From Dusk Till Dawn

From Dusk Till Dawn

001. Bintang Penentu Arah

Klang! “Huft! Dinginnya! Harus kemana lagi aku melangkah!? Kakiku sudah benar-benar sakit!” keluh seorang perempuan yang baru menginjak usia dewasa, setelah menendang kaleng minuman kosong yang tergeletak di sembarang tempat.

Sudah cukup lama ia berjalan ditengah dinginnya malam gelap, sembari memikul ransel berat dibahunya, seorang diri. Hanya kilau bintang yang menemaninya, dikala deburan angin terasa bagai beribu panah yang menghunus setiap inci sel kulitnya.

Tubuhnya memang sudah terlapis jaket, namun itu tak cukup tebal untuk menjadi tameng pelindung dari hunusan angin. Perempuan dengan perawakan tinggi langsing ini, tetap menggigil sembari menggosokan kedua tangannya agar terasa hangat.

“Sepertinya aku salah pakai kostum? Tak biasanya kota ini begitu dingin! Ah, aku lupa bahwa ini sudah cukup larut!” gumamnya, berbicara sendiri sembari terus melangkah tanpa arah.

Ia terus melangkah dengan tertatih, sembari menjalarkan bola mata cokelat indah pada setiap hal yang ada di lingkungan sekitar. Berharap ada sebuah tempat, yang bersedia menampungnya.

Beribu bintang bertabur di angkasa hitam, ditemani oleh rembulan yang memantulkan cahaya mentari dari seberang belahan dunia. Gemerlap lampu kota yang tak pernah tidur juga, menambah indahnya suasana jalan.

Bibir manisnya yang dihiasi tahi lalat, atau bisa disebut sebagai choco chips pemanis, menunjukkan sebuah senyum simpul setelah merekam suasana kota dengan retina.

“Setidaknya ditengah kesengsaraanku, masih ada hal indah untuk dinikmati,” pikirnya.

Meski suhu udara teramat dingin, sekunjur tubuh perempuan itu tetap dibasahi peluh. Sebab sedari pagi, ia sudah berjalan tanpa tujuan. Wajahnya juga mulai memerah akibat rasa lelah, kepalanya pening, dan perutnya berdering meminta diisi.

Andai saja membawa uang yang cukup banyak, ia bisa singgah di sebuah kedai nyaman untuk beristirahat sambil mengisi perut. Namun sayangnya, yang ia bawa saat ini hanyalah badannya sendiri dan berbagai pakaian ganti dalam ransel. Bahkan perhiasan yang bisa dijual pun, ia tak punya. Sisa uang di dompet sederhananya, tinggal 17.000.

“Bisa makan apa dengan uang segini!?” keluhnya, mulai kehabisan asa.

Hingga langkahnya terhenti dihadapan sebuah kedai yang cukup besar, dengan tulisan besar yang tertera di dindingnya. [Makan Sepuasnya, Bayar Seikhlasnya]. Ia sedikit tertegun melihat tulisan menggiurkan tersebut, merasa ragu apakah benar bisa makan sepuasnya di kedai itu?

Namun lambungnya yang sudah terasa perih, menarik paksa kakinya untuk memasuki kedai tersebut. Tak peduli dengan uang yang ia miliki, jika kurang untuk membayar bisa bantu cuci piring saja disana sebagai gantinya.

“Selamat datang di kedai Lecho’s The Best Friend! Ada yang bisa kami bantu?” sambut dua pria berparas manis dan sinis bersamaan, dengan khas cara bicara mereka masing-masing.

Perempuan itu ragu sebelum bertanya. “Maaf, menu yang dibawah 17.000 apa ya?” ia mengoprek dompetnya sendiri, tepat dihadapan dua pria yang kemungkinan adalah pelayan kedai.

Jelas keduanya bisa melihat isi dompet pelanggan perempuan yang tampak lesu dan kelelahan. Mereka hanya saling melempar tatapan khawatir satu sama lain, seolah berdiskusi tanpa suara. Lalu keduanya menghela napas secara bersamaan.

