Ada sebuah rahasia besar dibalik sosok M, seorang dance crew populer di Surabaya dan sekitar Jawa Timur. Sosok yang misterus dan di puja banyak kaum hawa itu nyatanya memilih menjadi pelampiasan sang selebgram cantik asal Surabaya, Miki namanya.
Miki yang baru saja ditinggal pergi pacarnya demi gadis lain pun menerima M sebagai pelampiasan. Ia mengabaikan berbagai macam rumor yang beredar tentang M yang selalu memakai masker hitam ditiap kemunculannya.
Tapi siapa yang akan menyangka, sosok asli dari M si dancer jalanan itu, dancer yang di rumorkan memiliki wajah yang buruk rupa hingga harus menyembunyikan wajahnya di balik masker hitam itu, nyatanya adalah seorang pewaris tunggal dari Misha Corp sebuah perusahaan raksasa yang terkenal di Indonesia. Emeris Misha.
Kisah cinta Miki dan sang pewaris pun memunculkan banyak rahasia besar yang telah terkubur dalam pada keluarga Misha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Pipi Miki memanas, detik berikutnya kedua pipinya perlahan bersemu merah. Ia lantas mengibas-ngibaskan kedua telapak tangannya di depan wajahnya. Ia mengipasi wajahnya yang mendadak terasa panas.
Meskipun begitu, ia sama sekali tidak mau memalingkan pandangannya dari tablet milik Olive. Saat ini, ia terlalu fokus menonton rekaman yang di ambil oleh Olive dan Ali yang kemudian di upload ke story IG mereka masing-masing.
Tentunya disertai caption.
‘Goodbye jomblo! Semoga langgeng M and Miki!!’
Lain hal dengan caption yang di tulis oleh Ali pada video storynya.
‘Alhamdulillah, sah!!’
Miki terkekeh renyah membaca caption konyol sahabatnya itu. Ia kemudian mengambil HP-nya dan membuka room private chat nya dengan Ali.
"Nggak ada caption yang lebih mantul ya?" Ia meninggalkan chat voice pada chatroom itu.
"Hahaha...," Olive terkekeh melihat kelakuan Miki.
"Ada-ada aja coba tuh anak captionnya," balas Miki diselah tawanya.
"Hahaha..., tapi asli loh ini aku langsung dapet DM-an banyak banget. Semua nanyain soal ini beneran apa cuma settingan. Lha, ku semprot aja. 'Settingan palamu muter!', sebel aku! Kok kayak pada syirik gitu lihat orang bahagia" dumel Olive sambil memperlihatkan semua DM-an yang masuk ke IG-nya.
Miki mendengus seraya tertawa. Ia pun membaca DM-DM yang di maksud Olive. Dan apa yang dikatakan sahabatnya itu memang benar adanya.
"Kamu nggak mau upload ke story IG mu juga? Biar di liat tuh sama si Regina! Sekalian biar tuh cewem laporan ke pacarnya kalo kamu udah move on!" ucap Olive menggebu-gebu.
Miki menggeleng. "Kan si Ali udah upload, kamu juga. Ali kan follow-follow-an sama Regina sama Bian juga. Jadi..., ya aku nggak usah. Toh lagian udah jadi gosip se-Surabaya juga," balas Miki selow.
"Ya tapi kan biar makin greget, Mik."
"Greget atau nggak..., yang jelas, M masih belum bisa di hubungin."
"Positif thinking, Mik." Olive berusaha menyemangati sahabatnya.
Miki hanya tersenyum kecil menanggapinya.
Drrrt!
Sebuah chat masuk kedalam ponsel Miki.
Balasan dari Ali. Chat voice juga.
"Semoga sakinah, mawadah, warohmah. Amin! Langgeng sampe kakek nenek. Amin!"
"Hahahaha...," tawa Miki dan Olive pecah bersamaan.
Olive kemudian menyambar HP Miki.
"Amiiin!!!" ia mengirim chat voice balasan untuk Ali.
Miki dibuat terbahak-bahak untuk kedua kalinya oleh Olive.
"Kalian mah..., hahaha...," ia tidak mampu melanjutkan ucapannya. Perutnya terlalu kaku lantara tertawa dengan kekuatan penuh.
Voice chat balasan dari Ali pun datang.
"Semoga segera di beri momongan. Amin!!" terdengar suara Ali bercampur tawa.
Tawa Miki dan Olive pun menjadi-jadi. Bahkan Olive sampai memukul-mukul mejanya dengan gemas. Hal itu malah makin membuat Miki tertawa geli tidak karuan, hingga ia sampai pada level tawa yang tidak terkendali. Tawa yang tidak memiliki suara.
Suara gaduh di salah satu meja itu mau tidak mau membuat para penghuni kelas menoleh ke sumber suara. Olive dan Miki, yang masih sibuk menenangkan tawa mereka.
Untung saja kelas tengah jam kosong. Ditambah lagi menjelang injuring time. Alias menjelang jam istirahat.
"Hop!" ucap Miki dengan gerakan tangan yang menandakan untuk benar-benar berhenti tertawa.
Olive mengangguk sambil menuntaskan sisa-sisa tawanya.
Drrrt!
Voice Chat lagi dari Ali.
"Kalian ngantin dulu. Aku nyusul belakangan."
Seusai mendengar voice chat itu, Miki membalasnya dengan taxt.
Me:
Kenapa?
Ali:
Ngebriefing ketos baru.
Kalian duluan, nitip beliin jus aja.
Me:
Jus apa?
Ali:
Terserah. Neriman (menerima apapun)
Me:
Ok
"Ali nyuruh ngantin duluan," ucap Miki.
"Kenapa lagi dia?"
"Lagi sama ketos baru. Gimana?"
"Ya udah kita duluan aja abis ini," Olive setuju.
"Ali minta dibeliin jus. Terserah mau apa, yang penting jus," ucap Miki lagi, menyampaikan pesan Ali.
"Ya udah. Di beliin aja," sahut Olive enteng.
"Miki!" panggil salah satu teman sekelas Miki.
Si empunya nama pun menoleh. "Iya??" sahutnya.
"Ada yang nyari," ucap teman laki-laki Miki sambil menunjuk kearah luar kelas.
"Siapa?" tanya Miki.
"Gisti. Anak IPA lima."
Alis Miki mengerut. Lalu ia menoleh kearah Olive.
"Ngapain tuh anak nyariin kamu?" tanya Olive penasaran.
"Palingan mau pesen baju," jawab Miki.
"Biasanya kan dia pesen dari web."
"Kali aja dia lagi males ngeklik-ngeklik di web. Aku samperin dulu," pamit Miki.
Kedua alis Olive terangkat tinggi bersamaan, mengiyakan kepergian Miki.
Miki berjalan keluar kelas. Begitu Miki keluar, Gisti yang sudah menanti langsung menyambar tangan Miki dan menggeretnya pergi begitu saja.
"Gis...??" panggil Miki bingung dengan langkah terseok-seok.
"Ikut aku bentar aja," sahut Gisti seraya terus berjalan cepat menggeret tubuh mini Miki.
"Kemana?"
"Ikut dulu bentaran!"
"Hah???"
Gisti tidak menyahuti lagi. Ia terus fokus berjalan cepat membawa Miki masuk kesalah satu kamar mandi perempuandi sekolahnya. Ia kemudian membawa masuk Miki ke dalam salah satu bilik.
Di dalam bilik kecil itu Gisti langsung menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
Miki membulatkan mata dengan lebar, merasa ada yang tidak beres. Ia lalu menggelindingkan manik matanya menatap Gisti penuh curiga.
Gisti menatap balik Miki dengan tatapan tajam.
"Gis...,kamu mau ngapain?" tanya Miki ngeri sendiri.
"Mik, kamu sama M....Sejak kapan kenal? Apa sebelum M join ke BDE??" tanya Gisti masih dengan tatapan tajam.
"Hah??" ulang Miki bingung.
"Kamu kenal M sebelum aku kenal dia?? Iya??"
"Apa sih Gis?"
"Kamu sama M udah sering ketemu ya sebelumnya? Udah lama saling kenal??"
"Kamu ini kenapa sih?" Miki mulai risih.
"Jawab, Mik!" sentak Gisti.
Miki terkerjap kaget.
"Apaan sih?!!" sentak Miki balik.
Kini ganti Gisti yang terkejap kaget. Ia lantas terlihat diam untuk beberapa detik. Selanjutnya, mata yang menatap lurus kearah Miki itu pun mulai berair.
"Kenapa kamu?" tanyanya lirih kemudian.
