Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Lembar foto
Nayra masuk kedalam butik dengan perasaan yang berbunga-bunga. Bagaimana tidak, Aditya kini berperilaku sangat manis padanya. Meskipun di satu sisi ia sangat kesal, karena pria itu selalu seenaknya sendiri tiba-tiba menciumnya.
Nadira yang melihat raut wajah bahagia Nayra pun ikut tersenyum, "Selamat pagi, Ra." sapanya.
"Pagi juga, Mbak." jawab Nayra sumringah.
"Ehhmmmm, sepertinya hubungan kalian semakin membaik ya. Mbak ikut senang melihatnya." lanjut Nadira.
Nayra tersenyum mendengar pertanyaan Nadira, "Alhamdulillah, Mbak. Mas Aditya sedikit demi sedikit sudah mulai menerima pernikahan ini. Dia juga memperlakukan aku dengan baik."
Nadira mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban Nayra. "Ya itu jelas sekali terlihat, kalian berdua sepertinya sedang di mabuk asmara." godaan Nadira otomatis membuat Nayra tersipu malu.
"Tapi, Ra. Mbak mau menyarankan satu hal." ucap Nadira dengan raut wajah serius.
Nayra yang mendengar itu, otomatis mendekatkan badannya kepada Nadira. Karena ia berfikir Nadira akan mengatakan hal serius.
"Apa, Mbak?" tanyanya penasaran.
Nadira mendekatkan bibirnya pada telinga Nayra, kemudian ia berbisik pelan. "Lain kali kalau mau bermesraan dengan suamimu, lakukan di dalam kamar saja. Jangan di dalam mobil seperti itu, takut ada yang lihat." Nadira segera berlalu dari hadapan Nayra setelah berhasil mengoda sahabatnya itu.
Nayra melebarkan matanya dan tubuhnya membeku, ia tentu saja terkejut dengan penuturan Nadira. Itu artinya, Nadira melihat semua yang ia lakukan bersama Aditya.
Nayra menutup mulut dengan kedua tangannya, ia sungguh merasa sangat malu. Apa yang harus ia katakan pada Nadira.
"Achhh, ini semua gara-gara Mas Aditya yang mesum itu. Awas saja nanti kalau ketemu." gerutunya pelan merutuki perbuatan Aditya.
Nayra segera mengikuti Nadira, ia harus memastikan apa maksud ucapan Nadira barusan. Apa benar sahabatnya itu tadi memergokinya dengan Aditya.
"Mbakk,, tunggu." sejenak Nayra ragu, apa ia harus menanyakan kebenarnya atau tidak.
"Apa kamu tadi melihat apa yang terjadi di mobil?"
tanyanya akhirnya.
Nadira tersenyum melihat raut wajah Nayra yang merona merah, "Tentu saja, Ra. Di balik sikap dinginnya, Aditya ternyata Agresif juga ya." goda Nadira lagi-lagi pada Nayra.
Nayra dengan reflek menutup mulut Nadira dengan Kedua tangannya. "Mbaaakkk, Ya Allah jangan keras-keras. Bagaimana kalau ada yang dengar. Aku pasti akan malu." Nayra bahkan melebarkan matanya saat mengatakan itu, karena tak habis pikir dengan ucapan Nadira.
Nadira melepaskan bekapan Nayra pada mulutnya, setelah itu ia tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Nayra.
"Kamu lucu sekali, Nayra. Senang sekali melihatmu malu-malu karena jatuh cinta seperti ini. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu seperti ini. Mbak turut bahagia Ra, Sungguh."
Nadira tiba-tiba membawa Nayra dalam pelukannya, ia sungguh bersyukur. Nayra akhirnya bisa merasakan kebahagiaan dalam pernikahannya.
Nadira tentu sangat tahu, bahwa hubungan Nayra dan Aditya selama ini tidak pernah berjaan baik. Meski Nayra selalu bersikeras mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, Nadira tahu pasti temannya itu sedang berbohong.