“Anda mau makan apa, nona manis?” tanya pria berambut cukup panjang dengan hangat, sembari tersenyum manis pada perempuan dihadapannya.

“Eh?” perempuan itu kembali bertanya dengan polos, tak mengerti akan apa yang sedang terjadi saat ini.

“Sebut saja, apa yang kau inginkan!” tegas pria berbando dengan ketus dan sinis.

“Anu.. tapi,” sang perempuan mulai canggung dan gugup, merasa kehadirannya mengganggu mereka.

“Jangan bersikap kasar pada pelanggan, Leo! Terutama pada perempuan!” tegur pria berparas manis, sambil sedikit memukul pelan bahu kawan di sebelahnya.

“Baiklah. Silahkan sebut apapun yang anda inginkan, nona.” pria dingin itu, mulai mencoba bersikap sedikit lembut, sembari tersenyum kaku. Terlihat jelas bahwa ia sedang memaksakan senyumannya.

Kawan gondrongnya sempat memutar kedua bola mata malas, melihat aksi kaku tembok es itu. Lalu kembali menunjukan senyuman termanisnya.

“Kami akan membuatkan apapun yang anda mau.” ucapnya hangat.

“Tapi.. bagaimana saya bisa membayarnya?” tanya perempuan yang masih diselimuti rasa canggung bercampur ragu.

“Tak perlu hiraukan terkait bayaran. Anda bebas makan dan minum apapun yang anda mau di sini.” jawab pria manis dengan penuh kehangatan.

“Lagipula, kedai ini sudah teramat ramai pembeli sedari pagi. Hanya memberikan makanan secara gratis pada satu orang, takkan membuat kami jatuh miskin.” sambung pria dingin, masih berusaha bersikap ramah.

“Leo!” tegur kawannya lagi, entah apa kesalahan pria dingin itu kali ini.

Yang ditegur menatap sinis kawannya, mulai jengkel. “Apa lagi salahku, Picho!?”

“Bahasamu itu! Tajam dan angkuh sekali! Bisakah kau sedikit merendah!?” jawab kawan manisnya, lebih jengkel dari sang pangeran tembok es.

“Baiklah, baiklah! Maafkan aku! Namun jika kita terus berdebat seperti ini, hanya akan membuat perempuan itu mati kedinginan! Lakukanlah sesuatu, agar ia segera mengungkap keinginannya!” geram pria yang terus ditegur, mulai bosan menanti jawaban dari sang pelanggan.

“Ah, benar juga!” ucap pria manis, menyadari kesalahannya.

“Apa yang anda inginkan, nona manis? Perlu dibuatkan minuman hangat?” lanjutnya, kembali menawarkan hal sama entah sudah yang keberapa kalinya.

Perempuan yang kulitnya mulai membiru, akhirnya menangguk meski masih ragu. “Apa ada Hot Lechy Tea di sini? Saya butuh sesuatu yang hangat.” jawabnya.

Lagi, kedua pria itu saling melempar tatapan untuk beberapa saat, lalu kembali fokus pada sikap manis dan ramah mereka dalam melayani pelanggan.

“Tentu!” jawab pria manis dengan ramah dan hangat.

“Untuk menu makanannya?” tanya pria dingin yang dipaksa ramah.

“Mie kuah!” jawab perempuan itu, akhirnya bisa tersenyum manis juga dengan yakinnya.

“Baik, satu Hot Lecy Tea, juga satu mie kuah. Ada lagi tambahan?” tanya pria gondrong manis, memastikan ulang pesanan. Hanya dijawab oleh gelengan kepala dari sang pelanggan.

“Baiklah, terimakasih sudah memesan. Mohon ditunggu sebentar, ya.” pinta pria dingin datar, masih memaksakan sikap ramahnya.

Kedua pria itupun kembali ke dapur, setelah memastikan pelanggannya duduk dengan nyaman dan aman. Tak perlu waktu lama untuk menanti, makanan yang dipesan sudah tersaji. Membuat sang perempuan bertanya dalam hati, apa benar mereka hanya berdua memasak di kedai ini?