"Aku kenapa?" tanya Miki balik dengan polosnya.
"Udah berapa lama kamu kenal sama M? Lebih lama dari aku? Kenapa bisa kamu yang jadi pacarnya? Kenapa nggak akuuu....??" ratap Gisti memilu.
Ah!
Kini Miki paham maksud dari semua ini.
"Kamu suka M?" tanya Miki hati-hati.
"Iya!! Jauh sebelum kamu suka dia!" sambar Gisti dengan derai air mata.
"Nggak usah ngebentak!! Jantungan akunya tauk!!" balas Miki balik menyentak dengan kesalnya.
Gisti menatap Miki dengan gondoknya.
"Aku tuh PDKT lama ke M. Tapi kenapa kamu yang jadian sama M?" kini suara Gisti mulai memelas.
"Ya nggak tahu. M nya yang nembak duluan," sahut Miki antara polos dan jujur.
"Terus, kamu suka sama dia?"
"Kalo nggak suka, nggak mungkin aku terima," Miki mulai mengetus.
"Jadi kamu sama M udah saling kenal lama? PDKT lama??" tanya Gisti makin penasaran dengan yang sebenarnya terjadi antara Miki dan M.
"Enggak," jawab Miki singkat sambil menyandarkan punggungnya pada dinding bilik kamar mandi itu.
Mata Gisti membulat. "Kok bisa jadian?!" tanyanya makin penasaran.
"Katanya..., dia falling in love at the first sight gitu sama aku," sekali lagi jawaban polos nan jujur meluncur dari bibir tipis itu.
"Gimana bisa??"
"Kenapa nggak bisa?? Buktinya sekarang jadian," jawab Miki.
Sejujurnya ia merasa bingung sendiri dengan jawaban yang ia lontarkan. Bagaimana bisa ia dengan PD-nya seakan menyombongkan status pacarannya dengan M. Padahal yang terjadi sekarang, M malah tidak bisa di hubungi.
Gisti pun sekali lagi terdiam. Dalam hati ia ingin mengaku kalah dari Miki tentang M. Karena bagaimana pun juga secara tampilan, wajah Miki sangatlah cantik untuk jadi saingan wajah yang ia miliki. Hanya saja, egonya tidak ingin dikalahkan oleh anak seorang pegawai biasa.
Bagaimana pun juga, dia kan anak seorang penjabat daerah. Secara kelas ekonomi, dia jauh di atas seorang Miki.
"Mik," panggil Gisti lirih.
"Apa?" sahut Miki jengah.
"Aku nggak akan nyerah sama M! Aku bakalan rebut M!!" ucap Gisti mengibarkan bendera perang pada Miki.
Miki terdiam, tertegun tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia merasa konyol melihat Gisti yang dimatanya selalu dengan citra santai dan berkelas, bisa terang-terangan menyatakan perang dengannya hanya karena seorang laki-laki.
M.
Sebelum Miki sempat tersadar dari kekagetannya, Gisti sudah membuka kunci pintu dan keluar dari dalam bilik itu. Meninggalkan Miki yang mendecak lidah tidak percaya.
"Nambahin musuh aja...," eluhnya begitu menyadari Gisti tidak lagi Pro kepadanya.
Semua karena laki-lakiyang tidak bertanggung jawab itu! Kenapa bisa? Ya karena M menghilang setelah mendeklarasikan diri sebagai orang yang mencintai Miki dan akan menjaganya.
"Menjaga kentut maksutnya," dengus Miki kesal mengingat perkataan M malam itu yang baru ia sadari terkesan gombal dan sok romantis.
Miki pun keluar dari dalam bilik dan langsung mendapati Regina yang tengah mencuci tangan di westafel. Kini tatapan Regina pun beralih pada pantulan tubuh Miki di cermin yang berada di hadapannya.
Keduanyalantas saling berhadapan melalui pantulan cermin.
Menit berikutnya Miki melengos dan berniat pergi dari tempat itu.
"Selamat ya! Akhirnya nggak jomblo," ucap Regina tiba-tiba dengan nada suara dibuat-buat seakan ikut senang dengan status baru Miki.
Langkah Miki terhenti. Sejurus kemudian ia membalikkan badan dengan lenggok seelegan mungkin seraya mengolok Regina yang ia ingat jelas berusaha mengcopy paste dirinya.
