NovelToon NovelToon
Brondong Gila,Bulan

Brondong Gila,Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Cintamanis / Playboy / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:54.8k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Sang Dewi Nemesis Hukum Nolite, yang jutek harus berkelahi dengan berondong teknik yang Playboy itu. Iyuuuuh .. nggak banget!!!!!


Tapi bagaimana kalau takdir berkata lain, pertemuan dan kebersamaan keduanya yag seolah sengaja di atur oleh semesta.

"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.

Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.

"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.

"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memasang ajah polos dengn mata berkedip imut.

"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan nggak mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kacau

Aluna menghela nafasnya panjang, menarik scraftnya dengan kasar. Rambut yang tadinya tergelung rapi kini ia gerai bebas. Telihat jelas raut wajah kesal dan kecewa. Tangan gadis itu terlipat di dada, mengedarkan tatapan tajam dan dingin pada anggota timnya.

"Gue nggak nyangka, sumpah," Gadis berkardigan berkacak pinggang dengan mata nyalang menatap teman satu timnya.

"Kita udah diskusiin semua dari kemarin, tapi kenapa tadi jauh banget dari hasil dikusi kita!"tegas Aluna dengan nada bergetar menahan marah, sunggu Aluna berusaha untuk tidak berkata lebih kasar dari ini.

Irene menunduk, meremas tepi cardigan berwarna biru tua yang ia pakai.

"Ma-maaf Lun, gue beneran nggak sengaja lupa bagian gue," lirihnya menyesal.

"Lupa? ITU INTI ARGUMEN KITA, Iren!" Teriak Aluna yang seketika membuat gadis berambut sebahu itu menegang takut.

"Dari awal gue udah bilang masa lo untuk hafalin bagian lo dengan baik. Lo sendiri yng ngeyel mau jadi first speaker kan. Gue udah berusaha percaya meski gue ragu, tapi lo malah ngecewain gue. Dan sekarang malah dengan entengnya lo bilang maaf," tutur Aluna menggebu, dia sudah tidak perduli Irene akan menangis atau tidak, karena dia memang salah dan sangat salah menurut Aluna.

"Lun ud-

"Diem!" Aluna mengarahkan lima jemarinya pada Raka yang hendak bersuara.

"Dan apa maksud lo diem aja pas ditanya dosen! Kenapa? Kenapa lo malah ngeliatin meja kayak orang bego!" sarkas Aluna yang sudah sangat emosi.

Irene meremas ujung kardigannya semakin kuat.

"Gu-e lagi nggak enak badan Lun…" kilah Irene, suara gadis itu nyaris tenggelam di antara hiruk-pikuk mahasiswa lain yang baru keluar dari ruang sidang.

Aluna tersenyum miring.

"Nggak enak badan lo bilang? Nggak enak badan tapi semalam lo masih bisa nongkrong sama pacar lo di billiard," tukas Aluna yang membuat semua terkejut dan menatap irene dengan tak percaya.

"Gue emang salah Lun, tapi lo nggak bisa nuduh gue sembarangan kayak gini," sahut Irene dengan mata berkaca-kaca.

"Gue nggak akan pernah asal nuduh orang dan gue nggak akan bicara kalau nggak liat pake mata kepala gue sendiri. Lo di billiard sama pacar lo kn Ren, gue liat sendiri lo di sana," tutur Aluna dengan menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Gu-gue bisa jelasin itu," Irene mencoba membela diri meski dengan tergagap.

Aluna hanya diam, menatap drama Irene dengan mata malas. Raka yang tidak tega dengan Irene yang hampir menangis akhirnya bersuara.

"Udah, udah… ini cuma masalah kecil, jangan gede-gedein. Ini cuma simulasi awal kan, kita bisa perbaiki di simulasi ke dua nanti.," Raka mencoba menengahi.

Aluna berbalik cepat ke arah Raka.

"Justru karena ini simulasi awal, seharusnya kita bisa kasih kesan yang baik dan kuat. Kita harusnya bisa maksimal, kalau anggota tim kita solid dan tahu diri?"

"Maksud lo apa ngomong apa ngomong kayak gitu?!" Raka menatap Aluna tidak terima.

"Lo yang maksa gue nerima dia di tim ini, lo seharusnya punya tangung jawab atas orang yang lo rekomendasikan, Raka.

"Gue udah melakuin yang gue bisa Aluna. Gue udah berusaha nimpali pas Irene lupa poinnya," tukas Raka membela diri.

Aluna terkekeh geli dengan ucapan Raka.

"Improf yang ngasal itu maksud lo?"

"Gue cuma adaptasiin sama keadaan tadi," kilah Raka tidak ingin kalah.

"Adaptasi sih boleh, tapi nggak asal!" Aluna semakin kesal.

"Tadi lo malah masukin teori yang kita nggak bahas sama sekali. Ngasal banget lo, nggak ada bedanya sama Irene!"

Raka membuang wajahnya tak bisa lagi berkilah.

Irene hanya diam, mukanya makin cemberut. Dia memang salah tapi kenapa Aluna tidak berhenti menyudutkan dan memarahinya. Irene malu pada mahasiswa lain yang berlalu lalang di koridor, hampir setiap mahasiswa yang lewat melihat ke arah mereka tapi tidak berani bersuara, tentu saja mereka tidak ingin ikut di semprot Aluna. Sang Nemesis Nolite.

Dion yang menyandarkan dirinya di dinding akhirnya bersuara.

"Kalau gue aman kan Lun ya, aman dong," celetuk Dion berusaha memecah suasana yang tegang

Aluna melotot. "Nah itu dia masalahnya, NYET! LO DIEM AJA! Harusnya lo bantu Raka nimpalin argumen, bukan malah ngetawain lawan kita dari bangku belakang!"

Dion terkekeh.

"Ya abis lawannya cupu sih, gue nggak bisa nahan…"

Aluna memutar matanya jengah. Ia lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan, menghirup napas dalam-dalam.

"Gue capek. Udah lah, bodo amat."

Lalu ia mengambil tasnya dan berjalan pergi, meninggalkan mereka.

"Gue juga bodo amat, Gue ingetin lo berdua. Sekali lagi kesalahan gue nggak segan-segan bua coret nama kalian dari tim," ujar Dion sebelum menyusul langkah Aluna.

Aluna mengibaskan rambut coklatnya yang tergeri, gadis cantik itu berjalan menuruni tangga menuju lantai dasar. Setiap mata lelaki menatapnya dengan mata memuja, meski sebagian besar tidak memiliki keberanian untuk dekat dengan sang Nemesis hukum.

Tapi jujur saja siapa yang tidak terpesona denga Aluna Reynata. Meskipun terkenal galak dan jutek tapi sang Dewi Nemesis ini punya wajah yang cantik dan tubuh yang proposional, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, gerak laku yang anggun dan selalu harum. Membuat Aluna menjadi primadona tak tersentuh.

Heels yang Aluna pakai membuat ritme tersendiri saat ia berjalan. Dan akhirnya primadona Nolite ini sampai di kantin Fakultas teknik.

Aluna menghempaskan tasnya di meja dengan keras, membuat cilok yang baru mau masuk ke mulut william meleset dan malah jatuh mengenai rok panjang Wilona.

"Astaga, Willi. ceroboh banget deh, rok gue kotor!" pekik Willona marah.

"Kali ini bukan gue yang salah, noh sahabat lo. dateng-dateng banting tas, Emosi bu haji," seloroh William yang mendapatkan lirikan tajam dari Aluna.

"Duh, lagi bad mood beneran kayaknya," gumam William sambil menghindari mata tajam Aluna.

Willona menyodorkan jus stoberi yang sengaja ia pesankan untuk Aluna mendekat ke arah gadis itu. Aluna pun langsung menyedot habis minuman berwarna pink itu dan hanya menyisakan bongkahan es batu di dalamnya, seolah menyalurkan sisa amarah yang tersisa.

"Udah?" tanya Willona setelah beberapa saat diam.

Aluna mengangguk kecil setelah mengambil nafas dalam, wajahnya sudah tidak setegang awal dia datang.

"Kenapa, sidang lo nggak lancar? atau lo emang lagi badmood aja?" cerca Willona, sementara Wiliam tidak berani bicara, takut salah ngomong.

Aluna menarik mangkok cilok milik William,. Tangan William hendak terulur mengikuti mangkok cilok yang perlahan LDR darinya, tapi tangannya terhenti di tengah jalan tidak berani melanjutkan.

