"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 9. Kepala menangis
Dara sudah dalam perjalanan pulang saat ini, eyang nya tertidur para bibi juga tertidur. Tapi Dara tidak bisa memejamkan matanya karena dia masih memikirkan apa yang di katakan oleh mbah uyut sebelum mereka pergi dari rumah reot itu.
'Gue bisa liat hantu? perempuan itu hantu. Tapi gue di jakarta nggak pernah - pernah nya liat hantu, masa sekarang baru bisa?' Batin Dara.
Mobil itu kini memasuki area yang sepi tanpa rumah warga, di sekeliling nya terdapat hutan jati. Karena hari lumayan gelap sebab langit yang terus mendung sambil gerimis, perjalanan itu terasa begitu sunyi. Dan saat itu tiba - tiba Dara melihat perempuan yang dia lihat di rumah mbah uyut sedang berjalan di pinggir jalan hutan.
"Eh." Dara spontan terkejut tentu saja.
Sampai Dara menoleh kebelakang setelah perempuan itu sudah kelewat mobil yang dia naiki.
"Kenapa ndok?" Tanya mang Nuri dengan suara pelan.
Melihat itu Dara seketika merinding sebadan - badan, karena baru sekarang lah dia di perlihatkan wajah asli perempuan itu, wajah yang sama seperti apa yang mang Nuri lihat saat perempuan itu berdiri di bawah pohon pisang.
"Ngga ada pakde." Sahut Dara, tapi jantung nya terasa nyaris copot sekarang.
Dan akhir nya setelah menempuh perjalanan pulang, mereka pun tiba di rumah eyang nyaris hampir maghrib. Dara mendorong kursi roda eyang nya dan masuk kedalam bersama bi Endang dan bi Lastri.
"Huhuhuhuhuhu.."
"Hiks! Hiks!"
Tiba - tiba eyang malah menangis sesenggukan saat sampai di dalam kamar, Dara yang melihat itu pun mengedarkan pandangan nya mencari hal apa yang membuat eyang nya menangis.
"Kita keluar ya eyang." Ujar Dara dan dia langsung membawa eyang nya keluar lagi dari kamar.
"Loh, kenapa eyang?" Tanya bi Endang.
"Huhuhuhuhuhu..." Eyang hanya bisa menangis tersedu - sedu.
"Eyang takut bi, biarin eyang di sini dulu ya sama Dara." Ujar Dara.
"Iya non nggak apa - apa." Ujar bi Endang.
"Hiks! Hiks! Hiks!"
Dara memeluk eyang nya supaya lebih tenang, sekarang Dara yakin memang ada yang tidak beres di rumah itu.
Ajaib nya, selama eyang berada di ruang tengah dengan Dara, eyang sudah lebih tenang bahkan bisa tidur pulas di sofa. Padahal biasanya eyang akan selalu di rebahkan di ranjang nya dan pada jam - jam tertentu dia akan menangis berteriak - teriak.
Sampai larut malam, Dara tidur di ruang tengah bersama eyang nya. Bi Endang dan bi Lastri juga ikut tidur di ruang tengah menemani eyang dan Dara. Sampai entah itu jam berapa, Dara terbangun setelah mendengar suara tangis yang lirih namun jelas.
"hiks.. hiks.."
Tapi saat Dara membuka mata nya, dia terkejut ternyata saat itu rumah eyang sedang mati lampu. Dara mengedarkan pandangan nya dan ternyata saat itu juga sedang hujan di luar.
"Eyang.." Panggil Dara.
Dara pikir eyang nya yang menangis, tapi setelah melihat dengan jelas, eyang Dara masih tidur dengan pulas tapi suara tangis nya masih ada.
'Siapa yang nangis?' Batin Dara.
Bahkan Dara melihat bi Lastri dan bi Endang juga tidur menggelar kasur lantai di lantai, lalu siapa yang menangis??
Dara bangun ban mencari sumber suara tangis nya, sampai dia menoleh ke arah jendela karena suara tangis nya ternyata bukan dari dalam rumah, melainkan dari luar rumah yaitu dari jendela kayu yang berada di belakang sofa ysng dia tiduri.
"CTASS!!"
"JELEDERR!!!"
Suara gemuruh petir dan kilat yang menyambar membuat Dara semakin takut untuk mendekat, kini di ingatan Dara dia mengingat perempuan yang basah kuyup itu.
"Hiks.. Hiks.."
Dara sudah berdiri tepat di depan jendela kayu itu, dan tangan nya mulai terulur untuk membuka jendela dan mengintip siapa yang menangis di luar. Perasaan ragu mulai memenuhi hatinya karena selain aneh karena tidak ada orang lain yang tinggal di sekitar, Dara juga takut dengan suara petir yang begitu besar nya.
''hiks.. hiks.."
Tapi semakin Dara diam dia semakin penasaran, akhir nya Dara memberanikan dirinya dan membuka jendela kayu itu sedikit. Perlahan Dara mengintip dan suara tangis nya makin jelas, tapi tidak ada wujud dari suara tangisan itu. Dara semakin membuka lebar jendela itu dan mengedarkan pandangan nya ke teras samping di rumah eyang tapi memang tidak ada orang.
'Kenapa ada yang nangis tapi nggak ada orang nya?' Batin Dara.
Dara melihat kesana kemari dan kebetulan di samping jendela itu ada sebuah pohon bonsai besar yang ranting nya di gantungi dengan pot - pot tanaman, Dara merasa asal suara tangis nya dari sana tapi Dara tidak melihat siapapun di sana..
"Siapa??" Dara malah bertanya.
Tidak ada yang menjawab Dara, Dara masih mendengar suara tangis itu sampai ketika Dara menajamkan tatapan nya pada satu pot yang tergantung di pohon bonsai itu. Semakin Dara menatap pot itu, Dara semakin merasa aneh karena yang menjuntai bukan tanaman rambat, tapi.. rambut.
"JELEDER!!" Kilat yang besar dan mengeluarkan cahaya terang itu semakin memperjelas apa yang Dara lihat.
"Astagfirullahaladzim!" Dara langsung kembali menutup jendela kayu itu dan menguncinya lalu kembali duduk di sofa.
"Kepala.." Gumam Dara dengan suara bergetar menagan tangis karena takut.
Ya, yang Dara lihat menggantung diantara pot di pohon bonsai itu adalah kepala tanpa badan, kepala itu nengkring di atas tanaman rambat yang tergantung di pot, dan rambut yang menjuntai itulah rambut dari kepala yang Dara lihat. Jantung Dara berdebar tidak karuan, dia melihat semua orang masih tertidur pulas jadi kini dia bingung sendiri.
Dara pun akhir nya kembali merebahkan dirinya di dekat eyang dan menutup matanya karena takut, suara tangis nya masih ada tapi Dara menutup telinga nya dengan bantal erat - erat..
Dan setelah entah berapa lama Dara tidur, ia kembali bangun ketika dia mendengar suara bibi yang berisik, entah itu jam berapa tapi lampu rumah sudah menyala. Dara melihat bibi yang sedang mengepel lantai namun sambil terlihat terburu - buru, Dara yang melihat itu pun hanya terus diam sambil memperhatikan.. tapi ada yang aneh..
'Bau amis..'
BERSAMBUNG
ato ga bisa pindah rumah karena ada sesuatu yg mengikat di rumah itu?