"Ah, terimakasih banyak, mbak Regina!" ucap Miki dengan wajah menyebalkan.
"Sama-sama!" balas Regina tidak kalah menyebalkannya.
Kini Regina membalikkan badannya mengikuti cara Miki membalikkan badan. Ditambah dengan gerakan mengibas rambut panjangnya.
Rahang bawah Miki menclek kesamping, merasa eneg dengan gaya alay bibit pelakor di hadapannya.
"Tapi kayaknya turun kelas ya seleranya," olok Regina.
"Maksudnya?" Miki masih bersikap sok manis pada bibit pelakor itu.
"Ya, dulu kan ganteng banget. Sekarang pastinya jelek banget, secara pakai masker kemana-mana," makin terang-terangan saja olokan Regina.
"Emang kamu pernah liat wajah M sampe bisa bilang gitu?" tanya Miki berusaha menebar jebakan.
"Emang kamu sendiri? Pernah liat??" Regina membalik pertanyaan sambil tersenyum sinis merasa menang.
Damn!!
Miki sendiri yang terjebak. Tiba-tiba saja pikiran Miki kosong. Blank mendadak.
"Ups! Keknya beneran belum pernah liat ya? Wah,saking kosongnya ya sampe sama muka yang nggak jelas aja di terima," olokan Regina makin menohok Miki.
Miki tetep berusaha tenang. Ia memasang wajar datar sembari memutar otak untuk membungkam mulut berbisa itu.
Regina terlihat tersenyum merasa benar-benar telah menang dari Miki.
"Regi...," panggil Miki datar.
Regina menggeser manik matanya manatap Miki.
"Mau mu apa sih...? Bukannya kamu yang nyuruh aku move on? Sekarang aku udah move on, kok kamu kek nggak rela gitu. Why?" Miki menjedah.
"Ah, bener katamu. Bian emang ganteng. Kayaknya lebih baik aku ngejar Bian aja lagi. Toh dari caramu yang kemarin-kemarin maksa aku move on cepet-cepet..., kayaknya kamu takut banget Bian balik ke aku. Atau jangan-jangan...," Miki mulai berakting kaget dengan wajah yang dibuat sealay mungkin.
"Bian masih mikirin aku ya? Ya tuhan, susah payah ngerebut ternyata yang direbut masing kepikiran mantanya. Ck...! Kamu gimana sih, jadi pelakor kok setengah-setengah. Totalitas dong! Kalo udah ngerebut, ya bikin dia sepenuhnya cinta sama kamu. Jangan malah maksain mantannya biar cepet-cepet move on. Sekarang giliran udah move on beneran, kamunya julid sama pacar baruku. Ups!! Jangan-jangan Bian mulai nggak tenang ya tahu aku udah punya pengganti dia? Iya ya...?? Wah..., pantes aja kamu jadi julid macem gini, nggak diperhatiin sama Bian lagi ya?" Miki mengakhiri cemoohan plus olokan plus hinaan kepada bibit pelakor laknat itu.
Wajah Regina seketika berubah. Bibir sexy nan tebal itu terlihat menutup rapat.
Miki tersenyum miring dengan puasnya. Ia puas melihat reaksi Regina yang terlihat sangat menahan emosi itu. Itu artinya serangannya berhasil.
Gadismungil itu pun akhirnya berbalik dan pergi meninggalkan Regina yang masih diam di tempat. Menatap sengit punggung ringkih Miki.
"Dasar cebol!!!" maki Regina dalam decisan penuh emosi yang tentunya tidak dapat didengar oleh Miki.
Sedangkan Miki, setelah melenggang jauh dari toilet dengan entengnya, perlahan langkah kakinya pun memelan. Ia memikirkan reaksi Regina yang terlihat sangat terpukul telak oleh ucapan Miki.
Bian..., ini tentang Bian. Jikalau memang benar apa yang di lontarkan Miki pada si bibit pelakor itu semua adalah fakta, hingga akhirnya Regina bereaksi macam itu. Itu artinya Bian..., Bian masih memikirkan dirinya....
Bian mungkin saja masih menyayanginya dan Regina..., adalah kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan....
Miki menahan napas. Jika itu benar..., jika itu memang benar.... Miki pun mulai kembali berfikir akan menerima Bian kembali kalau Bian memintanya untuk kembali.