"Gue tuh kesel banget tau nggak ...." Aluna menusuk satu cilok lalu memakannya.

"Gue udah bilang biar Dion aja yang jadi first speaker buat buka argumen, Eh tapi tuh si Irene-Irene kekeh pengen dia yang maju."

Aluna menjeda ucapannya, lalu memakan cilok lagi.

"Dan akhirnya ginikan, semua kacau, trus gimana nilai gue sama anak-anak nanti kalau simulasi awal aja udah kacau kayak gini ..."

Mata Aluna mulai sedikit berkaca-kaca tapi segera ia usap kasar. Gadis itu pun tak lagi bersuara, dia sibuk menghabiskan cilok William yang tersisa, sementara yang empunya asli hanya bisa menopang dagu melihat makanannya menjadi tumbal.

1
C Gemoy 🐣
Biarkan dulu cakra untuk istirahat.... nanti stlah cakra mulai tenang dn bisa di ajak bicara,,, iya barulah tanya ada apa sama Cakara
erna wati
luna sekarang jangan ngambek ngambek lg bantu cakra
erna wati
pengen peluk cakra dan bilang semua akan baik baik saja peluk jauh aka
C Gemoy 🐣
Aka km yg tenang ya... km atur nafas km agar km lbih baik... tenang skrg udh ada om Hail,,,, nanti om Hail pasti bantuin km buat cari beruang nya oke
erna wati
huuaaaa udah baca tiga kali tetep nyesek dada ikutan sesak😭😭
Fitri HY
.terharu bgt sma sayangnya om Hail ke Cakra dia smpe rela bersihkan tangan bahkan kaki Cakra🥺tulus bgttt
Fitri HY
.om Hail juga panik wajar sih dia kelepasan bentak yg dipikirnya mungkin keadaan Cakra krna dia tau sprti apa traumanya kalo kambuh
jimin park
kalian pulng dulu...aka juga blm siap buat ketemu siapa"...alam bawah sadarnya blm sepenuhnya hilng...dia butuh ketenangan...
C Gemoy 🐣
Cakra sama sekali nggk menggubris panggilan bi Tuti dn yg lain,,,, dia seperti org yg tuli... krna saat ini cakra lg gk baik" aja.
tp syukurlah bgitu om Hail mnelpon cakra lngsung merespon krna mungkin yg Cakra butuhkan saat ini itu om Hail
Fitri HY
.nyeseknya sampe Bandung sini,Cakra😭😭😭
Didim 😍
cepat sembuh Cakra dari rasa traumamu yang sangat menyiksa ini dan semoga setelah kejadian ini Cakra dan Aluna akur gak ada perdebatan ini itu 😊
Didim 😍
yaa Allah Cakra.. jangan kau pukul mulu dadamu so itu tak akan meredakan sesakmu. namun beruntunglah om hail cepat menemukan Cakra dan membawanya pulang
kieky
cakra ingat bi tuti yg ditarik ayahnya...cakra ingat tangisannya...itu yg membuat dia merasa bersalah...mungkin dia merasa jadi anak 'pembawa sial' kayk yg dibilng orang" terdekatnya...padahl itu semua takdir aka...g seharusnya kamu dapt perlakuan seperti itu...uda tau kan lun cakra seperti apa...jangan ketus" lagi y setelah ini,,dia cuma butuh kasih sayang
Fitri Herra
.om Hail,masih beruntung Cakra punya Om Hail setidaknya punya sandaran punya pelindung mski belum bisa menjadi penyembuh "lukanya"
Fitri Herra
.😭😭😭😭😭Aka
jimin park
om hail buruan datang,,takut aka lari lagi ntah kemana karna siberuang g ada...peluk jauh aka🥹🥹..kamu hebat uda bertahan sejauh ini..
Fitri Herra
.beruangnya ketinggalan di rumah Luna gak sih saat isi tas tercecer?,hhhh om Hail cepetan ah🐌
Zahra Nisa
luna lihat kn cakra kaya gimna bantu dia luna
Zahra Nisa
ikutan nyesek beruntung om hail cepat datang
Didim 😍
yaa Alloh Cakra semoga beruang yang hilang cepat ketemu ya biar aka baikan dengan minum obatnya nanti dan om hail moga cepat menemukan aka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!