Namun itu tidaklah penting. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah makan demi keberlangsungan hidupnya, barang hanya sampai satu malam. Tidak! Sejujurnya, ia sangat ingin hidup seterusnya. Namun dengan sisa uang yang ia miliki, apakah cukup untuk bertahan hingga esok hari?

Ia beruntung malam ini, karena mendapat perlakuan baik dari para pelayan kedai. Namun, apakah ia akan terus memanfaatkan kebaikan mereka? Jangan bercanda! Itu hanya akan menjadi hal yang memalukan, juga menjatuhkan harga dirinya.

Pikirannya pun kembali frustasi. Sembari menikmati makanan lezat, ia terus merasa khawatir akan hari esok. Menggerutu dalam hati, mengapa hal buruk ini harus terjadi?

Semua menjadi sangat berantakan, sejak tragedi itu terjadi. Sebuah tragedi pilu yang menyisakan elegi dihati. Andai tragedi ini tak terjadi, ia hanya bisa berharap cemas sembari menagis.

Dengan mata basahnya yang terpejam, terus berusaha menikmati makanan untuk menghangatkan diri. Membiarkan sel otaknya mengenang sebuah tragedi yang menimpanya tiga bulan lalu.

Terpopuler

Comments

ih mau juga dong Nemu tempat begini /Applaud/

2025-05-30

1

Ku suka gayamu kawan /CoolGuy/

2025-05-30

1

Anyelir

Anyelir

saling support yuk kak /Determined/

2025-05-17

0

lihat semua
Episodes
1 001. Bintang Penentu Arah
2 02. Rule The Fate
3 03 Perjuangan Malam
4 04. Penolakan Sendu
5 05. Kata Tanpa Suara
6 06. Batas Terhempas
7 07. Hujan Dibalik Hutan
8 08. I Beg You
9 09. Melelehkan Musim
10 10. The Puzzle
11 11. Bisikan Angin Senja
12 12. Pasar Malam
13 13. Tenggelam Dalam Melodi
14 14. Rasa Dalam Canda
15 15. Ligth’s of Hope
16 16. Makna Tato Pelindung
17 17. Topeng Pelindung Jiwa
18 18. From Dusk
19 19. Till Dawn
20 20. Mahkota Bunga Usang
21 21. Sepatu Sobek Cinderella
22 22. Maaf Dari Tragedi
23 23. Berhenti Berlari, Ampunilah!
24 24. Kening Penyembuh
25 25. Melukis Lirik
26 26. Hujan Penghantar Pujian
27 27. Irama Pereda Kelabu
28 28. Anjing Pengantar Rasa
29 29. Bleeding Ice Cream
30 30. Bledding Boy
31 31. Hanya Ingin Berterimakasih
32 32. Fakta Pahit
33 33. Kedai Persinggahan Hujan
34 34. Rumah Pembelenggu Rasa
35 35. Es Pembeku Luka
36 36. Dibalik Asap Rokok
37 37. Kopi Lychee Hati
38 38. L (Love/Loss/Lie/Life)
39 39. Use My Voice
40 40. Keberanian untuk Perlindungan
41 41. Tajam Tak Kejam
42 42. Bunga Musim Salju
43 43. Elegi Simfoni Membeku
44 44. Habisnya Energi
45 45. Pangeran Es dan Embun
46 46. Between Us
47 47. Dekapan Rindu Keramaian
48 48. Tourniquet
49 49. Model Tanpa Penggemar
50 50. Kebebasan Terjerat Bayangan
51 51. Laut Beku Rapuh
52 52. Panci Kuah Merah
53 53. Overtaking Everything
54 54. Prajurit Model Musik
55 55. Once Again
56 56. Uap Dapur Dingin
57 57. Pangeran Pemusnah Keangkuhan
58 58. Pesona Choker Hitam
59 59. Magic Black Ice
60 60. Jiwa Dalam Heels
61 61. Denyutan Dari Kekuatan
62 62. Perkenalan Tanpa Rasa
63 63. Luka Bakar Abadi
64 64. Tawa yang Tertinggal
65 65. Nyamuk Pembawa Luka
66 66. Rahasia Cahaya Orion
67 67. Reuni Tanpa Rencana
68 68. Jerat Komedi
69 69. Pemabuk Pemburu Fakta
70 70. Memangsa Informasi
71 71. Asap Luka Lama
72 72. Ukiran Pemantik Derita
73 73. Kompas Angin Daun
74 74. Langit yang Meleleh
75 75. Melepas Topeng
76 76. Dari Balik Pintu
77 77. The Reason Why
78 78. Bioskop Layar Tancap
79 79. Santapan Gagak Hitam
Episodes

