NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajakan Tutor

Bel istirahat kedua pun menggema di seluruh penjuru sekolahan. Semua murid seketika menghela napas lega karena pelajaran selesai lebih cepat. Ada yang langsung berlari ke kantin, pergi ke luar kelas dan bertemu teman berbeda kelas, atau menggosip bersama teman satu kelas. Waktu singkat mereka gunakan untuk memberi jeda pada sendi-sendi yang lelah karena terlalu lama duduk.

Keisha mengusap perlahan tengkuk juga permukaan lehernya lelah. Sepanjang pelajaran gadis itu terlalu fokus memperhatikan guru yang sedang mengajar. Arah pandangnya selalu lurus ke depan membuat tubuhnya selalu duduk dalam keadaan tegap. Gadis berkulit seputih susu dengan rambut hitam bergelombang itu kemudian merenggangkan tubuh juga ototnya ke kanan dan kiri.

Ekor mata si puan tak sengaja bersinggungan dengan Tristan, salah satu anggota dari Chaos Brotherhood. Mereka memang berada dalam satu kelas yang sama, namun jarang bertegur sapa. Keisha malas kalau harus berinteraksi dengan manusia yang tidak pernah bertutur kata baik. Pemuda bertubuh jangkung itu menguap sambil memainkan handphone miliknya.

Tidak lama setelah itu, Tristan keluar dari kelas membawa benda pipih pintar juga sebuah tabung serupa bentuknya dengan rokok elektrik santai. Ia terlalu bodo amat dengan sekitar yang menatap ke arahnya seperti mencela tingkah yang si tuan lakukan. Tristan menghilang dibalik pintu kelas entah pergi kemana.

“Kei, lo mau dimsum nggak? Anak kelas sebelah lagi jualan katanya,” tanya Luna.

“Lun! Sekarang ikut gue ya,” ajak Keisha bersemangat. Dia ingat kalau masih ada satu misi rahasia yang harus diselesaikan secepat mungkin.

Gadis dengan paras ayu layaknya sebuah boneka hidup ini mengerjapkan matanya tidak mengerti. Mulutnya masih sibuk mengunyah makanan berbahan dasar tepung, udang, dan ayam itu nikmat. “Kemana?” tanya Luna.

“Temani gue samperin gengnya Jiwangga,” ucap Keisha mantap.

“Uhuk uhuk.” Luna menepuk perlahan dadanya sebab ia merasa potongan daging udang itu salah sasaran masuk ke dalam tenggorokannya terlalu cepat. Disambarnya botol air mineral di atas meja lalu ia teguk hingga tandas. “Ngapain nyamperin Jiwangga sama gue? Lo kalau mau ya datengin aja sendiri anjir,” omel Luna.

“Gue nggak mau kalau sendirian Luna. Please mau ya temenin gue,” ucap Keisha seraya mengerucutkan bibirnya dan tatapan mata yang sengaja dibuat berkaca-kaca.

“Dimsum gue aja belom habis???” tolak Luna.

“Gue ganti deh sama dimsum mentai buatan Kak Shenina, nanti gue beliin 10 buat lo kalau lo mau nemenin gue sekarang,” bujuk Keisha.

“Sumpah? Gue mau yang ukuran large 1 box ya. Ayo kita cari tongkrongannya Chaos Brotherhood.” Luna menyuapkan satu buah dimsum terakhirnya ke dalam mulut. Tawaran yang sangat menggiurkan, siapa yang bisa menolak pesona dimsum mentai buatan kakak kelas mereka. Luna sudah menjadi penggemar nomor satu makanan gurih itu.

Keisha mengerlingkan netranya malas. “Dih gini aja lo semangat paling depan,” cibir Keisha.

Luna acuh saja dengan ucapan sahabatnya. Lantas gadis itu merangkul lengan Keisha untuk segera keluar dari kelas demi mencari keberadaan salah satu di antara tujuh berandal yang sialnya menjadi pujaan hati kaum hawa di SMA Manggala. Keisha tidak ada alasan untuk menolak antusiasme Luna ketika sudah diberi sogokan makanan.

Semangat gadis itu akan berada di atas awan, karena mottonya adalah hidup untuk makan enak. Keisha dan Luna mencari keberadaan Jiwangga dan teman-temannya di seluruh sekolah namun mereka belum juga menemukannya. Waktu istirahat sebentar lagi akan usai dan Keisha tidak ingin melewatkan waktu sedikitpun. Dia tidak mau terlambat masuk ke kelas.

Keisha menarik tangan Luna untuk memeriksa gudang dekat lapangan basket, siapa tahu Jiwangga ada di sekitar tempat itu. Dewi Fortuna sepertinya sedang berbaik hati pada dua gadis cantik itu. Baru saja mengeluh dalam hati untuk diberi petunjuk sepasang manik kecoklatan itu menangkap sosok beberapa pemuda tengah bermain basket di tengah teriknya sinar matahari.

“Itu mereka kan ya?” tunjuk Keisha ke lapangan basket.

Luna menoleh. “Akhirnya ketemu juga. Lengkap tuh ada Jiwangga, Harvey, Tristan, Lucas, Joshua, Julian, sama River,” sahut Luna.

“Sebenarnya habis ketemu Bu Rasmi tadi gue nggak sengaja papasan sama Jiwangga. Gue yang nggak sengaja nabrak dia terus kena omelannya dia. Rese banget sumpah. Ya walaupun salah gue juga sih tapi kan gue nggak mau ngaku aja,” aku Keisha. Ingatan akan momen tabrakan tadi masih sedikit bersarang di otaknya.

“Jiwa tuh biar tengil begitu tapi galak coy,” sahut Luna.

“Ngapain juga sih mereka nongkrong panas-panas gini, bikin gosong kulit gue aja kudu muter-muter satu sekolah nyari si biang kerok ini doang,” omel Keisha sebal.

“Tinggal bilang lo nyari dia buat apaan habis itu kita cabut. Gue juga nggak tahan nih di bawah panas matahari yang udah kayak neraka bocor begini,” keluh Luna. Gadis itu perlahan mengusap keringat yang mengalir di keningnya.

“Iya iya.”

Keisha memberanikan diri untuk berjalan mendekat ke arah tribun yang ada di lapangan basket. Ada beberapa tempat duduk di sana dan Jiwangga ada di antara mereka. Pemuda tampan berkulit sawo matang itu tengah asik bercanda dengan teman-temannya. Sembari langkah kakinya terlalu sibuk untuk menjangkau si tuan, Keisha sempatkan untuk berdoa agar diberi banyak kesabaran saat menghadapi Jiwangga.

Kehadiran dua gadis itu dengan cepat disadari oleh Tristan. Pemuda berambut sehitam arang sedikit panjang itu menyenggol lengan Jiwangga. Memberi kode lewat dagu tentang kedatangan manusia lain yang tidak terduga. Pemuda yang diberi isyarat itu lantas mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Setengah alisnya terangkat dengan bibir tersenyum menyeringai.

Keisha kembali berhadapan dengan Jiwangga untuk kedua kalinya. Dia ingin segera menyampaikan apa yang menjadi keresahannya, tetapi hawa yang menyelimuti mereka terlalu panas untuk dikendalikan. Keisha tidak bisa menahan perubahan warna pada wajahnya yang kian memerah sebab gadis itu memiliki alergi terhadap suhu. Hal itu membuat ketujuh pemuda itu salah paham akan maksud si puan.

“Eh ada Neng Keisha,” sapa River genit.

“Lo tadi yang tabrakan sama Jiwa di koridor IPS kan ya?” tunjuk pemuda dengan badge name Harvey Wibisono.

“Tumben amat nyamperin kita-kita nih Kei. Lo mau confess perasaan lo ke Jiwa kan? Bawa badan aja nih? Coklat sama suratnya mana? Gue lihat-lihat kok nggak ada ya,” tanya River. Pemuda bertubuh jangkung dengan rambut ala kuaci ini mencari benda ‘yang seharusnya dibawa saat mengungkapkan perasaan’ pada tubuh Keisha.

“Siapa juga yang mau nembak! Gue nggak sudi punya cowok kayak dia juga,” sanggah Keisha. “Gue ke sini karena perintah Bu Rasmi. Lo harus datang ke kelas 11 IPA 1 habis pulang sekolah nanti,” ucap Keisha.

“Ngapain?” tanya Jiwangga.

“Mulai sekarang gue yang bakal jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas,” jawab Keisha.

Jiwangga mengerutkan keningnya bingung. Lantas pemuda yang memiliki tatapan setajam serigala ini bangkit berdiri. Ia memposisikan tubuhnya terlihat sejajar dengan Keisha. “Ngapain juga diajarin, gue mah udah pintar,” balas selengekan Jiwangga.

“Oh ya? Kalau emang lo pintar, harusnya bisa dong nilai-nilainya nggak ada yang jeblok. Setiap ujian selalu remed terus berujung dijemur di lapangan karena bolos terus kerjaannya,” celetuk sarkas Keisha. Kali ini dia yang memberikan ultimatum berupa sindiran pada pemuda tengil di hadapannya.

Jiwangga mematung. Tatapan tajamnya hanya tertuju pada Keisha saat ucapan perempuan ini benar-benar menyenggol fakta dalam dirinya. Jemari tangan pemuda itu terkepal erat demi menahan amarah yang mulai menjalar hingga ke otak.

“Gue tunggu habis pulang sekolah nanti. Jangan sampai nggak datang ya. Ayo cabut Lun, terlalu panas di sini hawanya,” ajak Keisha mengibaskan tangan ke area wajah sambil melirik sinis ke arah Jiwangga.

Keisha meninggalkan begitu saja Jiwangga dan teman-temannya yang masih sama-sama terdiam tanpa kata. Mereka tidak menyangka jika ada yang berani menyenggol ketua dari Chaos Brotherhood seterang-terangan ini.

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!