehingga belum bisa ditanyai.

"Apa ada yang lain yang kalian temukan?"

"Ada bos."

"Apa itu?"

"Kami menemukan botol obat cair di dalam tas Rafa. Sepertinya ini adalah sejenis ... obat perangsang."

Hembusan napas kasar dari Joane terdengar dari sana. Dugaan bahwa seseorang sedang ingin menjebak Mia pun semakin kuat.

"Amankan benda itu sebagai barang bukti!"

"Sudah!"

"Baiklah, teruskan selidiki sampai pelakunya tertangkap."

"Baik, Bos."

Setelah panggilan berakhir, Joane duduk dengan pikiran bercabang.

Penuh selidik. Tentang bagaimana obat itu berada di dalam tas Rafa dan siapa yang memasukkan.

"Kalau obat itu milik Rafa, dia tidak mungkin menghubungiku dan bertanya bagaimana cara meredakan reaksinya, kan?"

Jika Joane sedang berkutat dengan berbagai dugaan, lain hal nya dengan Rafa. Sejak tiba di rumah ia merenung seorang diri di kamar.

Lamunannya baru membuyar saat Rina memasuki kamarnya. Wanita itu duduk di depan putranya dengan mata yang basah.

"Maafkan Ibu sudah bersikap kasar terhadap kamu. Ibu takut kamu akan dianggap sama seperti Ayahmu. Takut itu akan menjadi beban untuk kamu."

Rafa yang semula duduk di kursi itu berpindah, berlutut di hadapan ibunya.

"Ibu tidak salah. Ayah bilang, marahnya seorang Ibu adalah kasih sayang."

************

************

1
Endang 💖
aduh Mia kami bakalan nyesel kalok tau bahwa Rafa itu sangat tulus sama kamu.
jangan mudah terhasut mia
Endang 💖
ada yang ngadu domba Rafa dan mia
Ninik
wah ada bibit pelakor yg udah mulai ugat uget kaya ulat bulu
Endang 💖
di rayu dong Rafa biar GX ngambek lagi,dia hanya kecewa aja tu
Ninik
kalau Mia membenci Rafa Yo salah yg jahat Leon tp otak Mia dah lemot makanya dia membenci org yg salah
Endang 💖
tambah lagi thor...
apa Mia GX tinggal bareng Rafa, terus Rafa gmana
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
semangat rafa
julia anggana
Luar biasa
Endang 💖
kasian ternyata kisah hidup Rafa..
tambah lagi thor..🙏😁🫣
Yasmin Natasya
double up dong thor...
Endang 💖
ayo cepat Rafa dan Mia butuh bantuan itu
olip
bagus dan menarik
olip
lnjut
Endang 💖
waduh mia dalam bahaya, semoga Rafa cepat menolong Mia...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!