Updated 79 Episodes

1
001. Bintang Penentu Arah
2
02. Rule The Fate
3
03 Perjuangan Malam
4
04. Penolakan Sendu
5
05. Kata Tanpa Suara
6
06. Batas Terhempas
7
07. Hujan Dibalik Hutan
8
08. I Beg You
9
09. Melelehkan Musim
10
10. The Puzzle
11
11. Bisikan Angin Senja
12
12. Pasar Malam
13
13. Tenggelam Dalam Melodi
14
14. Rasa Dalam Canda
15
15. Ligth’s of Hope
16
16. Makna Tato Pelindung
17
17. Topeng Pelindung Jiwa
18
18. From Dusk
19
19. Till Dawn
20
20. Mahkota Bunga Usang
21
21. Sepatu Sobek Cinderella
22
22. Maaf Dari Tragedi
23
23. Berhenti Berlari, Ampunilah!
24
24. Kening Penyembuh
25
25. Melukis Lirik
26
26. Hujan Penghantar Pujian
27
27. Irama Pereda Kelabu
28
28. Anjing Pengantar Rasa
29
29. Bleeding Ice Cream
30
30. Bledding Boy
31
31. Hanya Ingin Berterimakasih
32
32. Fakta Pahit
33
33. Kedai Persinggahan Hujan
34
34. Rumah Pembelenggu Rasa
35
35. Es Pembeku Luka
36
36. Dibalik Asap Rokok
37
37. Kopi Lychee Hati
38
38. L (Love/Loss/Lie/Life)
39
39. Use My Voice
40
40. Keberanian untuk Perlindungan
41
41. Tajam Tak Kejam
42
42. Bunga Musim Salju
43
43. Elegi Simfoni Membeku
44
44. Habisnya Energi
45
45. Pangeran Es dan Embun
46
46. Between Us
47
47. Dekapan Rindu Keramaian
48
48. Tourniquet
49
49. Model Tanpa Penggemar
50
50. Kebebasan Terjerat Bayangan
51
51. Laut Beku Rapuh
52
52. Panci Kuah Merah
53
53. Overtaking Everything
54
54. Prajurit Model Musik
55
55. Once Again
56
56. Uap Dapur Dingin
57
57. Pangeran Pemusnah Keangkuhan
58
58. Pesona Choker Hitam
59
59. Magic Black Ice
60
60. Jiwa Dalam Heels
61
61. Denyutan Dari Kekuatan
62
62. Perkenalan Tanpa Rasa
63
63. Luka Bakar Abadi
64
64. Tawa yang Tertinggal
65
65. Nyamuk Pembawa Luka
66
66. Rahasia Cahaya Orion
67
67. Reuni Tanpa Rencana
68
68. Jerat Komedi
69
69. Pemabuk Pemburu Fakta
70
70. Memangsa Informasi
71
71. Asap Luka Lama
72
72. Ukiran Pemantik Derita
73
73. Kompas Angin Daun
74
74. Langit yang Meleleh
75
75. Melepas Topeng
76
76. Dari Balik Pintu
77
77. The Reason Why
78
78. Bioskop Layar Tancap
79
79. Santapan Gagak Hitam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!