Jika Nayra tidak bercerita tentang masalahnya, ada Arsyila yang memberitahukan semuannya pada dirinya. Dan saat mengetahui Aditya banyak berubah setelah sakit kemarin, membuat Nadira begitu bersyukur.
"Mbak selalu berdoa, Ra. Semoga kamu selalu di berikan keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan kamu. Kamu pantas bahagia, Ra. Semoga saja ini awal dari kebahagiaan kamu." ucap Nadira.
Mendengar doa yang di ucapkan Nadira, Nayra semakin mengeratkan pelukannya. Ia pun sangat bersyukur karena mempunyai sahabat seperti Nadira.
"Terima Kasih, Mbak. Aku sungguh bersyukur memiliki sahabat seperti kamu. Aku juga selalu berdoa, semoga kamu segera menemukan seseorang yang bisa menjaga kamu. Mencintai kamu dan membahagiakan kamu Mbak." balas Nayra tak kalah membuat Nadira terharu.
Nadira melepaskan pelukannya, ia memandang Nayra dengan raut wajah cemberut. "Kamu meledekku karena masih jomblo, sementara kamu sudah menikah. Makannya kamu mendoakan agar aku segera mendapatkan jodoh, iya kan?" ucap Nadira dengan nada bercanda bermaksud menggoda Nayra.
Nayra gelagapan mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Nadira, "Ahh I-iituuu, bukan maksudku seperti itu Mbak. Aku kan hanya ingin mendoakan agar kamu segara menemukan seseorang yang bisa membuatmu bahagia. Aku sama sekali tidak meledek kamu, Mbak."
Nadira lagi-lagi tertawa melihat Nayra yang panik, "Kamu hanya perlu mendoakan agar Mbak selalu di berikan kesehatan. Dengan begitu Mbak sudah bahagia, Ra. Tidak perlu menunggu seseorang datang untuk membuat Mbak bahagia. Sendiri seperti inipun Mbak sudah bahagia, mempunyai sahabat sepertimu selalu membuat Mbak merasa bersyukur, Ra. Jadi Mbak tidak butuh yang lain." Ucap Nadira.
Nadira merasa bersyukur memiliki sahabat seperti Nayra, sahabat yang selalu ada saat dirinya membutuhkan sandaran. Meskipun Nadira harus hidup sendiri karena memutuskan untuk meninggalkan rumah, ia tidak pernah benar-benar merasa kesepian.
Nayra sering menemaninya, bahkan tak jarang sahabatnya itu menginap di Apartement yang ia tinggali. Terlebih sekarang tidak hanya Nayra sahabatnya, melainkan ada Arsyila juga. Semenjak Nayra menikah, gadis itu kini yang sering menginap di tempatnya.
Tak jauh berbeda dengan Nadira, Nayra juga merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Nadira. Bahkan Nayra sempat beberapa kali mengatakan pada Nadira ingin menjodohkannya dengan sang kakak, Nathan.
Tapi dengan bersikeras Nadira selalu menolak. Gadis itu selalu mengatakan jika Nathan bukanlah tipenya. Nayra pun tidak akan memaksa. Yang pasti, ia selalu berdoa agar Nadira menemukan orang yang bisa membuatnya bahagia.
"Sudah-sudah, ini masih pagi kenapa jadi mellow seperti ini. Sebaiknya kita mulai bekerja." ucap Nadira lagi.
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan masing-masing.
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Aditya segera bergegas menuju Butik Nayra, setelah selesai membereskan barangnya. Saat sampai, butik Nayra dalam keadaan ramai pengunjung.
Aditya bisa melihat Nayra sedang sibuk melayani seorang wanita paruh baya, di lihat dari penampilannya wanita itu berasal dari kalangan atas.
Perlahan Aditya mendekati Nayra, saat melihat istrinya itu sudah menyelesaikan pekerjaannya.
"Sayang,," ucapa Aditya pelan.
Nayra menoleh, ia merasa terkejut dengan kehadiran Aditya yang tidak ia sadari sebelumnya. "Mas, kamu sudah datang? Maaf aku tidak menyadarinya, apa sudah dari tadi?" tanya Nayra sedikit merasa tidak enak karena tidak menyadari keberadaan Aditya.
Aditya tersenyum sembari mengelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa sayang. Mas tahu kamu sedang sibuk. Justru Mas minta maaf karena menganggu pekerjaan kamu."jawab Aditya.
"Kamu nggak ganggu, Mas. Kamu kan juga mau fitting jas, jadi kamu juga pelangganku." ucap Nayra sembari tersenyum.
Aditya mengernyit, "Oh jadi cuma pelanggan?" tanya Aditya berpura-pura cemberut.
"Hmm, kamu pelanggan spesialku, Mas. Ayo aku antar ke Fitting room." Nayra meraih tangan Aditya bermaksud mengajak pria itu menuju Fitting room. Namun langkahnya terhenti, saat salah satu pegawainya menghampiri. Secara otomatis ia pun melepas genggaman tangannya pada Aditya.
"Maaf Mbak Nayra, Nyonya Desi ingin anda yang membantunya. Karena kebetulan Mbak Nadira juga sedang sibuk membantu pelanggan lain." tutur pegawai Nayra sungkan.
Nayra sejenak diam karena binggung. Namun kebingungannya seketika sirna saat Aditya meraih lagi tangannya. "Sayang, sebaiknya kamu bantu dulu pelanggan kamu. Aku akn tunggu di sini."
"Kamu sungguh tidak apa-apa, Mas. Sebenarnya aku juga tidak enak meninggalkan kamu seperti ini. Tapi Nyonya Desi merupakan pelanggan disini, jadi aku juga tidak enak kalau menolak permintaannya." jawab Nayra merasa tidk enak pada Aditya.
"Tidak apa-apa. Sudah sana cepat temui pelanggan kamu. Mas tunggu disini." Aditya meyakinkan Nayra dengan senyumannya.
Nayra ragu-ragu meninggalkan Aditya sendirian, "Mas, bagaimana kalau kamu menunggu di ruanganku saja. Sepertinya di sana lebih baik daripada kamu sendirian di sini. Ayo aku antarkan kamu kesana." tutur Nayra akhirnya.
Aditya mengangguk, "Baiklah, Mas akan tunggu di ruangan kamu. Tapi Mas akan kesana sendiri, kamu temui saja pelanggan kamu. Ruangannya dimana?" tanya Aditya.
"Ruangannya ada di lantai dua sebelah kanan ya, Mas. Karena yang sebelah kiri ruangan Mbak Nadira. Kamu jangan sampai salah. Kalau begitu, aku tinggal dulu ya. Aku akan segera kembali." Nayra akhirnya meninggalkan Aditya sendiri.
Setelah kepergian Nayra, Aditya berjalan menuju ruangan Nayra. Aditya membuka ruang kerja Nayra. Aroma lembut campuran parfum serta kertas menyambutnya begitu ia melangkah masuk.
Ruangan itu tidak terlalu besar, namun tertata rapi dan fungsional. Sebuah meja terletak di
Sebelah jendela menghadap luar. Di atasnya terdapat dokumen dalam map-map berwarna pastel, sebuah laptop tertutup, serta gelas berisi pulpen dan alat-alat tulis lainnya.
Rak di sisi kiri ruangan berisi katalog desain, buku referensi mode dan beberapa album foto pelanggan. Papan inspirasi menempel di dinding, dihiasi potongan kain, sketsa dan gambar model pakaian. Di pojok ruangan ada beberapa kursi kecil dan meja bundar, mungkin di gunakan untuk pertemuan singkat atau berdiskusi desain.
Aditya melangkahkan kakinya menuju rak, tanpa sadar ia mengambil salah satu buku referensi mode yang ada di sana. Namun saat ia menarik buku itu, tiba-tiba dua lembar foto terjatuh dari sana.
Aditya segera meraih kedua foto itu. Begitu matanya menangkap sosok dalam gambar, tanpa sadar tangannya mengepal erat. Seolah menahan gelombang emosi yang tiba-tiba menghantam dadanya.
"Siapa pria ini?"
Izin yaa