Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27 TWINS A
Ayuna sampai dirumah, dia berlari masuk ke dalam. "Pa! Papa!" teriaknya memanggil Yudha.
Pelayan dirumah itu datang menghampiri Yuna. "Bapak belum pulang dari kantor, Non.'' ucapnya.
Yuna menghembuskan napas kasar. "Baiklah, aku akan menunggunya."
"Saya permisi." pelayan pun pergi dari hadapan Ayuna.
Gadis itu berjalan menuju kamarnya, dia merebahkan tubuh disana. "Sedari dulu aku tidak pernah peduli pada orangtua kandungku, aku bahkan tidak pernah bertanya tentang mereka."
Suara deru mobil terdengar, Yuna mengintipnya dari tirai balkon.
"Baguslah, Papa sudah pulang." ucapnya bergegas keluar dari kamar, tak lupa membawa bingkai foto itu
Saat dalam perjalanan, Anindira merasa sedikit takut. Dia tetap waspada meskipun wajah Yudha memang tampak seperti orang baik.
"Aku harap kalian tidak ingin berbuat macam-macam padaku." ucap Anindira membuat Yudha dan Raiden saling pandang.
"Apa yang kau katakan, Nak? Aku ini Papamu, dan dia kakakmu. Bagaimana bisa kau berpikir kami ingin berbuat jahat padamu?"
Anindira ingin membuka suara, tetapi Raiden menyelanya.
"Dokter tidak ada mengatakan apapun tentang dia kan, Pa? Maksudku, apa dia mengalami amnesia, atau saraf otaknya ada yang rusak?"
"Kau ini bicara apa, Raiden? Dia baik-baik saja, kau dengarkan apa yang Dokter katakan tadi?" Yudha terlihat marah.
Raiden tersenyum miring. ''Lalu, kenapa dia tidak mengingat kita?"
Yudha pun terdiam, dia menatap Anindira yang hanya menoleh keluar jendela.
'Ya Tuhan, ada apa dengan putriku?' batinnya.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah mewah keluarga Maheswari. Yudha membantu Anindira keluar dari mobil, dia menuntun wanita itu masuk ke dalam rumah.
"Selamat datang kembali, Nak. Kali ini, jangan pernah pergi lagi dari rumah. Papa tidak ingin terjadi sesuatu padamu, hm?" Yudha mengelus kepala Anindira. Sedang Dira, wanita itu merasa terharu. Dia teringat orangtuanya, usia Yudha sama seperti usia Bram.
'Papa, Mama. Maaf, Dira tidak langsung pulang kerumah. Dira yakin, pasti Daffa dan Mamanya mencari Dira ke rumah kalian. Mereka sangat licik dan pandai bicara. Dira tidak mau lagi kembali kesana.' batin Anindira sambil meneteskan air mata.
Ayuna berlari menuruni anak tangga, saat dia melihat Yudha yang baru saja masuk ke dalam rumah, dirinya terkejut dan diam mematung di tempatnya. Bagaimana tidak, Ayuna melihat seorang wanita yang sangat mirip dengannya, dan sekarang sedang bersama Yudha.
"Istirahatlah, kau pasti lelah. Ayo!'' ucap Yudha, menuntun Anindira, mereka masih tidak melihat Ayuna.
Langkah mereka terhenti, ketika mata mereka menatap Ayuna yang sedang berdiri tak bergeming di tangga. Yudha otomatis melepaskan pegangan tangannya di lengan Dira. Dia menatap Yuna dan Dira secara bergantian.
"Ini—" Yudha mengucek matanya, berharap yang dia lihat hanyalah halusinasi. Namun, tidak! Semua memang nyata.
Yudha berjalan menghampiri Ayuna. "Kau, dan dia—" pria tua itu menggeleng. "Apa-apaan ini? Kenapa putriku ada dua? Mana yang Ayuna?" tanyanya merasa bingung.
Sunyi.
Suasana terlihat horor, tidak ada yang bicara satupun. Ayuna dan Anindira saling tatap, perlahan langkah gadis itu membawanya menuju ke arah Dira. Air mata mereka menetes, dan bisa dilihat, dari sorot mata mereka, keduanya saling merindukan satu sama lain.
Anindira tersenyum, ketika dia melihat lebih dekat wajah Ayuna, yang sama persis dengan wajahnya. Tangan wanita itu terulur, mengusap pipi Yuna.
"Kau —" Anindira langsung memeluk Ayuna, dia menangis terisak. Sementara Yuna, gadis itu hanya bungkam, tidak tahu harus melakukan apa.
Pelukan pun terurai.
Anindira melihat bingkai foto yang Ayuna bawa. "Darimana kau mendapatkan bingkai itu?" tanyanya terus menatap wajah Ayuna.
"A—aku, aku mendapatkannya dari rumah pria itu!" sahut Yuna terbata-bata, matanya sudah memerah, menandakan tangisan yang sebentar lagi akan pecah.
Anindira mengerutkan dahi. "Lupakan hal itu. Aku sangat bahagia, karena akhirnya aku menemukan adikku." ucapnya mengelus kepala Ayuna.
Mereka berdua kembali berpelukan, suara tangisan pun pecah, memenuhi seisi rumah itu.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya